9▪Dikenal

4.9K 892 39
                                    

Pagi ini tampak seperti pagi biasanya. Taeyong dengan motor kebanggaannya, terparkir rapi dengan tempat yang begitu pas untuk mencegak dari terik matahari senin nanti. Ia membenahi diri, lantas menurunkan standar motor lalu melepaskan helm nya dan ditaruhnya pada spion motor seperti orang kebanyakan. Sesudah itu ia melepas jaketnya, membuka bagasi motor, lalu menyimpan jaketnya disana, seperti biasa.

Lantas, ia kembali menyampirkan tas ranselnya pada punggung dan bersiap pergi dari sana. Namun, langkahnya terhenti dengan diri yang tersentak kaget ketika sebuah motor besar dengan suara yang begitu memekakkan telinga melintas laju tepat di depannya dan berhenti tepat di samping motornya yang terparkir rapi. Bersamaan dengan itu, sebuah suara nyaring yang begitu khas menyapanya.






"Haloo Taeyong...!!!"

Napasnya masih terengah dengan dada yang berdebar kuat akibat terkejut tadi. Ia merapatkan bibir dengan pandangan tajam yang terarah pada Lisa. Juga seseorang siswa dengan jaket hitam yang berada tepat di depan Lisa. 

Lisa lekas turun sembari melepas helm dan diserahkan nya pada cowok yang membonceng gadis itu, dengan sigap cowok itu menangkap helm Lisa dan menaruhnya di kaca spion motor.

"Elo pagi banget dateng nya" kata Lisa sambil membenarkan tas gitar juga tas ransel gadis itu. Oh tak lupa senyuman lebar yang selalu ditampilkan gadis itu di setiap Taeyong melihatnya.

Tatapan menghela napas, menatap Lisa dengan tatapan yang senantiasa datar, "gue emang dateng jam segini" ujarnya kemudian melirik pada cowok yang tengah berbenah diri dan masih duduk diatas motor.

"Lah iya ya... Anak Osis 'kan menteri disiplin, jadi kudu pagi terus datengnya hehehe" ujar Lisa diakhiri dengan cengiran.

Taeyong merotasi kan bola matanya, mengalihkan wajah dari Lisa dengan dengusan kecil. "Serah."

Taeyong sudah akan kembali berjalan, namun tertunda lagi kala mendengar suara berat yang begitu sarkas. Menarik atensinya untuk sekedar menoleh dan menatap seorang cowok yang baru saja turun dari motor, sembari mengacak surai yang masih terlihat basah.




"Jadi ini Lis, yang nganterin elo?" Cowok itu menatap Taeyong, begitu lekat seolah tengah menilai penampilan Taeyong, mulai dari atas sampai bawah.

Mendapati tatapan seperti itu, entah mengapa membuat hatinya terasa dongkol. Balas menatap cowok itu dengan tajam. 

"Ya syukur ada Taeyong. Coba kalo nggak ada, gue di marahin Boss kalo sampe telat!" seru Lisa.

Cowok itu—Mingyu namanya, merotasi kan bola mata menatap Lisa jengah. "Iya iya Lis. Nggak usah ngegas napa. Masih pagi nih!"

"Ya gue masih kesel sama lu!"

"Yaudah nggak usah pulang sama gue. Sono pulang sama malaikat penolong lo!" kata Mingyu, kemudian berbalik pergi.

"Lah? Malah ngambek anak mami" cibirnya kemudian berjalan mengikut, tetapi sebelum itu ia menoleh pada Taeyong.

"Eh Yong, gue duluan. See you...!" serunya, tak lupa di iringi dengan senyuman lebar seperti biasa—yang kemudian gadis itu berlari menyusul Mingyu.

"MING! TUNGGUIN ENENG!!" teriak Lisa.

Belum sempat menjawab, Taeyong hanya dapat mengerjap—yang detik kemudian mencibir. "Terimakasih kek, apa kek" gerutunya.

Lantas, sembari menggerutu, kakinya kemudian berjalan, memasuki area lapangan yang menjadi satu-satunya jalan menuju gedung sekolah. Ia berjalan santai, sesekali melirik keadaan sekolah yang belum ramai karena masih terbilang sangat pagi. Bahkan, suara dari derap langkah kaki juga percakapan dari murid lain yang kebetulan melintas di depannya, terdengar begitu jelas.

MelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang