Terkejut? Tentu saja, terkejut adalah gambaran yang pas untuk Yuju saat ini. Pasalnya, ia diajak bertemu oleh teman kecilnya sekaligus tetangganya— Taeyong.
Tak pernah sedikitpun ia akan menduga hal ini. Ia pikir Taeyong hanya perlu ke rumah nya dan berbicara seperti biasa. Namun, pemuda itu justru memintanya untuk bertemu di taman komplek perumahan mereka. Mau tak mau ia terkejut akan hal ini.
Yuju menipiskan bibir, kepalnya merunduk dengan tangan yang menggengam es jeruk dari plastik yang sudah ia beli di warung komplek sebelum sampai kesini. Sesekali ia menyesapnya. Sedangkan itu, tak jauh dari tempatnya Taeyong diam dengan pandangan lurus kedepan.
Ia sudah berada disini, bersama Taeyong sejak beberapa menit yang lalu. Tapi Taeyong tak kunjung bicara selain terus diam memandang lurus. Kalau saja Taeyong adalah Mingyu atau Wonwoo, sudah dipastikan ia akan lebih banyak mengoceh. Namun ini Taeyong, ia bahkan merasa canggung akan hal ini.
Yuju berdeham sejenak, mencoba menarik atensi Taeyong. "Lo ngajak gue ketemu disini cuman buat diem-dieman?"
Taeyong mendongak, masih enggan untuk membuka suara. Ia duduk disalah satu ban besar yang di cat berbagai warna, ban tersebut sengaja di tanam setengah lingkaran agar dapat dijadikan tempat duduk.
"Gue langsung to the point," ujar Taeyong kemudian.
Kening Yuju saling bertaut, batin nya berseru, sejak kapan seorang Taeyong berbasa-basi? Namun, detik kemudian, ia justru terperangah akan ucapan yang dilontarkan Taeyong.
"Lo suka sama gue?"
Pertanyaan tersebut begitu tiba-tiba. Mungkin Yuju tidak akan pernah terpikirkan akan hal ini, tapi mengingat lagi— Taeyong tidak mungkin mengajaknya bertemu disini hanya untuk berbincang-bincang kecil. Karena mereka tak sedekat itu. Dan sekarang, kendati terkejut ia juga merasa bahwa dugaan nya juga benar. Ia yakin, ini pasti tentang Lisa.
"Hm ... gue suka sama lo ..." jawab Yuju dengan wajah meyakinkan nya.
Taeyong terdiam. Pemuda itu semakin menipiskan bibir, menatap lekat Yuju dengan pandangan yang tiba-tiba berubah— menatap Yuju dengan tatapan bersalah. Melihat itu, Yuju justru merasa sesak. Ia mengalihkan wajah, tersenyum tipis kemudian.
"Lo sendiri, suka sama gue?" tanya Yuju kendati ia tahu sendiri jawabannya. Namun, ia ingin memastikan nya lagi.
Taeyong diam lagi. Ia menelan ludahnya kasar tidak tahu harus merangkai kata apa untuk menjawab Yuju agar tak menyakiti perasaan gadis itu. Ingin menjawab tidak, ia takut menyakiti perasaan Yuju. Jika ia menjawab iya, maka ia telah membohongi perasaannya juga Yuju.
Taeyong masih terdiam, sampai Yuju menoleh dengan senyuman tipis. "Gak usah dijawab, gue tau jawaban nya. Elo gak suka gue, karena elo suka sama sahabat gue, yakan?"
Mau tak mau, Taeyong mengangguk. Bibirnya masih dirapatkan, masih enggan untuk bicara. Melihat reaksi itu, Yuju tersenyum, lantas kembali mengalihkan wajah.
"Dulu gue selalu pingin bilang sama elo, kapan sih elo liat gue? Kapan sih elo suka balik sama gue? Tapi gue pikir gak akan pernah. Karena sekarang, elo suka sama sahabat gue," ucap Yuju.
"Gue pikir dengan kehadiran Lisa. Elo bisa lebih terbuka sama dunia luar, dan gue bakal ajak elo kesana-kemari nikmatin dunia luar. Tapi ternyata bukan cuman diri lo yang terbuka untuk dunia luar. Tapi hati lo yang terbuka untuk Lisa ...."
"Gue salah biarin elo deket sama Lisa. Harusnya waktu itu, gue gak ninggalin Lisa dan berakhir ketemu elo. Waktu upacara—"
"Lo salah ...," potong Taeyong, kini menatap lagi pada Yuju, "Sebelum itu, gue udah pernah ketemu Lisa ... gue ngira ini cuman perasaan lewat, tapi ternyata ini lebih dari yang gue kira. Gue udah jatuh sama Lisa sebelum gue ketemu Lisa saat upacara ...."
Sudut bibir Yuju tertarik, tersenyum lembut menatap Taeyong. "Terus kenapa gak lo kejar?"
Taeyong menghela napas, ia merunduk perlahan dengan perasaan yang tak nyaman. "Ju ... "
"Yong ...," sela Yuju sebelum Taeyong kembali berucap, "gue sempet mikir, dari pada mencintai, gue lebih milih dicintai. Dan sekarang gue punya seseorang yang suka tulus sama gue. Dan elo ... elo punya Lisa yang juga suka sama elo."
"Ju, gue cuman mau ngelurusin ini sama lo."
"Kita bahkan gak ngemulai apapun untuk meluruskan apapun. Gue yang biarin perasaan ini tumbuh juga biarin perasaan ini gue pendam. Elo gak tau apapun itu bukan salah lo. Karena ini tugas gue sendiri," Yuju menarik napas, memberi jeda sejenak— untuk jantungnya yang terus berdebar. Ini debaran sakit yang tak pernah ia rasa sebelumnya.
"Gue udah janji sama Lisa untuk saling jujur, Lisa bahkan secara gak langsung udah jujur sama perasaan nya ke elo. Gue udah nyuruh dia untuk samperin elo. Tapi dia bilang, dia gak akan pernah lakuin karena jaga perasaan gue. Lo tau perasaan gue kayak mana pas dia bilang gitu?"
"Gue ngerasa bersalah banget. Dia udah ngorbanin perasaan nya, jauhin elo demi gue. Dan sekarang ... gue yang bakal ngelakuin itu, gue bakal lupain elo. Dan gue juga orang pertama yang bakal dukung elo sama Lisa."
Taeyong tidak tahu apa perasaan nya saat ini. Ia terkejut, tentu saja. Sudah cukup ia terkejut dengan fakta dari Wonwoo bahwa Yuju menyukainya. Kini, melihat Yuju sampai pada titik ini, sampai pada rela untuk mengikhlaskan. Taeyong merasa bahwa dirinya begitu kejam. Namun disisi lain, ia pun tak dapat mendustai perasaan nya.
Sementara Yuju hanya dapat tersenyum. Ia menghela napas lagi dengan pelan. Kembali menatap lurus kedepan.
Bohong jika ia pernah bilang pada Lisa, bahwa perasaan nya ke Taeyong hanya sekedar crush. Namun, lebih dari itu— Taeyong lah sebenarnya cinta pertama Yuju. Tetapi, ia lah yang memilih diam dan memendam perasaan nya sendiri. Ia yang bertanggung jawab atas perasaan nya sendiri.
Seperti yang dikatakan nya tadi. Kini giliran Yuju, mengorbankan perasaan nya demi sahabatnya.
"Gue benci liat Lisa sama Jaewon ..." kata Yuju tiba-tiba.
"Lisa kayak bukan temen gue pas lagi sama Jaewon. Dia kayak orang dari dimensi lain yang gak pernah gue temuin. Tapi kalo sama elo, dia lebih bisa bebas ketawa. Gue jadi seneng liatnya ...."
"Dia itu, ceria banget. Gue sama Mingyu Wonwoo tau kalo dia itu sering punya beban yang gak bisa diluapin. Gue sebenernya kesel karena dia gak pernah dikitpun mau cerita tentang masalah dia. Dia cuman terus-terusan ketawa, cengar-cengir tanpa perduli apapun. Tapi, sejak dia deket sama elo ... gue sadar, dia jadi lebih banyak aktif, ketawa bebas, bahkan gak pernah lagi gue liat dia dateng pagi ke sekolah dengan mata sedih. Karena itu, makasih Yong ...." tutur panjang Yuju, mengakhirunya dengan sebuah senyuman tulus.
Ini bukan karena dia ingin terlihat sebagai orang baik di hadapan Taeyong. Tetapi ini murni dimana ia mengisahkan bagaimana Lisa pada Taeyong, bagaimana perasaan nya yang begitu tulus untuk ingin Lisa lebih bahagia.
Sudut bibir Taeyong terangkat, ia tersenyum tipis. Lagi-lagi, karena cerita Yuju, ia jadi teringat masa-masanya saat Lisa berada di dekatnya. Gadis itu menyebalkan, tetapi sifat menyebalkan nya membuat Taeyong merindu. Senyum lebarnya yang membuat Taeyong ingin juga selalu tersenyum, bahkan saat bibir itu berucap dengan fasih membuat Taeyong merasa senang.
Sebegitu suk nya Taeyong pada Lisa dan sebegitu rindunya Taeyong saat ini.
Yuju lantas bangkit. Ia tersenyum tipis, merasa sudah tak ada lagi yang harus ia ucapkan pada Taeyong. Maka ia berjalan kecil, menoleh sejenak pada Taeyong yang masih diam menatapnya.
"Gue inget. Kemarin Mingyu bilang. Sekarang Jaewon sering hubungin Lisa. Gue rasa tuh orang udah mulai buka hati, mungkin." Yuju tersenyum tipis. Ia terkekeh kemudian berjalan meninggalkan Taeyong.
Taeyong sendiri langsung menegak, mengigit pipi dalam nya mendengar ucapan Yuju tadi.
"Shit!"
🎶🎶🎶
Besok lisa jadian...
Ama Jaewon :)
-eri
KAMU SEDANG MEMBACA
Mello
أدب الهواة[END] Taeyong NCT & Lalisa Blackpink, fanfiction. Setiap hari, dia selalu membawa gitarnya ke sekolah... ~~~ MELLO started: 14/12/18 ends: 16/04/19 ©deeriyaa [!!!] Hanya kisah manis nan pendek dengan masalah yang tidak berarti. [!!!] Harsh Word