WARNING!!!! 20 ++
(Series 1 Blackwood)
Pernah terpikir dan ngebayangin gak bakalan kepincut plus jatuh cinta sama om-om dari pada sama anaknya.
Bisa saja itu terjadi, karena perasaan yang tumbuh siapa yang tahu dan siapa yang dapat mengontrolnya.
It...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°°°°
Ruang kerja pribadi yang di dominasi oleh warna merah dan hitam itu begitu sunyi, hanya sesekali terdengar suara keybord di ketik, itu pun setelahnya kembali hening.
Di balik cahaya remang-remang, sosok menawan tengah duduk di kursi kebesarannya. Tidak ada cahaya lampu yang menyorotnya, hanya ada sinar kecil dari laptop yang tengah dia pandangi. Mata tajamnya begitu fokus memerhatikan sebuah objek gambar gadis cantik nan imut. Jarinya terus menekan untuk memindahkan gambar ke gambar lainnya, sesekali bibir sedikit tebalnya akan memperlihatkan lengkungan lebar dengan mata berbinar saat gambar memperlihatkan foto gadis itu sedang tersenyum.
Betapa sangat menggemaskannya bukan?
Di saat dia mulai hanyut dalam foto-foto tersebut, tiba-tiba saja pintu ruang kerjanya terbuka dari luar. Suara pintu menghantam dinding bisa terdengar olehnya, meski suaranya pelan, tetap saja dia merasa terganggu akibat kesenangannya yang terganggu.
Dia menggeram kesal, matanya melotot seram berniat untuk memarahi orang yang berani memasuki ruang pribadinya itu. Akan tetapi kata-kata kasar yang akan dia semburkan harus tersangkut di tenggorokannya ketika tahu siapa yang berani mengganggunya.
"Daddy!"
Alenzo sedikit terperangah akan panggilan manja yang keluar dari pemilik suara imut untuk dirinya. Tatapan seramnya sekarang di penuhi kelembutan penuh binar kasih sayang, bibirnya melengkung menjadi senyuman lebar saat dia berkata, "Baby? Ada apa? Kenapa tidak mengikuti pelajaran hmm?"
Hanya saja pemilik suara imut itu tidak menjawab pertanyaannya, dia hanya diam cemberut, tubuhnya mendarat di sofa merah darah dengan bulu-bulu di sandarannya, membuat gadis itu tanpa sadar memejamkan kelopak mata indahnya, mendesah nyaman untuk sensasi lembut yang di rasakannya.
Alenzo terkekeh geli menyaksikan tingkah polos kekasihnya.
"Kenapa di sini selalu gelap, Alen?" Setelah diam beberapa saat, suara keluhan terdengar dari bibir Vee saat melihat suasana suram keseluruhan ruang kerja milik Alenzo, begitu gelap dan suram. Namun, entah mengapa pria tampan itu begitu menyukai nuansa gelap di sekitarnya, padahal Vee sendiri merasa bosan melihatnya.