Tepat pada pukul 15.30, dimana telah berlalunya bel pertanda pulang sekolah. Namun, Taeyong baru saja menyelesaikan urusannya. Ya, urusan yang harusnya dilakukan Ketua Osis, namun justru dilakukan oleh sekretaris. Sedangkan Ketua Osisnya, justru hanya diam santai dan memerintahnya untuk cepat menyelesaikan pekerjaannya juga meliburkan anggota osis lain yang harusnya sudah bersiap-siap untuk mendiskusikan kegiatan yang akan dilaksanakan di hari mendatang.Acara tahunan yang seringkali dilaksanakan disetiap sekolah--Classmeeting. Namun, classmeeting kali ini sedikit berbeda. Biasanya hanya akan memberi acara seperti perlombaan olahraga atau olimpiade kecil-kecilan. Tetapi Daniel aka Ketua Osis memberi saran untuk menyisipkan hiburan yang akan di isi oleh masing-masing kelas.
Taeyong sudah cukup merasa aneh karena Daniel yang beberapa saat lalu di pilih sebagai Ketua Osis--yang tidak ada wibawanya sama sekali. Tetapi, justru anehnya, semua orang tampak senang dan menyetujui, apapun yang diperintahkan Daniel atau yang disarankan Daniel.
Namun, pada akhirnya, yang kena juga oknum-oknum seperti Taeyong. Ya tentu saja, semua sudah siap dan cukup siap. Tetapi, kesalahan terjadi pada proposal yang ingin mereka ajukan pada Kepala Sekolah. Terlebih kesalahan itu ada pada titik perincian dana yang ingin diajukan. Alhasil, Taeyong me-reka ulang perincian dana.
Taeyong menghela napas, ia memundurkan bangku roda dari meja komputer sembari merenggangkan badannya. Pekerjaannya sudah selesai, setelah sekian lama merasa sakit pada punggungnya yang merunduk menatap pada layar komputer. Lantas, ia menanggalkan kacamata anti radiasinya, disimpannya kedalam saku seragamnya, lalu bersiap diri untuk segera pulang.
Tetapi sebelum itu, sebelum ia menuju parkiran tempat motornya berada, ia lebih dulu singgah ke kantin. Sekedar untuk membeli es kopi untuk membasahi tenggorokannya juga menyegarkan matanya.
"Capuccino es nya satu Bu" ujarnya pada Ibu Kantin yang juga sedang mengerjakan pesanan orang lain.
Ibu tersebut menoleh, "Di plastik atau di gelas?"
"Di plastik aja" ujarnya lagi, yang kemudian berbalik dan berjalan menuju meja kantin terdekat lalu duduk disana sembari mengeluarkan ponsel.
Kini, keadaan kantin cukup sepi. Walau masih ada beberapa murid yang tengah duduk sambil berbincang, atau beberapa lainnya yang asik pada dunia masing-masing. Jadi, Taeyong pun tak perlu terburu-buru karena kantin saat ini tengah sunyi.
Sedang asik-asiknya membuka salah satu aplikasi di ponselnya, pandangannya teralih seketika kala mendengar suara derap langkah kaki yang mendekati. Dikarenakan kantin yang cukup sunyi dan lenggang ini, maka Taeyong pun cukup peka atas suara-suara yang mendekat.
Taeyong menoleh, mendapati sosok gadis yang tak asing, sedang menenteng tas gitar dan membawanya ke hadapan kantin yang sebelumnya ia pesan minuman.
"Butin nitip gitar lagi ya...?"
"Eh Lisa ... taroh aja itu dibelakang."
"Oke. Besok pagi Lisa ambil."
"Iya ndo."
Kejadiannya begitu singkat, tetapi walau begitu Taeyong memperhatikan dan cukup mendengar itu dengan seksama. Terlebih saat Lisa masuk ke area dalam kantin yang di tunjuk Ibu Kantin, lalu keluar dari sana sembari mengucapkan salam dan pergi kemudian.
