Part 27 | Cinta Tak Bersyarat

2.5K 181 22
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

"Cintailah seseorang sebagaimana sang Pencipta mencintai hamba-Nya. Maka kamu akan mendapatkan jawaban akan arti cinta yang sesungguhnya."

♡♡♡

Siska dan Shandra saling bertukar cerita disela acara makan mereka. Canda dan tawa ikut menghiasi kebersamaan keduanya. Rasanya sudah lama mereka tidak melepas tawa seperti saat ini. Kesibukan menjadi hal yang utama tersendatnya kebersamaan dua sahabat itu.

"Kak Siska!" teriakan dari dua gadis kecil menghentikan tawa Siska dan Shandra.

"Iya, apa Sayang," ucap Siska menyambut hangat kedatangan dua bocah itu.

"Kenapa gak ke rumah kita," rajuk Gadis dengan bibir yang sudah maju beberapa senti.

"Kak Siska, kan harus kerja. Rencananya pulang dari sini Kakak mau ke rumah kalian kok," ucap Siska menghibur kedua gadis kecil itu.

"Kak Siska tambah cantik kalau pake kerudung," komentar Gladys yang baru menyadari penampilan baru Siska.

Gadis mengangguk setuju dengan penuturan Adiknya. "Iya, Gadis suka liatnya," tambahnya.

Siska membawa kedua bocah mungil itu ke dalam pangkuannya. Dengan Gadis yang di sebelah kanan sedangkan Gladys di sebelah kirinya. "Sama siapa ke sini?" tanyanya.

"Ayah sama Bunda," jawab kedua bocah itu kompak seraya menunjuk ke arah kedua orang tuanya yang tengah berjalan menghampiri mereka.

"Siapa?" Shandra menatap bingung ke arah sahabatnya.

"Ayo salim dulu sama Kak Shandra," titah Siska pada Gadis dan Gladys.  Keduanya menurut dan turun dari pangkuan Siska untuk menghampiri Shandra yang duduk bersebrangan dengannya.

"Yang rambutnya dikuncir dua itu namanya Gadis. Nah, kalau yang pake kerudung biru itu namanya Gladys," kata Siska memperkenalkan.

"Halo Kak Shandra," sapa kedua gadis kecil itu riang.

"Hai, Cantik," sahut Shandra dengan suara riangnya. Dia sangat menyukai anak-anak.

"Assalamualaikum," salam itu berasal dari pasangan suami istri yang tak lain dan bukan adalah Galih dan Gita.

"Wa'alaikumussalam, Mbak, Mas," sahut Siska seraya tersenyum ramah.

"Pangling, Mbak sama kamu. Beda banget, jadi tambah cantik," ungkap Gita setelah mendaratkan bokongnya di sisi kanan Siska.

Siska hanya tersenyum tipis. "Makasih gamis sama kerudungnya, Mbak," katanya.

Gita mengangguk lalu merengkuh tubuh Siska dengan begitu erat. Tak ada kata yang mampu dia ucapkan, tapi dia begitu senang serta bahagia melihat Siska saat ini.

"Makasih, Mbak makasih," ucapan terima kasih tak henti-henti Siska lontarkan di balik punggung Gita.

Dengan penuh sayang Gita mengelus pelan punggung Siska, dan dengan penuh harapan serta doa-doa terbaik yang juga  dia panjatkan kepada sang Khalik.

Gita mengurai pelukannya, lantas mengusap air matanya yang begitu lancang keluar.

"Mas Galih, Mbak Gitanya nangis nih," beritahu Siska dengan senyuman jailnya.

Gita mencubit pinggang Siska pelan. "Udah berani yah jailin Mbak," ujarnya.

"Becanda atuh, Mbak," tutur Siska dengan cengiran khasnya.

Cinta Tak Bersyarat  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang