Part 11 | Cinta Tak Bersyarat

2.5K 156 48
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

"Jangan samakan satu perempuan dengan perempuan lainnya, karena setiap perempuan memiliki sisi istimewanya."

♡♡♡

Laki-laki tampan yang tengah duduk di kursi kebesarannya itu tengah tersenyum memandang sebuah bingkai foto yang menampilkan seorang perempuan dengan kerudung yang membingkai indah kepalanya. Senyumnya tak pernah pudar saat melihat gadis yang menjadi obsesinya sejak dia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama itu. Ya, gadis itu adalah Zihan. Perempuan yang berhasil membuat Irfan jatuh cinta dan tergila-gila dengan sosoknya. Perempuan yang selalu tampil anggun dan cantik dengan balutan gamis panjang dan khimar lebarnya.

Irfan, laki-laki yang kini sudah berprofesi sebagai dokter itu sangat terkenal dengan kenakalannya yang tidak bisa bertahan pada satu cinta dan satu wanita. Namun kehadiran Zihan beberapa waktu lalu membuat perasaan Irfan diliputi rasa kebahagiaan. Pasalnya sudah lama mereka tidak bertemu karena kesibukan masing-masing. Dan dua hari yang lalu dia bertemu dengan Zihan di pinggir jalan. Awalnya dia kesal karena bisa-bisanya Zihan mengira dia adalah seorang tukang ojek. Tukang ojek? Wajah setampan dan semapan dirinya disamakan dengan tukang ojek.

Namun kekesalannya berbuah kebahagian yang sebelumnya tak pernah dia pikirkan. Seorang Zihan menerima tawaran Irfan untuk mengantarkan dirinya pulang. Itu adalah suatu hal yang langka dan dunia harus mencatat rekor murinya. Entah apa yang dia rasakan tapi yang jelas ada geleyar aneh yang menyapa rongga dadanya. Ada sebuah tuntutan untuk memiliki gadis itu sepenuhnya. Cinta dan obsesi terkadang sulit untuk dibedakan. Dan Irfan tidak bisa menafsirkan perasaannya kini. Terlihat masing gamang dan samar-samar!

"Aku ingin memilikimu seutuhnya. Menjadikanmu wanita satu-satunya di hatiku. Zihan Fahira Adinda Pratama," gumamnya seraya mengelus pelan bingkai foto itu.

Cukup lama Irfan berkutat dengan bayangan Zihan yang selalu saja berlarian dan berkeliaran di dalam otaknya. Sampai suara ponselnya berdering dengan nyaring berhasil membuyarkan semua angan dan lamunan panjangnya.

"Ya, Halo," ucap Irfan setelah dia mengangkat ponselnya dan dia arahkan ke daun telinganya.

"Aku gak mau tau sekarang kamu temui aku di tempat biasa. Aku udah nunggu kamu berjam-jam di sini," suara seorang perempuan langsung mengganggu gendang telinga Irfan.

"Huft, shit! Kenapa gue sampe ceroboh gini," rutuk Irfan seraya menjauhkan ponselnya. Dia merutuki kebodohannya yang tidak melihat terlebih dahulu orang yang menghubunginya tadi.

"Maaf, sayang aku lupa. Aku lagi banyak kerjaan," ungkap Irfan pada orang di seberang sana. Bersikap manis adalah andalannya untuk meluluhkan hati perempuan yang tengah mengomel dan marah-marah.

"Lupa? Bukannya tadi pagi kamu yang ngehubungin aku buat lunch bareng," ujar perempuan bernama Marsha yang merupakan pacar Irfan. Ya, setelah putus dari Sarah dia memutuskan untuk kembali menjalin hubungan dengan Marsha yang baru dipacarinya dua hari lalu.

Perempuan-perempuan yang hilir mudik keluar masuk di kehidupan Irfan hanya sekedar mainan saja. Karena hatinya sudah terpaut pada satu gadis yang tak lain dan bukan adalah Zihan. Semuanya Irfan lakukan hanya untuk menunjukkan pada dunia bahwa tidak ada satu orang pun wanita yang menolak pesonanya. Walau dia harus menerima sebuah fakta bahwa ada satu gadis yang terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya. Dan Irfan merasa tertantang untuk mendapatkan hati perempuannya. Ya, gadis itu adalah Zihan si gadis berkerudung lebar dan panjang.

Irfan menghela napas panjang. Malas berurusan dengan Marsha yang terlalu manja dan otoriter padanya. "Maaf tapi aku lagi banyak kerjaan," ulangnya.

Cinta Tak Bersyarat  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang