"Kok rame? Emang ada acara apaan sih?"
Lisa menoleh dengan kedua bola mata yang mengerjap. Tak pernah menyangka jikalau Taeyong akan mempertanyakan sebuah pertanyaan konyol baginya.
"Tsk, setiap malem minggu emang rame kali Yong. Emang lo pikir kafe rame karena ada acara yasinan?" sarkas Lisa.
Taeyong mencebikkan bibir sembari mengedikkan bahu, "kan bisa aja kan jaman sekarang yasinan di kafe."
Lisa merotasikan bola matanya sembari ia membenarkan letak tas gitar di punggungnya. "Lo pikir semua tempat yang rame itu ada acara yasinan atau slametan gitu? Jadi lo pikir kalo Mall rame banget lo sebut acara yasinan juga?"
Taeyong menoleh, mendelik kemudian, "gak gitu juga."
"Ck, lo itu kurang asupan. Sering-sering keluar biar gak kudet!"
"Males banget" jawab Taeyong acuh.
Lisa mendecih, lantas kemudian ia mengalihkan pandangan. Tak ingin terlalu lama ia lalu berjalan lebih dulu menuju pintu kafe. Kafe yang sekelilingnya hanya dibungkus dengan kaca-kaca bening nan tebal–memperlihatkan bagaimana orang tengah beramai-ramai di dalam kafe. Seperti kafe kebanyakan, namun kafe ini terlalu ramai jika sudah di malam minggu, seakan malam-malam pelampiasan atas lelahnya sepekan berkegiatan.
Taeyong mengikuti Lisa dengan diam sembari pandangannya menengadah, memperhatikan sekitar. Baginya, terlalu ramai bahkan sangat ramai. Ia tak suka.
Langkah Lisa terpaksa terhenti kala tangannya sudah akan mendorong pintu kafe. Dirasanya, seseorang menarik kerah belakang bajunya, menahannya untuk tidak membuka pintu tersebut dengan lebar. Ia sontak berbalik, memandang tak mengerti pada Taeyong.
"Apaan?"
Taeyong tidak langsung menjawab. Justru terdiam dengan kedua manik yang terus bergulir memperhatikan kedalam kafe. Kemudian menatap Lisa dengan ragu.
"Gue nunggu diparkiran aja..." ujarnya dengan suara yang sedikit pelan.
Kedua kening Lisa menyatu, menatap heran pada keraguan yang terlihat jelas dari Taeyong. Lantas ia menarik Taeyong, agar keduanya berdiri disisi pintu kafe, hingga tak menghalangi orang-orang yang ingin lewat.
"Kenapa sih? Ada apa? Kenapa mau nunggu di parkiran? Mending di dalem enak, banyak anak-anak sekolah kita juga. Lagian ngapa pingin ke parkiran? entar lo dikira tukang parkir sama orang-orang" oceh Lisa tak henti.
Kedua mata Taeyong dirotasikan, ia mencebikkan bibir. "Yakali ganteng gini dikira tukang parkir!"
"Lah? Gak ada yang gak mungkin Yong ... Tapi bener juga sih, nggak mungkin juga lo dikira tukang parkir. Paling nggak lo di godain banci-banci yang sering lewat" kata Lisa yang membuat Taeyong menegak dengan kedua bola mata yang membulat sempurna.
"Hah? Serius?!" Lisa mengangguk dengan mantap.
Taeyong menggeleng, bibirnya sedikit di kerucut yang justru seketika membuat Lisa mengulum bibir karena merasa gemas pada Taeyong.
"Yaudah gue ikut masuk..," ucap Taeyong kesal, "tapi gue gandeng lo ya ... gue megang baju lo kayak gini."
Lisa mengerjap, ia menepis tangan Taeyong dari kerah bajunya. "Ha? Apasi lo?! Lo pikir gue kecoa di giting gini!"
"Lagian kenapa sih lo?! Tinggal jalan doang apa susahnya?"
Taeyong mengulum bibir, ia menautkan kedua tangannya. "Rame banget, gue pikir nggak terlalu rame."
Kedua alis Lisa bertaut, menatap heran Taeyong. "Ya emang maunya sepi? Kalo sepi gue nggak bakal bisa dapet upah banyak."
"Kalo gitu gue pulang aja deh, entar kalo udah selesai lo hubungin gue." Lisa mengerjap, detik kemudian ia menggeleng.
"Ck, buang-buang bensin Yong. Udah lo jalan di belakang gue" ucapnya kemudian berjalan lebih dulu membuka pintu kafe.
Taeyong menghela nafas, dengan cepat ia meraih lengan baju Lisa dan membuat Lisa kembali tersentak, menoleh lagi dan menatap Taeyong bingung.
"Udah sana jalan!" kata Taeyong masih dengan tangan yang mencengkram lengan baju Lisa.
Lisa mendecak, lantas berbalik untuk membiarkan Taeyong. Kendati demikian, sudut bibirnya terangkat, melirik kecil pada Taeyong yang terus menunduk sambil terus berjalan berdempetan di belakangnya. Momen ini justru membuatnya ingat masa dulu bersama adiknya, tetapi entah mengapa ia jadi semakin gemas melihat Taeyong.
Ia merasa malam ini Taeyong seakan terlihat seperti anak kecil yang takut hilang ditinggal ibunya. Menciut malu dibalik punggungnya, seolah sesuatu membuatnya tak ingin berjauhan selangkahpun.
"Lis, jangan cepet-cepet, santai aja!" bisik Taeyong tepat disisi wajah kanan Lisa.
Lisa menoleh sekilas, ia menepis tangan Taeyong dari lengan bajunya, kemudian menarik Taeyong untuk berjalan di sampingnya.
"Yong jangan kayak anak kecil deh, jalan di CVsamping gue aja. Biar enak di lihat. Entar dikira gue bawa babu lagi kalo lo jalan di belakang gue."
Bibir Tayong mengerucut, ia berjalan disamping Lisa menatap lurus kedepan. Lisa yang melihat itu terkekeh kecil. Rasanya Lisa mau nyubit bibir Taeyong.
Kenapa sih? Malam ini Taeyong keliatan gemas. Berbeda kalau di siang hari pas sekolah.
"Yong..." Taeyong menoleh.
Lisa menipiskan bibirnya sejenak, menoleh pada Taeyong dengan senyuman lebar. "Lo malem ini ganteng ya... ditambah nggak galak... hehehe" ujarnya di akhiri dengan cengiran khasnya.
Detik saat ia mengucapkan itu, detik itu pula semburat merah yang muncul di kedua pipi Taeyong membuat Lisa tertawa.
🎶🎶🎶
Double up karena udah 1k aja ini.... hihihi

KAMU SEDANG MEMBACA
Mello
Fiksi Penggemar[END] Taeyong NCT & Lalisa Blackpink, fanfiction. Setiap hari, dia selalu membawa gitarnya ke sekolah... ~~~ MELLO started: 14/12/18 ends: 16/04/19 ©deeriyaa [!!!] Hanya kisah manis nan pendek dengan masalah yang tidak berarti. [!!!] Harsh Word