Waktu menunjukan pukul 8 malam, mereka berdua menghabiskan waktu bersama-sama. Bagi Deven hari ini sangatlah spesial mereka bisa melepas tawa bersama, tapi bagi Deven juga ini lah suatu akhir dari segalanya.
Deven berniat untuk berbicara pada Anneth tentang kepergiannya, tapi ia tak tega untuk menghancurkan moment indah ini. Mungkin bagi kalian hari ini biasa saja tapi bagi mereka ini adalah segalanya.
Deven memerhatikan lekuk demi lekuk wajah Anneth yang sedang tersenyum melihat pada layar televisinya. Akankah ia bisa sedekat ini lagi.
"Woy" Anneth membuyarkan lamunan Deven
"Paan sih ngagetin aja"
"Lagian lo bukannya nonton film malah nontonin gw" Anneth meneguk minuman yang ada di meja tepat di depannya
"Haha lucu aja, liatin televisi doang bisa sampe senyum-senyum, ketawa lebih parahnya televisi lo tangisin" gurau Deven
"Haha abisnya seru, lo nya aja yang nontonnya ga pake hati"
"Apa urusannya sama hati"
"Ya ada lah"
"Apa coba? " tanya Deven memajukan wajahnya ke depan wajah Anneth
"Liat mata gw nih, gw jelasin"
"Emang ada apa di mata lo? Ada pelangi? Atau ada belek?"
"Ah lo mah bercanda mulu haha, emang di mata gw ada belek?" tangan Anneth pun refleks menyapu ke arah ujug matanya
"HAHAHA" tawa Deven keras
"Isshh nyebelin deh" Anneth memukul pundak Deven pelan
DERRRZZZ DERRRZZZ
Handphone salah satu dari mereka bergetar. Entah itu Anneth atau Deven. Mereka berdua pun mengecek handphonenya dan ternyata itu punya Deven yang bergetar.
Deven mengerutkan dahinya, menatap pada layar handphonenya dengan fokus membaca kata demi kata yang tertera pada layar tersebut.
"Kenapa Dev? Ada apa?" tanya Anneth penasaran dengan isi pesan tersebut
"Dev... Ada apa? Mana gw liat! " karena Deven tidak menjawab, Anneth pun merebut ponsel yang sedang di genggam oleh Deven dan mulai membaca isi pesan tersebut.
Mata Anneth terbelalak saat melihat isi pesan yang baru saja masuk.
From : 08126952****
Dev tolong gw, ada yang 3 orang lelaki ngikutin terus, gw takut banget Dev!
Joa
Gw ada di pinggir jalan Kenanga. Please Dev!
Joa
Anneth dan Deven saling bertatap, telihat jelas di mata mereka berdua sangat bertanya-tanya antara harus percaya atau tidak dengan isi pesan singkat tersebut. Yang buat mereka percaya adalah tempatnya, jalan Kenanga sangat sepi jarang sekali di lintasi kendaraan baik sepeda motor maupun mobil.Tanpa pikir panjang Deven pun berdiri dari tempat duduknya dan bergegas untuk pergi menemui Joa.
"Gw harus susul Joa" kata Deven pergi meninggalkan Anneth
"Gw ikut." Anneth menahan lengan Deven
"Ga usah, ini udah malem"
"Pokoknya gw mau ikut!" paksa Anneth menatap tajam mata Deven
"Biar gw aja, tar kalo ada apa-apa sama lo gimana?" Deven menatap mata Anneth dengan penuh kekhawatiran
"Nggak apa-apa, kan gw sama lo dan lo ga mungkin biarin gw terluka kan?"
"Yaudah."
Mereka berdua pun pergi meninggalkan rumah Anneth. Deven mengendarai motornya sangat cepat tidak seperti biasanya, Anneth memejamkan matanya dan mempererat pelukannya.
Batin Anneth bertanya-tanya 'begitu khawatirnya Deven sama Joa'
"Dev pelan-pelan aja, gw takut" bisik Anneth
Karena laju yang sangat cepat Deven tak mendengar perkataan Anneth.
Mereka pun akhirnya sampai di tempat yang Joa maksud dengan segera mereka pun turun dari motornya, mata Deven tak berhenti mencari sosok Joa. Hanya ada satu penerangan di pinggiran jalan itu dan tepat di bawah lampu tersebut terlihat ada segerombolan lelaki. Mungkin itu yang di maksud Joa.Deven pun mulai melangkah mendekati segerombolan lelaki itu, Anneth hanya mengikutinya dari belakang.
BUGHH
Hantaman keras mendarat tepat di punggung Anneth, penglihatannya mulai meremang, kata demi kata yang terucap mulai tak mengeluarkan suara.
GUBRAKK...
"ANNEEEEETTTT... " teriak Deven mendapati Anneth yang tergeletak di telotoar jalan. Deven berlari kearah Anneth tapi sayang seseorang mencegahnya dan...
BUUGGHH
Pukulan keras mendarat di perut Deven, Deven pun tak hanya diam ia membalas pukulan itu dan terjadilah pertengkaran antara mereka.
Semua usaha Deven lakukan untuk mempertahankan dirinya, tapi sayang lelaki itu bukan hanya satu orang tapi mereka bergerombol.BRUKK
Deven tak bisa menyeimbangkan tubuhnya lagi, mata sayup mulai kabur, dengan darah yang terus keluar dari ujung bibirnya. Perih rasanya.
"Anneth..... " panggil Deven melemah yang tak bersuara.
Deven menyaksikan segerombolan lelaki itu membawa pergi Anneth dengan mobil hitamnya.
***
Aaaaaaaa
Teriak Deven bangkit dari tempat tidurnya, keringat membasahi seluruh tubuhnya. Ujung bibir yang mulai terasa perih lagi pun ia pegang.
"Tenang Dev, ini mama ada di sini" suara itu sangat tidak asing di telinga Deven
"Maa Deven dimana ma, Anneth mana ma Anneth manaa" tanya Deven histeris
"Tenangin dulu diri kamu, kata dokter jangan dulu banyak gerak banyak lebam di tubuh kamu" ucap Mama lembut dan kembali membaringkan Deven
"Tapi Anneth mana ma"
"Kamu istirahat dulu aja ya, nanti mama panggil Anneth"
"Iya ma"
Deven pun kembali berbaring di ranjangnya. Tempat yang sangat asing bagi dirinya dengan bau yang sangat khas. Ia berada di rumah sakit.
Usai dari tragedi kemarin Deven di temukan tergeletak di pinggir jalan kemudian di larikan ke rumah sakit karena luka yang cukup parah di bagian wajah dan perutnya.Deven tidak tahu keberadaan Anneth yang sebenernya, setelah kejadian itu Anneth hilang. Semua teman-temannya mencari keberadaan Anneth tapi hasilnya nihil Anneth tidak di temukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE THE REASON - [END]
FanfictionBagaimanakah kisah cinta @anneth.dlc setelah sekian lama gagal move on, apakah dia bisa melupakan semua kenangan dan membuka lembaran baru bersama seseorang yang baru saja hadir di hidupnya? siapakah lelaki itu sehingga bisa membuat @anneth.dlc mov...