Tak terasa waktu Deven untuk pergi meninggalkan sudah tiba, Ujian Nasional telah selesai, begitupun kelulusan sudah terlewati. Deven lulus dengen nilai tertinggi ke-2 se SMA Harapan Bangsa tak lupa banyak prestasi yang ia capai seperti lomba solo vokal, lomba band dan masih banyak yang lainnya.
Kini Anneth , teman-teman, dan keluarga Deven sudah berada di bandara untuk mengantarkan kepergian Deven ke Prancis. Anneth mencoba menahan air matanya agar tidak menetes, tapi rasanya ini sangat berat. Deven tahu perasaan Anneth sekarang tapi mau bagaimana lagi ini sudah takdir mereka untuk berpisah, semoga saja hanya untuk sementara.
Deven berpamitan pada semua keluarganya, meminta doa restu untuknya, tak lupa pelukan hangat dan kecupan lembut ia beri pada keluarganya. Ia melangkah pada teman-teman seperjuangannya bersalaman, berpelukan satu sama lain. Tak terasa air mata harunya menetes di pipi lembutnya, ia segera menghapusnya karena tak mau terlihat sedih di hadapan semuanya.
"Hati-hati bro, gw bakal rindu lo" kata Gogo memeluk Deven sembari menepuk lembut pundaknya
"Thanks"
"Jangan lupa pulang ya bro" kata teman bandnya yang serentak memeluk erat Deven
Deven hanya tersenyum dan mengangguk, tinggal satu orang lagi yaitu kekasihnya. Deven tersenyum tipis melangkah kearah Anneth, tak tega rasanya untuk meninggalkannya.
Deven menggenggam tangan Anneth "Tunggu aku pulang ya" Anneth hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum
"Jaga diri kamu baik-baik, fokus sama sekolamu biar bisa susul aku ke Prancis" lanjut Deven , lagi-lagi Anneth hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya
Kini Deven memeluk erat Anneth, begitupun dengan Anneth yang semakin mempererat pelukannya. Kini Anneth mengeluarkan suaranya berbisik pada Deven "Jangan lupain aku, ingat janji kita bahwa kamu akan pulang menemuiku lagi" kata Anneth terbata-bata menahan tangisannya
"Iya sayang pasti, aku janji" Deven melepas pelukannya, mencium lembut kening Anneth, tapi Anneth kembali menarik tubuhnya ke dalam pelukannya lagi.
Deven tahu pasti ini sangat berat tapi ini demi masa depannya juga. Anneth melepaskan pelukannya mengusap lembut pipinya yang basah karena air matanya.
"Udah jangan nangis lagi, nanti matanya bengkak loh" kata Deven mengusap air matanya
"Ngga bisa" air mata Anneth tak bisa terbendung lagi.
Semua teman-temannya pun ikut merasakan sedih dan meneteskan air matanya, sudah berapa tahun mereka bersama-sama hingga sekarang harus terpisah meski hanya sementara.
Waktu Deven tinggal beberapa menit lagi ia harus segera masuk kedalam pesawat. Deven mulai melangkah meninggalkan semuanya tak lupa ia melambaikan tangannya untuk mengakhiri pertemuan ini. Selangkah lagi untuk masuk kedalam pesawat tapi seseorang memeluknya dari belakang sangat erat. Itu Anneth.
Tangis Anneth pecah ia terisak tak dapat menahan tangisannya. Deven berbalik kearanya dan membalas pelukannya lebih erat tapi pramugari yang ada di sebelahnya memberi tahu bahwa pesawat akan segera take off.
Anneth melepas pelukannya dan menghapus air matanya, kini ia tersenyum lebar sudah bisa mengikhlaskan kepergian Deven. Deven yang melihatnya pun ikut tersenyum meski dalam hatinya ia tahu bahwa Anneth sedang berbohong dengan senyumnya. Deven melangkah masuk kedalam pesawat. Sudah tak terlihat senyumnya lagi kini hanya tinggal kenangan.
Dalam hitungan mundur pesawat akan melesat terbang.
***
Sudah satu minggu Anneth tidak bertemu dengan Deven, mereka sering kirim-kirim email bahkan video call . Tapi tetap saja itu tidak mempan untuk menumpas tuntas rindunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE THE REASON - [END]
FanfictionBagaimanakah kisah cinta @anneth.dlc setelah sekian lama gagal move on, apakah dia bisa melupakan semua kenangan dan membuka lembaran baru bersama seseorang yang baru saja hadir di hidupnya? siapakah lelaki itu sehingga bisa membuat @anneth.dlc mov...