Namun, sepertinya Lisa tak menyadari keberadaannya, bahkan acuh melewati mejanya begitu saja, tanpa melihat ataupun melirik.
Ia mengernyit, memandangi itu, namun kemudian mengalihkan wajah acuh lalu bangkit menuju gerobak kantin tadi. Dan benar saja, Ibu Kantin baru saja ingin memanggilnya karena es kopinya sudah selesai. Lantas, ia pun membayarnya dan pergi dari sana sembari menyesap es kopinya.
Tetapi, lagi-lagi ia bertemu sosok Lisa yang tengah berjalan santai sembari bersenandung kecil. Tepat dihadapannya dan ia pun hanya diam memperhatikan. Hingga, tiba waktunya mereka sampai di parkiran motor. Maka disanalah Lisa baru sadar akan keberadaan Taeyong, hanya karena motor keduanya terparkir berdekatan.
"Eh ... elo. Belum pulang ternyata..."
Taeyong hanya bergeming, mendekati motornya dan mulai mempersiapkan diri. "Iya. Lo juga."
Lisa tersenyum, tepatnya menunjukkan deretan giginya. Cengiran bodoh yang ditampilkan Lisa sejak keduanya bertemu di ruang osis beberapa jam yang lalu.
"Ngosis?" tanya Lisa, sembari membuka tas untuk mengeluarkan kunci motor.
Taeyong mengangguk, ia lantas menoleh, diam sejenak menatap Lisa, "elo ... nitip gitar ke Bu kantin."
Mendengar itu, sontak Lisa menoleh, mengerjap dengan sedikit tersentak. "Lo liat gue tadi?"
Taeyong mengangguk lagi, "kenapa gak di bawa?"
"Kok elo gak negur sih? Sombong ya lo...?"
Taeyong mendecak, mengalihkan wajah sembari membuka jok motor guna mengeluarkan jaket. Hal itupun sama dilakukan Lisa.
"Gue nanya apa. Elo jawabnya apa."
Lisa terkekeh, "ya gimana dong. Soalnya gue males repot nenteng gitar besok."
"Kalo takut repot kenapa dibawa?"
"Kalo gak gua bawa entar ilang."
"Bukannya dititipkan dan ditinggalkan di sekolah itu berkemungkinan besar hilang?"
Lisa mengulum bibir, tepatnya menahan senyuman. "Taeyong Lo tau gak?"
"Kepo itu sifat dajjal" ujar Lisa yang justru mendapatkan tatapan dingin dari Taeyong.
Namun, tatapan itu justru malah membuat Lisa terkekeh senang. Entah mengapa, rasanya senang saja membuat orang baru dikenalnya diam karena terlalu banyak tanya.
"Santai aja mukanya Mas Sekretaris. Kalo emang penasaran, elo bisa add ID gua, Lalisadeww, w nya dobel. Biar entar elo bisa kenal gue lebih dalam" ujar Lisa dengan tawaan kecil karena mendapati Taeyong yang mendelik.
Ia lantas mempersiapkan diri, memasang helm dan menaiki motor. "Gue tunggu elo chat gue loh..." ujarnya yang kembali tertawa kecil, lantas pergi dahulu dengan motornya.
Melihat itu, Taeyong mendecak, namun pandangannya masih menatap kepergian dari gadis itu.
Ia memang penasaran--maksudnya sedikit penasaran. Namun karena itu ia justru bingung, bingung mengapa ia harus penasaran pada Lisa.
🎶🎶🎶
KAMU SEDANG MEMBACA
Mello
Fanfiction[END] Taeyong NCT & Lalisa Blackpink, fanfiction. Setiap hari, dia selalu membawa gitarnya ke sekolah... ~~~ MELLO started: 14/12/18 ends: 16/04/19 ©deeriyaa [!!!] Hanya kisah manis nan pendek dengan masalah yang tidak berarti. [!!!] Harsh Word