بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
"Cinta yang hadir dalam sebuah hubungan persahabatan bukanlah sebuah kesalahan."
♡♡♡
Dengan kasar Irfan membanting tubuhnya di atas kasur berukuran king size itu. Pikirannya bercabang dan saling berkecamuk. Dia mengerang frustrasi seraya menjambak rambutnya kasar. Dia tidak mau berada di posisinya saat ini, sungguh tidak pernah sedikit pun dalam benaknya memikirkan perihal perasaan Siska untuknya. Tidak pernah!
"Gue gak mau persahabatan kita rusak cuman gara-gara perasaan loe ke gue. Gue gak mau, Sha!" teriaknya begitu sangat frustrasi.
Apa salah kalau sahabat jatuh cinta sama sahabatnya sendiri?
Tiba-tiba saja sekelebat bayangan percakapan Siska dan dirinya saat mereka duduk di bangku SMA itu datang menghampiri.
"Kenapa gue sebodoh ini untuk mengetahui perasaan loe yang sebenarnya, Sha. Kenapa?"
"Kalau semisal diantara kita berdua ada yang jatuh cinta gimana?" tanya Siska kala itu.
"Enggak mungkinlah," jawab Irfan acuh tak acuh.
"Kenapa?" Siska kembali mengajukan pertanyaannya.
"Karena kita sahabat," sahutnya dengan senyuman termanis yang dia miliki.
Siska terdiam sejenak. Mencerna jawaban sahabatnya yang sangat menusuk relung hati terdalamnya itu.
"Apa salah kalau sahabat jatuh cinta sama sahabatnya sendiri?" akhirnya pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Siska.
"Udah ahk, kok malah jadi bahas ginian," elaknya tak mau memperpanjang pembahasan itu.
Siska mendengus kesal. "Ya, kan gue cuman nanya doang," kata Siska lalu pergi meninggalkan Irfan yang masih duduk setia di bangku taman sekolah mereka.
Irfan tertawa miris, lebih tepatnya menertawakan kebodohannya selama ini. "Apa mungkin obrolan kita dulu itu kode buat gue?"
Arrghhh, Irfan mengerang frustrasi dengan semua kebenaran yang baru saja terungkap. Beribu pertanyaan saling bersahutan dalam otaknya, dan tak ada satupun yang mampu dijawabnya.
Dengan langkah gusar dia masuk ke dalam kamar mandi. Berendam air dingin, sepertinya bisa menjernihkan pikirannya yang sedang kacau balau berantakan.
Andaikan ini semua hanya mimpi buruk. Sudah pasti dia akan segera bangun dan menyambut pagi yang cerah ceria. Namun, sayang seribu sayang ini semua sebuah kenyataan yang harus dia jalani.
Apa bisa mereka memperbaiki hubungan persahabatannya yang sedang berada di ujung tanduk ini?
Hanya waktu yang mampu mengungkap semuanya. Waktu yang mendatangkan rasa dan waktu pula yang akan menghilangkan rasa itu. Setidaknya kini dia sudah mengetahui kejujuran hati sahabatnya. Walau pun dampaknya buruk untuk persahabatan mereka.
Setelah sekitar tiga puluh menit menghabiskan waktunya untuk berendam, Irfan kembali merebahkan tubuhnya. Mencoba untuk memejamkan matanya namun kantuk tak kunjung menyapanya. Yang muncul malah kilatan-kilatan memori kebersamaan dirinya dengan Siska.
"Kenapa sekarang loe malah mengganggu pikiran gue!" jeritnya.
Kini senyuman manis Siska hadir dalam angannya. Namun, dengan begitu cepat senyuman itu sirna dan berganti dengan derai tangis penuh kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak Bersyarat
Espiritual[PINDAH KE KUBACA/ICANNOVEL] Jika cinta kepada manusia selalu menjadi topik utama, bahkan tak segan untuk diperjuangkan secara sempurna. Lantas, bagaimana dengan cinta kepada sang Maha Pencipta. Apakah seperti demikan juga? Rasa cinta pada manusia m...