Anneth membuka matanya, penglihatannya kabur tak bisa melihat sepenuhnya ruangan itu, gelap hanya ada celah kecil di ujung pintu. Tangannya terasa perih karena terbalut oleh tali, ia mencoba untuk membuka tali tersebut tapi tak berhasil yang ada tangannya semakin lerluka.
"Awww"
Anneth meringis kesakitan saat menggerakan kepalanya, berat rasanya seperti sedang memikul karung yang berisi beras. Anneth mencoba mengingat kejadian sebelumnya, ya ia ingat sekarang mungkin rasa sakit di punggung dan kepalanya itu akibat pukulan malam itu.
'Deven...' ucap pelang Anneth
"TOLONG...!!!"
"TOLONGGGGG!!!! "
"TO... " teriakan Anneth terhenti saat mendengar langkah kaki seseorang yang mendekati dirinya
"Hay, udah sadar juga"
Anneth tidak bisa mengenali orang itu, dia memakan hoodie hitam yang menutup wajahnya. Tubuhnya tinggi, tegap, dengan kaki sedikit berbulu.
'aaah siapa dia, aku ga bisa liat dia. Ya Tuhan tolong aku' ucap Anneth dalam hatinya.
"Siapa lo? Deven mana? Gw ada dimana?" teriak Anneth histeris
"Deven?"
"Iya Deven mana?"
"MATI"
"Ga mungkin, Deven ga mungkin ninggalin gw. Ga mungkin!!! " teriak Anneth menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya
"Lo milik gw seutuhnya" ucap lelaki ber hoodie itu sembari mengangkat dagu Anneth
"Lepasin gw! Kalo ga, gw bakalan teriak"
"TOLONG"
"TOLOOONGGG"
"Percuma lo teriak sampe pita suara lo putus juga ga bakal ada yang denger" lelaki ber hoodie itu pun pergi meninggalkan Anneth.
'tolong gw, deven tolong gw. Mami' Ucap Anneth pelan, bibirnya bergetar tanpa sadar air bening keluar dari pelupuk matanya.
***
Charisa, Willian, Gogo, Friden, Clinton terus mencari keberadaan Anneth. Mereka sempat menyebarkan informasi atas hilangannya Anneth tapi tidak ada satupun orang yang tahu dengan keberadaan Anneth sekarang.
"Chaaa... " panggil seseorang dari belakang
"Hemm apa?" jawab Charisa malas
"Gw ikut cari Anneth ya" kata Joa di ikuti anggukan dari dua orang temannya
"Iya.. "
Mereka semua pun menyebar ke berbagai tempat yang terakhir Anneth dan Deven kunjungi. Charisa bersama William menggunakan motor menuju kepolisian untuk menanyakan perkembangan informasinya, sedangkan yang lainnya menggunakan mobil menuju tempat Deven di temukan.
"Gw ga ngerti lagi, kita harus cari Anneth kemana lagi Wil" ucap Charisa sedikit terisak
"Lo jangan nyerah dulu, kita kan lagi berusaha cari dia. Anneth pasti ketemu kok"
"Ini udah 3 hari Wil, gw takut Anneth kenapa-napa" Charisa menangis di punggung William
"Ga usah nangis gw jadi ikutan sedih, kita cari sama-sama sampe ketemu. Harus! Semangaat" ucap William tersenyum
"Emm iya"
***
"Ini salah gw, ya ini salah gw"
"Ini salah gw. SALAH GW" teriak Deven menjambak rambutnya sendiri
Sepulang dari rumah sakit Deven mengalami sedikit trauma, ia terus saja menyalahkan dirinya sendiri. Hanya Mama dan Papanya yang menguatkan Deven.
Deven baru teringat dia belum memberi tahu orangtua Anneth pasca kejadian kemarin. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil handphone miliknya itu.
"Hallo mi, selamat siang"
"Ehh Deven"
"Apa kabar mi?" Deven menanyakan kabar Mami Anneth
"Baik, kamu gimana? Anneth gimana kabarnya kok udah beberapa hari ga ada kabarin mami? Kalian baik-baik aja kan?" tanya Mami Anneth, terdengar dari suaranya sangat khawatir
"Mami maafin Deven, Deven ga bisa jagain Anneth..." kata Deven menahan tangisannya
"Anneth kenapa? Mana Anneth mami mau bicara sama Dia"
"Deven... "
"Dev, Anneth kenapa?" tanya Mami Anneth semakin khawatir
"Anneth diculik mi, Deven ga tau Anneth dimana..." Deven menjelaskan kejadian kemarin, air mata Deven tak bisa lagi terbendung saat mendengar isak tangis Mami Anneth
Rasa bersalah kembali menyerang pikirannya, ia bingung harus berbuat apa. Setelah menjelaskan semuanya pada Mami, Deven pun menyecroll panggilan keluar di handphonenya. Ia baru teringat bahwa ada pesan masuk dari Joa sebelum kejadian itu.
'Jangan-jangan Joa yang lakuin ini semua. Gw coba telpon aja, gw ga bakal maafin lo! ' Pikiran buruk terlintas di otak Deven
*nomor yang anda tuju sedang tidak aktif*
'sial kenapa ga aktif'
Deven semakin curiga dengan Joa, karena hanya dia lah yang benci dengan hubungannya. Tanpa pikir panjang Deven pun mengambil kunci motornya yang menggantung di depan cermin dan berlari keluar.
***
"Lo pasti lapar kan? Nih gw kasih lo makanan"
Anneth tak merespon perkataan si hoodie itu.
"Lo yakin ga mau makan? Mau gw suapin?"
"Ga usah, gw bisa makan sendiri. Lepasin gw!" kata Anneth ketus
"Oke gw lepasin, tapi lo harus makan ya. Gw ga mau liat lo sakit"
Si hoodie itu pun melepaskan tali yang nelingkar di tangan Anneth. Terlihat lebam-lebam dan goresan kecil di pergelangan tangan Anneth akibat tali yang kasar itu.
PLAAKKK
Anneth menampar keras pipi si hoodie itu sangat keras, tak lupa Anneth pun menjambak kupluk hoodie nya dan terlepas dari kepalanya. Tapi, lelaki itu menepis tangan Anneth dan menutup kembali kepalanya. Belum sempat Anneth melihat jelas lelaki itu sudah menutup wajarnya dengan hoodie nya.
'Kenapa harus gelap sih disini, hampir saja dia terlihat' geram Anneth dalam hatinya
"Beraninya lo tampar gw, gw ga bakal maafin lo! " kata si hoodie dan mengikat kembali tali yang ada di tangan Anneth.
"AWWW"
Teriak Anneth kesakitan, sedikit demi sedikit darah keluar dari kulit pergelangan tangan Anneth.
"Gw sayang sama lo, lebih dari yang lo tahu. Tapi lo ga menghargai rasa sayang gw. Maafin gw Neth. Gw cuma ingin lo selalu di samping gw selamanya" bisik si hoodie dan pergi meninggalkan Anneth
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komen, sebagai menghargai karya aku 😊 terimakasih ❤Happy reading 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE THE REASON - [END]
FanfictionBagaimanakah kisah cinta @anneth.dlc setelah sekian lama gagal move on, apakah dia bisa melupakan semua kenangan dan membuka lembaran baru bersama seseorang yang baru saja hadir di hidupnya? siapakah lelaki itu sehingga bisa membuat @anneth.dlc mov...