46

255 11 0
                                    

20.08pm kst,-




"Hey cantik, sudah bangun heum?"
-sapa pemuda berkuliy pucat dari arah samping membuat gadis yang baru saja membuka mata mengalihkan atensinya kepemuda tersebut.

"Eugh! Oppa. Aku dimana?"
-tanyanya menatap asing ruangan tersebut.

"Kau diapartemenku tentu saja. Tadi aku kebetulan dari rumah sakit. Menebus obat harianku. Hal yang biasa aku lakukan saat yuka tak ada."
-balas yoongi santai.

"Obat? Yak! Kau menyiapkan obat perangsang untuk eonni kan"
-tuduh araa sembari menatap tajam oppanya ini.

"Sialan mulutmu adik kecil! Bukan itu. Lagi pula tanpa obat hormon ibu hamil membludak. Aku saja kwalahan. Beruntung ia tengah bersama momma saat ini"
-ucap yoongi sedikit memijat pelipisnya.

"Kenapa kau tidak menemaninya?"
-tanya araa mulai memposisikan dirinya untuk duduk bersandar pada ranjang.

"Sudah kubilang. Aku harus mengurus sesuatu sayang. Sekalian menebus obat harianku. Kebetulan aku melihat seorang dokter tengah menggendong pasien cantik tadi. Tentu saja aku mengenali pasien tersebut. Aku mengikutinya dan menghabiskan sekiranya satu jam untuk bertukar cerita."
-balas yoongi menatap adiknya sedih. Dengan tangannya yang mulai menggenggam lengan sang adik.

"Jangan menatapku seperti itu. Aku tau kau tlah mengetahui segalanyakan. Jangan bilang pada apaa ne? Dan berhenti menatapku begitu. Aku semakin terlihat menyedihkan dimatamu"
-ucap araa membalas genggaman sang oppa.




Hening seketika.




Araa yang sibuk menatap atap kamar dan yoongi yang sibuk dengan pemikirannya. Tak menyangka gadis seceria araa memiliki luka sedemikian dalam.





"Kau tau araa-ah. Aku pun sama sepertimu. Mendapat penolakan,aku broken home. Aku kesepian. Aku pun depresi. Dan beberapa kali mencoba bunuh diri-"
-ada jeda dalam kata-kata yoongi. Membuat araa mengalihkan tatapannya kepada sang oppa.

"Kisah kita hampir sama. Mungkin itu yang membuat kita memiliki banyak kemiripan sifat haha. Tapi kau luar biasa araa-ah. Kau kuat. Dan aku menyayangimu. Masa mudaku aku habiskan dengan sendirian. Pergi keclub. Bermain jalang,pulang membenci diri sendiri dan bergitu terus. Sampai keinginan bunuh diri itu kembali menghampiri. Menelan puluhan pil. Dan berakhir dirumah sakit. Momma dan appa tentu saja tidak tinggal diam. Jika appa menyemangati maka momma sangat membenci tindakanku. Semakin besar penolakan semakin kuat pula aku membrontak. Kita sama kesepiannya araa-ah."
-balas yoongi dan araa masih setia bungkam. Namun tangannya tak berhenti mengusap lengan oppanya.

"Aku bisa berubah setelah mengenal yuka. Juga dirimu tentu saja. Kalian dua gadis special dalam hidupku. Aku mencintai yuka juga menyayangimu. Kau tau. Aku bahagia saat appa memperkenalkan kau sebagai adikku. Meski kita tidak kandung. Tapi setidaknya kita masih sedarahkan? Sepergulatan sperma tepatnya."

"Sialan min yoongi"
-balas araa namun terkekeh setelahnya.

"Jika kau menanyakan kenapa aku tidak mengubah margaku?-"

"Itu provacymu oppa."
-balas araa pelan.

"Ya. Kurasa kau benar. Itu privacyku. Tapi memang appa sangat baik padaku. Dia tidak menuntutku untuk mengubah mengikuti marganya."
-ucap yoongi dengan senyum manisnya.

"Kau manis oppa"
-kekeh araa

"Hey. Kau sudah memiliki seseorang jika kau lupa nyonya jeon"
-balas yoongi bergidik takut.

"Yak! Siapa juga yang aku jatuh hati pada pria bantet sepertimu"
-sarkas araa balik kemode tsundare.

"Aish jinjja. Kenapa juga jungkook bisa menyukai gadis bar-bar sepertimu"
-adu yoongi pura-pura pening.

DAMN LIFE! (NC) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang