بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
"Jangan salahkan cinta ketika luka itu mendera. Jangan salahkan cinta ketika kesakitan itu melanda. Karena cinta hanyalah sebuah rasa yang dijadikan tameng manusia sebagai alasan atas ungkapan kekecewaannya."
♡♡♡
"Assalamualaikum," salamnya seraya mendorong pintu kayu berwarna cokelat itu.
"Wa'alaikumussalam warohmatullohi wabarokatuh," sahut Ratih menyambut hangat kepulangan Putrinya.
"Tumben pulangnya telat," sambungnya setelah Siska berhasil mencium punggung tangannya.
"Abis ketemu Shandra dulu, Bu," jawab Siska seadanya.
Ratih hanya menganggukkan kepalanya paham. Walau ada banyak pertanyaan yang bergelayut manja di dalam otaknya saat dia melihat raut wajah sendu dan mata merah sang Putri.
"Siska ke kamar dulu, Bu," pamitnya dengan senyuman yang terlihat dipaksakan.
"Iya, jangan lupa mandi dan makan. Jangan langsung tidur!"
Siska mengangguk lesu mendengar perintah Ibunya. Dia sedang tidak ada mood. Yang dia inginkan hanya tidur di pembaringan, dan bangun dengan harapan semua yang dialaminya itu hanyalah mimpi semata.
Sesampainya di kamar dia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Melipat kedua tangannya yang sengaja dia jadikan tumpuan untuk menyanggah kepalanya. Pandangannya menerawang jauh entah ke mana, dengan angan yang juga berkelana ke mana-mana. Semuanya menjadi satu perpaduan yang sukses membuat kepala Siska ingin meledak seketika.
"Kenapa hidup gue gini amat! Dari mulai bangkrut. Ayah yang sangat amat gue cintai dan sayangi pergi ninggalin gue. Hidup susah dengan penghasilan pas-pasan. Hati dan perasaan gue selalu dirundung kegelisahan. Ahh, kenapa hidup gue bisa jungkir-balik dalam waktu sesingkat ini!" ungkap Siska meratapi kehidupannya.
"Teh, ada yang nyariin Teteh. Orangnya lagi nunggu di ruang tengah," tiba-tiba suara Shakira mengusik Siska.
Siska segera bangkit dari posisi tidurnya, dan duduk bersila di atas kasur. "Siapa?"
"Udah atuh Teh jangan banyak nanya," protes Shakira.
"Banyak nanya apaan sih. Orang Teteh juga baru nanya sekali," dengus Siska tak terima.
"Tinggal temuin aja apa susahnya sih, Teh. Meni ribet!"
Dengan langkah ogah-ogahan Siska mengayunkan kaki jenjangnya menuju ruang tengah rumah kontrakannya. Siska terdiam dan mematung beberapa detik saat netranya tak sengaja bertemu pandang dengan sosok yang beberapa hari ini sangat dia hindari.
'Shit! Nih jantung kagak tau sikon banget dah. Gue belum siap ketemu dia,' jerit Siska dalam hatinya.
Siska mencoba menetralkan suaranya dengan berdehem kecil. Dan itu sukses membuat Ratih memutar tubuhnya untuk melihat keberadaan sang Putri yang tengah berdiri canggung.
"Tante, boleh Edgar ajak Siska keluar sebentar?" tanya Irfan meminta izin.
Seketika Siska membulatkan matanya tak percaya. Dan pandangannya kini tertuju pada sang Ibu, meminta dan memohon agar Ibunya tak memberi izin dia untuk keluar.
"Boleh," ucap Ratih tak mempedulikan tatapan mengiba Putrinya.
"Makasih, Tante," katanya seraya menampilkan senyuman mautnya.
Ratih mengangguk sebagai jawaban. "Jangan pulang terlalu larut," peringatnya.
Irfan mengangguk mantap, lalu menarik pergelangan tangan Siska tanpa meminta persetujuan sebelumnya. Siska meronta meminta untuk dilepaskan namun tak dihiraukan oleh Irfan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak Bersyarat
Spiritual[PINDAH KE KUBACA/ICANNOVEL] Jika cinta kepada manusia selalu menjadi topik utama, bahkan tak segan untuk diperjuangkan secara sempurna. Lantas, bagaimana dengan cinta kepada sang Maha Pencipta. Apakah seperti demikan juga? Rasa cinta pada manusia m...