Segalanya akan terasa lebih mudah jika Gun bisa mematikan perasannya pada Off. Tapi itu tidak berjalan semudah itu, ia tidak memiliki tombol on dan off dalam hatinya, ia tidak bisa mematikan perasaannya semudah itu. Off menumbuhkan bunga dalam kerongkongannya dan meski itu indah, ia tidak bisa bernafas.
Rasa sakit yang menyiksa dari dalam hatinya membuat Gun terjaga semalaman. Gun tahu kalau Off tidak menyukainya, tapi ia tidak pernah tahu pikiran Off tentangnya, tentang seberapa menjijikannya Gun dimata Off. Dan itu lebih menyakitkan ketimbang cintanya yang bertepuk sebelah tangan.
Gun berharap ia tidak pernah bertemu dengan Off. Berharap mereka tetap menjadi orang asing, berharap ia tidak pernah bicara dengannya.
Jika ia tidak pernah mengenal Off, Gun tidak akan menangis semalaman penuh, ia tidak perlu merasa sesak nafas, ia tidak akan merasa sesakit ini. Gun berharap dia tidak pernah jatuh cinta pada Off.
Gun mendengar ketukan pintu pada kamarnya, ia menghapus airmatanya kasar dan memastikan dirnya terlihat baik-baik saja sebelum membuka pintu.
"Oab." Lirihnya saat melihat siapa yang berdiri didepannya, "Apa yang kau lakukan semalam ini disini?" Tanyanya, ia melirik ke jam dan ternyata sudah jam 7 pagi. Ia benar-benar tidak tidur semalaman.
"Kau terlihat seperti orang yang tidak tidur." Ucap Oab, tangannya menyentuh wajah Gun. "Apa yang terjadi padamu, Gun?"
"Tidak ada."
"Come on, Gun. Kau tahu aku bukanlah orang asing. Jangan simpan rasa sakitmu sendirian."
Seusai Oab berkata seperti itu, Gun memeluk Oab dan menangis di dadanya. "Aku masih mencintainya, Oab." Lirih Gun dengan suara serak.
"Aku ingin berhenti mencintainya. Aku tidak ingin merasakan sesak lagi karenanya." Oab tidak mengeluarkan suara apapun, ia hanya berdiri disana sambil memeluk Gun erat. "Please....I don't want to feel hurt again."
Bukan hanya Gun yang hatinya hancur saat itu tapi Oab juga. Ia selalu menjaganya, ia tidak pernah ingin membuatnya meneteskan airmata. Tapi dengan mudahnya Off membuatnya menangis seperti ini.
Oh, Gun. Jika saja ia tahu berapa banyak Oab mencintainya. Jika saja ia berani untuk mengatakannya, jika saja Tuhan memberinya kesempatan untuk bisa bersama Gun, ia akan mengambilnya dalam hitungan detik.
Gun akhirnya tertidur setengah jam setelahnya. Matanya bengkak, wajahnya berantakan, ia bahkan tidak bisa berhenti bergerak dalam tidurnya. Oab tetap berada disana, duduk dilantai, memegang tangan Gun sambil memandangi wajahnya dari tempatnya duduk.
Gun masih belum mengatakan alasan ia menangis tapi Oab tahu ia menangis karena Off. Kemarin malam setelah Oab mengecup bibir Gun, ia langsung membawanya pulang dan Gun terbangun ditengah jalan.
Dan semenjak ia terbangun, Gun sama sekali tidak membuka mulutnya, tatapan matanya terlihat kosong. Oab memutuskan untuk datang mengunjunginya pagi ini dan benar saja, ia masih terlihat kacau sama seperti kemarin malam.
Oab tidak percaya dengan perkataan cinta itu buta karena ia sudah melihat titik terendah Gun dan masih berpikir kalau ia itu sangat indah.
"You are enough, Gun." Bisiknya, "Even the universe can't be compared to you."
"Oab." Panggil ibunya Gun. "Tante ingin bicara sebentar denganmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Off The Jerk
Fanfiction[COMPLETED] Yang Off inginkan hanyalah agar Gun Atthaphan meninggalkannya sendirian. Baginya untuk mundur dan berhenti menempel pada dirinya. Tapi Gun tetap saja menempel padanya tidak peduli seberapa keras ia mendorongnya. Sampai suatu hari Gun ben...