بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
"Dendam terbaik adalah saling memaafkan kesalahan."
♡♡♡
Siska berlari dengan begitu gusar tak tentu arah dan tujuan. Luka lama kembali mengusik relung hatinya. Bohong jika perasaannya telah hilang karena nyatanya perasaan itu masih ada, bahkan kini semakin terasa saat dia kembali dipertemukan dengannya.
"Siska!" suara itu menghentikan langkah kakinya. Dia menoleh dan mendapati sang sahabat yang berlari ke arahnya.
Siska terdiam menatap nyalang air muka Shandra yang begitu menunjukkan rasa penyesalan. Dia semakin membatu kala pelukan erat menubruk tubuhnya. "Maafkan saya," katanya.
"Bukan salah kamu, mungkin memang sudah waktunya aku dan dia bertemu. Tapi tidak dalam waktu yang secepat ini, hatiku masih terluka dan belum sembuh sempurna," ungkap Siska melapangkan hati dan perasaannya.
"Duduk dulu, saya akan jelaskan semuanya," pinta Shandra membawa Siska untuk duduk di kursi yang berada di dekat mereka.
Shandra menatap kedua manik mata Siska begitu lekat, menggenggam kedua tangan sahabatnya yang sudah berkeringat dingin. "Dia meminta saya untuk mempertemukan kamu dengannya. Dia mengatakan hanya akan meminta maaf kepada kamu. Tapi ternyata dia membohongi saya dan malah meminta hal lebih, yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Maafkan saya," terang Shandra dengan setetes air mata penyesalannya. Dia menyaksikan percakapan di antara Irfan dan Siska.
Siska menggeleng lemah, dia membalas genggaman tangan sahabatnya tak kalah erat. "Jangan ngomong kaya gitu, semuanya terjadi atas kehendak Allah. Memang sudah menjadi jalannya seperti ini," ucapnya dengan senyuman tipis yang terlihat dipaksakan.
Dia tidak mau lagi meneteskan air matanya hanya untuk seorang laki-laki yang tidaklah halal untuknya.
"Udah lah lupain aja, anggap ini enggak pernah terjadi," katanya dengan suara yang dibuat setegar mungkin.
"Ada satu hal lagi yang belum saya katakan kepada kamu," tutur Shandra menghapus kasar air matanya.
"Cukup, Shan aku gak mau lagi dengernya kalau itu menyangkut dia," mohon Siska melemah di akhir kalimatnya.
Shandra menggeleng keras. "Dengarkan saya sebentar saja," pinta Shandra.
Siska hanya mengangguk lemah melihat wajah memohon sahabatnya. "Satu tahun yang lalu tepatnya saat kita berada di parkiran sebuah pusat perbelanjaan aku bertemu dengan dia," Shandra menjeda sebentar perkataannya. Dia melihat dengan seksama wajah terkejut sahabatnya.
"Kamu juga bertemu dengan dia, hanya saja kamu tidak menyadarinya," lanjutnya.
Wajah Siska semakin pucat pasi mendengarnya. Dia semakin dibawa jauh ke ruang waktu masa lalu dengan penuturan yang diberikan Shandra.
"Dia... dia... dia orang yang telah menabrak kamu dulu, kamu terlalu sibuk dengan barang-barang kamu yang terjatuh hingga mengabaikan dia yang ada di depan mata," terang Shandra.
Siska bertahan dengan gemingnya. Ingatannya kembali tertuju pada kejadian satu tahun silam, "Cukup, Shan!" mohonnya sebisa mungkin dia menahan cairan bening yang sudah menumpuk di pelupuk matanya.
Shandra tak menghiraukan permohonan sahabatnya, dia kembali melanjutkannya, "Semenjak kejadian itu dia tidak pernah absen menemui saya untuk mencari kabar dan keberadaan kamu. Dan selama itu pula saya bungkam menutup segala macam akses agar dia tidak lagi bisa menemukan kamu. Tapi pendirian saya goyah, tepatnya dua minggu setelah saya pulang menyambangi kamu dia kembali datang menemui saya hampir setiap hari. Meminta saya agar mempertemukannya dengan kamu," Shandra menarik napas dan mengembuskannya dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak Bersyarat
Spiritual[PINDAH KE KUBACA/ICANNOVEL] Jika cinta kepada manusia selalu menjadi topik utama, bahkan tak segan untuk diperjuangkan secara sempurna. Lantas, bagaimana dengan cinta kepada sang Maha Pencipta. Apakah seperti demikan juga? Rasa cinta pada manusia m...