Chapter 4

11.2K 1.1K 173
                                    

"Ini, satu cokelat hangat untuk nong Gun dan ini satu kopi hangat untukku." Tay menyodorkan segelas cokelat hangat pada Gun.

Mobil sewaan yang Tay bawa tiba-tiba saja mogok ditengah jalan dan membuat mereka harus menunggu mobil derek datang menjemput mereka. Untunglah ditempat mereka menunggu ada satu mesin minuman otomatis.

Mereka duduk diatas mobil sambil menikmati indahnya langit malam, beruntung cuaca sedang tidak mendung dan mereka bisa melihat bintang- bintang dengan sangat jelas.

"Bintang hari ini bersinar terang sekali." Ucap Gun sambil memandang ke atas.

"Hmm, bersinar terang sekali." Kata Tay yang juga ikut memandang ke langit sambil bersandar pada kaca mobil. "Nong Gun sepertinya sangat suka melihat bintang."

"Hmm, aku sangat suka melihat bintang. Karena aku berpikir kalau aku terus melihatnya untuk waktu yang lama, dia juga akan melihat ke arahku." Jawab Gun.

Selama beberapa hari ada di Chiangmai, Tay belajar banyak tentang Gun. Ia adalah orang yang baik, ia dermawan, ia setia, sangat menyukai bintang dan selalu berbicara tentangnya. Punya senyum yang manis dan tawa yang imut. Gun membuatnya merasa seperti dirinya ada dirumah, membuatnya merasa tenang.

Ia harus mengatakannya malam ini juga. Tidak peduli bagaimana nanti Gun akan bereaksi padanya, ia sudah tidak bisa menahan perasaannya lagi.

"Aku menyukai nong Gun." Ucap Tay. Gun menoleh padanya, dari gurat wajahnya ia terlihat terkejut.

"P'Tay..."

"Aku mencintaimu. Aku sudah jatuh cinta padamu sejak di kafe poirot waktu itu, sejak aku memberikan botol air padamu. Dan perasaan itu terus bertumbuh setiap kali aku melihatmu."

"Tapi bukan P'Tay yang ada dihati Gun."

Tay bisa mendengar hatinya hancur malam itu. Mengapa hatinya lebih sakit saat mendengar Gun menolaknya ketimbang mendengar kata 'putus' dari wanita-wanita yang pernah ia pacari? Gun membuatnya merasakan emosi yang tidak pernah ia pikir akan ia rasakan.

"Itu Off kan." Lirih Tay, ia melepas pandangannya dari mata Gun. Ia takut jika ia tidak mengalihkan pandangannya, Gun akan melihat kesedihan dari matanya.

"Aku tidak mengerti kenapa kau mau membuang waktumu untuk orang yang tidak pernah memberimu sedikit waktunya. Kenapa kamu mengizinkannya mengambil seluruh hati dan pikiranmu ketika kau bahkan tidak ada didalam hatinya?" Tanya Tay pada Gun.

"Karena aku masih berharap ia akan melihat ke arahku kalau aku terus melihat kepadanya." Jawab Gun.

Tay mendesah pelan, "Aku mengerti." Katanya.

"Maaf, P'Tay." bisik Gun, suaranya terdengar pelan sekali namun Tay masih bisa mendengarnya.

"Nong Gun orang yang setia. Peng sangat beruntung, jika saja aku yang bertemu denganmu lebih dulu."

Setelah mengatakan itu keduanya terdiam, tidak ada lagi yang membuka percakapan. Yang terdengar hanyalah suara deru nafas mereka yang saling bersahutan. Kesunyian ini sangat mengganggu Gun.

"Apa P'Tay tetap akan menjadi teman Gun?" Tanya Gun mencoba memastikan. Ia tidak ingin kehilangan seseorang yang sudah membuat hidupnya lebih berwarna.

Off The JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang