بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
"Sudah tahu sakitnya patah hati tapi masih saja bermain api."
♡♡♡
Hari demi hari datang silih berganti bahkan waktu terasa begitu cepat berlalu. Semuanya berjalan dengan semestinya, selalu ada cerita dan pelajaran baru bagi Siska yang kini sudah mulai menikmati perannya. Rasanya baru kemarin dia hidup bergelimpangan harta lalu tertimpa musibah kehilangan Ayahnya dan kebangkrutan orang tuanya, luntang-lantung mencari pekerjaan sampai dia mengabdikan dirinya selama satu setengah tahun belakangan ini dengan bekerja sebagai apoteker di salah satu rumah sakit besar.
Sudah banyak hal yang Siska ketahui tentang bagaimana menjadi apoteker yang baik dan benar. Dari mulai pengkajian dan pelayanan resep sampai dengan Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD). Itu merupakan pelayanan farmasi klinik di rumah sakit tempat Siska bekerja.
Pelayanan farmasi klinik adalah pelayanan langsung yang diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.
Siska menjalankan perannya dengan baik sesuai dengan prosedur yang ada. Tapi hanya satu yang tidak dia sukai yaitu konseling. Ya, karena dalam kegiatan itu dia dituntut untuk bersikap manis, berlaku sopan, jaim, dan yang pasti harus menggunakan bahasa formal yang sangat-sangat tidak dia sukai.
Siska tengah berjalan menyusuri jalanan menuju rumahnya karena memang waktu kerjanya sudah selesai. Namun, tiba-tiba saja ada yang menganggu penglihatannya. Di mana dia melihat seorang laki-laki yang tengah duduk di bangku taman dengan kepala yang dibiarkan bertumpu pada kedua lututnya.
"Dari perawakannya gue kenal," gumam Siska seraya berjalan menghampiri laki-laki itu.
"Kenapa loe?" tanya Siska saat dia duduk di sampingnya.
Laki-laki itu hanya menatap Siska sekilas, lalu kembali memusatkan pandangannya lurus ke depan. Di mana hamparan danau terpampang indah di depan matanya.
"Pergi sono. Gue butuh sendiri!" usirnya.
"Sensi banget sih loe, Fan. Gue cuman penasaran aja ngapain loe sore-sore sendirian di sini," ucap Siska. Ya, laki-laki itu adalah Irfan.
"Pasti loe mikirin soal tadi pagi?" tebak Siska tepat sasaran.
"Jangan sok tau loe!" elak Irfan judes.
'Kenapa sih loe masih mikirin Zihan yang jelas-jelas gak akan pernah bisa loe miliki. Liat gue, Fan. Gue di sini, di sisi loe,' jerit hati Siska.
Tadi pagi Siska tak sengaja melihat Irfan yang tengah bercengkrama dengan Zihan dan Suaminya. Ya, sekitar satu tahun yang lalu Zihan menikah dengan sahabatnya yang bernama Gibran. Semenjak acara resepsi digelar Irfan selalu menghindari sepasang suami istri itu tapi sialnya sekarang dia malah kembali dipertemukan dalam situasi dan kondisi yang sangat tidak Irfan ingingkan. Dan lebih parahnya lagi Irfan bertemu mereka di depan ruangan dokter kandungan. Hal itu semakin membuat dia frustrasi dan sakit hati.
"Bukannya itu hal yang biasa buat loe? Kita sama-sama tau kelakuan bejad masing-masing. Dan gue rasa loe gak mungkin serapuh ini cuman gara-gara satu perempuan," ungkap Siska.
"Zihan beda sama cewek-cewek yang pernah gue pacarin. Gue tulus cinta dan sayang sama dia," sanggah Irfan.
"Kalau loe cinta sama dia kenapa loe gak merjuangin dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak Bersyarat
Espiritual[PINDAH KE KUBACA/ICANNOVEL] Jika cinta kepada manusia selalu menjadi topik utama, bahkan tak segan untuk diperjuangkan secara sempurna. Lantas, bagaimana dengan cinta kepada sang Maha Pencipta. Apakah seperti demikan juga? Rasa cinta pada manusia m...