Chapter 8

11.5K 1K 145
                                    

Sepulang dari retreat, Off tidak lagi melakukan usaha 100% untuk membuat Gun kembali menyukainya, ia berusaha 200%. Ia melakukan segala cara, mulai dari menunggunya di kampus meski ia tidak ada kelas, menyapanya lebih dulu saat mereka berpapasan di kampus dan baru-baru ini ia menempelkan post it bertuliskan 'maaf' di gerbang rumahnya Gun setiap hari tanpa absen.

Gun masih menghindarinya, ia tidak mau pergi ke kampus bersama, ia menolak saat Off mengajaknya pulang bersama. Ia benar-benar melakukan penghindaran pada Off seperti yang dulu Off pernah lakukan padanya. Sekarang ia mengerti perasaan Gun saat ia bersembunyi darinya. Itu perasaan yang tidak menyenangkan.

Sementara Gun menghabiskan seminggu penuh menenggelamkan rasa marahnya, rasa sedihnya dan rasa malunya. Ia sudah mulai memaafkan Off, hanya saja ia belum bicara padanya. Ia takut ia harus mulai dari nol lagi jika ia bicara padanya, karena ia pasti akan tergelincir lagi.

Ia merasa canggung melihat Off berusaha begitu keras karena pria itu tidak terlihat seperti itu dulu. Ia dingin, ia tidak pernah tersenyum pada Gun, selalu menunjukan ekspresi tidak suka. Dan saat melihatnya menunggu di depan kelas, saat melihatnya tersenyum, Gun tidak bisa tidak tersipu.

Wajahnya semerah tomat, ia tidak ingin Off melihatnya. Pria itu akan berpikir Gun masih meyukainya. Well, meski kenyataannya ia masih mencintai Off. Ia tidak ingin pria itu tahu.

Gun ingin pergi mengambil air minum di dapur saat ia menemukan Off dengan wajah penuh tepung dan lantai yang berantakan karena terdapat telur pecah dan juga choco chip yang berserakan dilantai. Gun terkejut melihatnya dan otomatis langsung berlari menghampiri Off tanpa sadar kalau ia masih mendiamkannya.

"P'Off! Apa yang kau lakukan?!" Tanya Gun.

"Uh...mencoba membuat kue."

"Kenapa tidak membuatnya dirumahmu saja?!"

"Karena ibuku ada disana. Tidak mungkin aku membuatnya didepan matanya, kejutanku nanti gagal. Lagipula ibumu sudah mengizinkanku."

Gun melihat yang Off kerjakan sebelumnya. Semuanya salah, semuanya berantakan. Ia tidak menimbang terigunya dengan benar, terdapat pecahan cangkang telur dalam adonannya dan yang paling parahnya, ia tidak memisahkan putih dan kuning telur dengan benar.

"Yang aku lihat kau hanya melakukan kekacauan bukan membuat kue." Ucap Gun, ia menyentuh dahinya. Ia harus mengatakan apa pada ibunya saat ibunya pulang dan melihat dapur bagai kapal pecah.

"Kalau begitu bantu aku."

"Kenapa aku harus membantumu?"

"Karena aku ingin membuat kue untuk ulang tahun ibuku. Jika itu untuk ibuku, kau mau membantu, kan?"

Off menatapnya penuh harapan, ia terlihat seperti anak anjing yang hilang arah. Gun menghembuskan nafasnya dan mengiyakan permintaannya. Off tersenyum, rencana kecilnya berhasil untuk membuat Gun bicara padanya.

"Mari kita lihat bahan apa yang kau beli." Gun melihat satu-satu bahan yang Off beli pagi tadi di supermarket, "Terigu, baking powder, baking soda, cocoa, vanila, mentega, telur, susu. Hmm..."

"Apa ada bahan yang kurang?" Tanya Off.

"Tidak, ini cukup untuk membuat satu kue cokelat."

Gun mulai menyiapkan peralatan untuk membuat kue, mulai dari penakar bahan makanan, cetakan kue, rolling pin, mixer, alat pengaduk, spatula dan kertas roti.

"Kau pakai ini semua waktu membuatkanku cupcake?" Tanya Off mencoba menggoda Gun.

"Bukan hanya untukmu. Semua orang dilingkungan sini sudah pernah mencoba cupcakeku." Kata Gun yang membuat Off membisu.

Off The JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang