Part 22 | Cinta Tak Bersyarat

2.4K 168 26
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

"Berhijab bukan hanya tentang kesiapan ataupun kecantikan semata. Melainkan tentang wujud keimanan dan kewajiban yang memang sudah sepatutnya dilakukan."

♡♡♡

Hari baru, suasana hati baru, dan tentunya membuka lembaran baru. Siska mencoba untuk melupakan perihal kesakitan dan kegundahan hatinya. Berjalan maju ke depan dengan niat dan tekad yang mantap demi memperbaiki kualitas hidupnya.

Bekerja menjadi tujuan utamanya dan uang menjadi target yang harus dicapainya. Hidupnya akan stuck di tempat jika dia hanya mementingkan perihal hati dan perasaannya saja. Dan sekarang waktunya dia untuk mengubah jalan takdirnya.

Berangkat pagi-pagi buta menjadi pilihannya. Menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit untuk bisa sampai di tempat tujuannya, tentunya dengan motor bebek yang akhir-akhir ini dia gunakan kembali karena memang sudah dia service dan rombak habis-habisan.

"Tumben jam segini udah nangkring di sini," heran Shinta saat melihat Siska tengah duduk santai dan memainkan ponselnya untuk membunuh kebosanan.

"Loe aja yang kesiangan," sahut Siska acuh tak acuh. Dia tengah fokus berselancar ria di sosial media.

Shinta melihat arlojinya yang bertengger cantik di pergelangan tangan kirinya. "Enggak kok."

"Loe liat apaan sih serius amat kayanya," seloroh Shinta mengungkapkan rasa penasarannya.

"Bukan apa-apa," elak Siska lalu memasukan handphone-nya ke dalam saku celana bahannya.

"Bukan apa-apa tapi langsung siap siaga tuh tangan nyembunyiinnya," dengus Shinta.

"Bukan urusan loe juga," kata Siska lalu bangkit dari duduknya.

"Mau ke mana loe?" tanya Shinta.

"Kerja lah. Gue dibayar buat kerja bukan buat kepoin hidup orang lain," sindir Siska.

"Akhir-akhir loe sensitif banget dah, Sis. Kenapa sih?"

Siska menghela napasnya. "Emang gak mempan yah kalau ngomong sama orang muka tembok."

'Kalau gue terus ladenin dia bisa kena semburan larva panas,' batin Shinta. Dia memilih mundur dan tidak lagi banyak bertanya takut membangunkan singa dalam diri Siska.

Kaki jenjang Siska menyusuri koridor rumah sakit yang belum begitu ramai namun orang yang berlalu lalang cukup banyak. Taman rumah sakit menjadi tujuannya, entahlah dia sedang ingin menghirup udara bebas pagi ini.

Mendudukan bokongnya di kursi kosong yang berada di bawah pohon rindang membuat dirinya tenang dan damai. Ada beberapa pasien yang berseliweran dengan kursi rodanya membuat Siska sedikit iba.

Rumah sakit memang sangat identik dengan orang-orang sakit. Dan Siska kurang begitu menyukai tempat itu, tapi nyatanya kini dia berkecimpung di dunia medis yang sangat khas dengan rumah sakit dan peralatan kesehatannya.

Pandangannya begitu lurus ke depan menyaksikan apa saja yang menyapa indra penglihatannya. Hingga akhirnya dia teringat akan poselnya, dan dengan segera dia mengambil ponsel pintar itu. Mengaktifkan data seluler-nya dan memutuskan untuk melihat akun instagram-nya yang sudah lama tidak dia gunakan.

Terlihat sangat banyak notifikasi di sana, dari mulai pemberitahuan beberapa akun yang mem-follow akunnya, DM juga ikut meramaikan notifikasinya, ataupun postingan baru yang di upload oleh teman sosial medianya. Di tengah kesibukannya berselancar ria tiba-tiba saja jari tangannya terhenti dan tertegun melihat salah satu postingan yang berada di beranda akun instagram-nya yang menampilkan sebuah gambar.

Cinta Tak Bersyarat  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang