33▪ Lisa?

3.5K 642 12
                                    

Ini sudah yang kedua kalinya Taeyong mencoba menghubungi Lisa. Namun, dipercobaan yang ketiga ini, Lisa lagi-lagi mengalihkan panggilan nya. Sampai detik ini, rasa cemas menerpa dirinya. Ada apa lagi dengan Lisa?

"Gimana?" Taeyong menoleh, tersenyum kemudian pada pria paruh baya dihadapannya.

"Kayaknya lagi di jalan Om," ujarnya, kembali menatap ponselnya dan detik kemudian menyimpan nya kedalam saku jeans nya. "Kalo gitu saya pulang dulu" pamit Taeyong, bangkit kemudian lalu menyalim sebentar tangan pria itu.

Sementara Tomi hanya tersenyum tipis, melihat lebih lekat lagi sosok pria muda itu. Seketika teringat pada cerita tentang Lucas bahwa Lisa sedang dekat dengan seorang cowok di sekolah.

Tomi tidak sempat berbincang-bincang. Hanya dengan melihatnya saja, ia sudah mengetahui bahwa pemuda itu adalah sosok yang tidak banyak bicara. Hal itu pun, membuatnya juga tak perlu banyak bicara, hanya perlu memperhatikan pemuda itu dalam diam.

Namun, ia jadi sedikit bersyukur akan sekarang telah mengenali pemuda itu. Pasalnya, setidaknya anak gadisnya mempunyai seseorang yang dapat menemani gadis itu. Bukan hanya Lucas saja, melihat Lucas yang sering memilih bermain games ketimbang menemani Lisa, dan ia beruntung lagi, setidaknya mungkin Lisa tak merasa sendiri.

Mengingat lagi kejadian semalam, dimana ia tak sengaja mendengar suara tangisan anak gadisnya. Suara itu sangat pelan, namun memilukan. Ia tak ingin lancang untuk mendekat, namun hanya dapat mendengar dari luar kamar dan menatap pintu kamar Lisa. Entah kenapa, yang ia rasakan adalah, Lisa hanya berjalan sendirian ketika banyak orang didekatnya, contohnya Lucas, Tasya atau mungkin dirinya?

***

"Loh Abang, udah balik? Cepet banget jalan nya?"

Taeyong bergeming, sama sekali tak berniat untuk merespons lebih ucapan Rena, melainkan terus melangkah menaiki tangga. Dirinya malas berbicara, malas hanya sekedar menanggapi Mama nya. Alhasil ia kembali mengganti pakaian rumahnya, lalu bersemayan di ranjang kesayangannya.

"Loh Bang Taeyong udah pulang?"

Taeyong mendengus lagi, ia berbalik memeluk guling nya kesal. Kembali mengabaikan Jaemin yang sudah memasuki kamarnya. "Kenapa dah? Biasanya seneng abis jalan sama Kak Lisa"

"Kata siapa gue jalan!" ketus Taeyong.

Jaemin mencibir, ia lantas berjalan menuju meja samping ranjang Taeyong. Mengambil toples kecil berisi keripik kentang goreng. Cemilan di kamar Taeyong memang selalu enak.

"Santai aja kali. Gak usah ngegas. Emang you pikir saya Kak Lisa yang oke oke aja digas. Lah saya Jaemin loh, Jaemin sang malaikat penyelamat yang tidak suka digas" kata Jaemin duduk di ranjang, mulai menyemil keripik kentang.

Taeyong mendecak, melempar Jaemin dengan guling nya, lalu bangkit bersandar pada sandaraan kasur.

"Kenapa sih Bang? Muka nya makin asem dah. Gagal kencan atau apa?"

"Jangan ngaco! Gue gak kencan!"

Jaemin mencibir lagi, tubuhnya ikut bersandar di sandaran kasur. "Di bilang kaga usah ngegas napa? Gue nanya baik-baik ini loh..."

"Lo kenapa kepo?"

"Lah? Kok dibilang kepo sih? Kan ada tuh pepatah, malu bertanya sesat di jalan."

"Ya berarti elu kepo 'kan?" Jaemin mengedikkan bahu acuh, ia kembali memakan cemilan milik Taeyong.

"Tsk. Kepo sifat dajjal!" ujar Taeyong seraya tangan meraih toples miliknya, merebutnya dari Jaemin. Hal itu tentu membuat Jaemin mendecak kesal.

MelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang