5▪Anter

5.4K 1K 29
                                    

"Yong.. kelas lo sebelahan sama kelas Lisa kan?"

Taeyong--semula sedang menyusun atau merapikan kertas-kertas di meja yang berserakan, sehabis ia mengerjakan tugasnya di ruang osis.

"Lisa?" Daniel mengangguk. Pemuda itu berjalan mendekati, lalu menaruh sebuah tas gitar di samping Taeyong.

"Gue nitip ya... kasihin ke dia langsung."

Mendengar itu, Taeyong mendelik, lantas bangkit. "Nggak" ujarnya dengan singkat dan sukses membuat Daniel mendecak kesal.

Taeyong mengabaikan itu, ia memilih berjalan pergi dengan membawa tugas miliknya. Namun, ternyata Daniel mengikutinya sembari membawa gitar, sampai pada dirinya keluar dari ruang osis.

"Elah, cuman anterin ke kelasnya doang Yong. Pelit lu."

"Suruh dia ambil sendiri."

"Ck. Gak bisa Yong. Gue yang minjem dan dia jua udah datengin gue buat minjemin ini gitar. Masa gue nyuruh dia ambil lagi sih"

"Yaudah sana kembaliin sendiri" ketus Taeyong, ingin berjalan meninggalkan Daniel. Namun, lagi-lagi Daniel menghalangi, berdiri tepat dideoannya sembari menyerahkan paksa gitar tersebut pada Taeyong. Bahkan gitar tersebut hampir jatuh jika tidak Taeyong dengan sigap menahannya.

"Lo inget kan? Gue harus datengin Pak Irul buat ngomongin classmeting nanti. Dan ini waktu yang tepat Yong."

"Ck. Kembaliin pas elo selesai. Apa susahnya sih?!" Ujar Taeyong sembari kembali menyerahkan gitar di tangannya pada Daniel, namun Daniel dengan sigap menjauh.

"Sekali-kali lo bantuin gue Yong."

"Bantuin apa?! Gue udah cukup susah ya karena elo Ketua Osisnya."

"Tsk, Yong sekali ini lagi. Besok-besok gue nggak minta bantuan lo deh .." kata Daniel dengan wajah memelasnya. "Ya? Ya.."

Taeyong begitu keras kepala, tetapi Daniel pun sama. Bahkan terus menahan Taeyong atau juga terus menghindar ketika Taeyong ingin memberikan paksa gitar tersebut. Namun pada akhirnya, Taeyong memilih mengalah, bukan karena apa, melainkan karena bel sudah berbunyi disetiap sudut sekolah.

"Ke kelasnya kan?" ujar Taeyong dengan datar namun mampu membuat wajah Daniel merekah senang.

"Iya di kelasnya. Harus ke dianya, kalo dianya gak ada, elu kudu nyari dia sampe ke tangan dia sendiri"

Kedua alis Taeyong saling bertaut, matanya berkedip yang detik kemudian mendengus kesal. "Ribet banget! Pokoknya entar gue titipin ke anak kelasnya aja."

Daniel merapatkan bibir, diam sejenak lalu detik kemudian mengedikkan bahunya. "Ya kalo lo mau hidup dengan tenang, lo harus nurutin kata gue" katanya kemudian berbalik memasuki ruang osis dengan acuh.

Hal tersebut justru mengundang rasa kesal pada Taeyong. Ia mendesis, dalam benak mengumpat serapah Daniel. Ia pun akhirnya memilih berbalik, berjalan meninggalkan ruang osis menuju tangga yang mengarah pada lantai dua.

Dengan perasaan jengkel namun mencoba untuk mengiklaskan pekerjaan ini, Taeyong menaiki tangga dengan santai. Tetapi dalam sekejab, hanya sampai dilangkah kelimanya menaiki anak tangga, rasa tenang itu hanya berlaku sampai detik ini saja. Karena detik selanjutnya, ia terperanjat kaget dan hampir melempar gitar di tangannya, saking terkejutnya.

"DOR!!"





"LO...!" ucapannya tertahan, karena selanjutnya ia mendengus kesal saat melihat oknum bernama Lalisa itu justru terkekeh sehabis mengagetinya. Bahkan tak menunjukan wajah bersalahnya.

MelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang