Seminggu sudah berlalu sejak Off dan Gun berhubungan jarak jauh. Off mengatur waktu dengan baik sehingga tidak ada kesulitan komunikasi diantara keduanya. Ia rela kehilangan waktu istirahatnya untuk bisa menelpon Gun dan mendengar suaranya walau cuma sebentar.
Jadwal magangnya sebagai dokter cukup padat. Ia menghabiskan banyak waktunya di rumah sakit, terkadang ia terlambat makan siang dan harus tertidur di kamar yang sudah disiapkan untuk dokter di rumah sakit.
"Maaf menelponmu semalam ini." Ucap Off sambil menguap kecil.
Off baru saja kembali dari magangnya, jam sudah menunjukan pukul 1 malam dan ia merindukan kekasihnya selain itu ia juga butuh mengisi tenaganya dengan mendengar suara Gun.
"Tak apa, aku juga sedang mengerjakan tugas." Jawab Gun, ia bisa mendengar Off kembali menguap dari sebrang sana.
"Bagaimana harimu?" Tanya Gun.
"Melelahkan. Dan aku merindukanmu." Jawab Off.
"You're doing good, papi. And i miss you too."
"Ceritakan aku tentang harimu." Pinta Off.
Gun mulai bercerita tentang aktivitasnya seharian ini sementara Off bercerita tentang harinya di rumah sakit. Ia bercerita tentang seniornya yang selalu marah-marah dan bagaimana ia menyuntik pasien untuk pertama kalinya. Ia juga bercerita tentang suster yang mendekati Tay.
"Suster?" Tanya Gun tidak percaya.
"Iya. Tay terkenal di rumah sakit, banyak yang ingin mengajaknya berkenalan."
"Kalau papi?"
"Mereka sudah tahu aku punya kekasih di Chiangmai." Jawaban Off membuat Gun senyum-senyum sendirian.
Saat hari pertama Off magang, ia mengenalkan dirinya dengan sangat lengkap. Ia juga menyebutkan kepada professor dan seniorya disana kalau ia sudah memiliki kekasih di Chiangmai, sehingga semua orang di rumah sakit sudah tahu tentang statusnya.
"Papi tidak lupa makan malam, kan?" Tanya Gun, ia tahu betapa sibuknya Off beberapa hari ini. Tay selalu melapor padanya kalau ia melewatkan jam makannya.
"Tidak, tadi Tay membawakan aku makanan. Dan karena aku sedang sibuk mencatat, ia jadi menyuapiku. Bahkan sampai ada pasien yang bertanya dia itu pacarku atau bukan, sungguh menggelikan." Jawab Off.
Gun tertawa, ia bisa membayangkan bagaimana Tay menyuapi Off. Itu pasti lucu sekali, jika saja ia ada disana untuk menyaksikannya secara langsung.
"Ah, aku merindukan P'Tay." Ucap Gun pelan.
"Aku bisa mendengarnya." Kata Off dengan nada kesal. Meski Tay sudah mengaku padanya kalau ia tidak lagi memiliki perasaan pada Gun, Off tetap kesal jika keduanya berdekatan.
"Tapi aku lebih merindukan Off Jumpol." Ucap Gun.
Off tersenyum, ini pertama kalinya ia tersenyum hari ini. Dengan semua kekacauan yang terjadi di rumah sakit hari ini, Gun benar-benar seperti sebuah obat untuknya.
"I'm gonna marry you." Bisik Off.
"Okay, deal." Jawab Gun sambil tertawa kecil.
"Really, baby? Jangan tertawa, aku serius. Aku ingin menikahimu." Kata Off lagi.
Gun tersenyum dan menahan tawanya. Ia menganggukan kepalanya meski ia tahu Off tidak bisa melihatnya. "Iya, papi. Gun juga serius."
Ada jeda sekitar 3 detik kemudian Off mengatakan, "Hei, i need you."
Terakhir kali mereka berhubungan badan adalah sekitar 2 minggu yang lalu. Dan dengan stress yang sudah memenuhi Off, ia ingin membuang stressnya dengan good sex tapi Gun bahkan tidak ada bersamanya. Ia berniat untuk mandi air dingin sepulang dari magang tadi tapi saat mendengar suara Gun, ia jadi tidak bisa mengontrol tubuh dan pikirannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Off The Jerk
Fanfiction[COMPLETED] Yang Off inginkan hanyalah agar Gun Atthaphan meninggalkannya sendirian. Baginya untuk mundur dan berhenti menempel pada dirinya. Tapi Gun tetap saja menempel padanya tidak peduli seberapa keras ia mendorongnya. Sampai suatu hari Gun ben...