-Beberapa tahun yang lalu sebelum Off bucin-
Jika ditanya seperti apakah rasanya neraka di bumi, Off akan memberikan jawaban yang diawali dengan Gun dan diakhiri dengan Atthaphan. Ia sudah menerima takdir hidupnya untuk tinggal bersebrangan dengan laki-laki pendek yang selalu memanggilnya papi dan mengikutinya kemanapun bahkan ketika ia pergi ke supermarket. Ia juga sudah terbiasa dengan ledekan dari murid-murid di kelasnya.
Hari paling membahagiakan baginya adalah ketika ia masuk kuliah dan tidak lagi harus bertemu dengan Gun di sekolah. Ia bisa dengan tenang datang ke kampus, bertemu dengan teman-temannya tanpa harus diekori dan pergi ke toilet atau kantin tanpa harus diikuti oleh Gun.
Ia juga mengencani salah satu wanita cantik bernama Mook dari jurusan sains.
Kebahagiaa itu hanya bertahan satu semester sampai...
"Tadaaa!" Ia dikejutkan dengan kehadiran Gun sesaat setelah ia membuka pintu kamarnya, wajahnya dihalangi oleh kertas.
Off menyingkarkan kertas itu dari hadapannya, berjalan melewati Gun sambil menggaruk rambutnya dan menguap, "Apa kau tidak masuk sekolah? Mengapa di pagi hari yang indah ini kau sudah ada di rumahku?" Tanyanya seraya menuruni tangga. Gun mengekorinya dari belakang "Sungguh mengganggu." Ia berbisik untuk yang terakhir.
"Aku kan sudah lulus." Ucap Gun.
"Oh." Off menjawab singkat. Ia berhenti di depan kulkas, mengambil karton susu dan meneguknya langsung.
Gun memperhatikannya dengan senyuman lebar, Off yang merasa terganggu menyampingkan badannya agar Gun tidak lagi dapat menatap wajahnya, tapi Gun kembali berdiri di depan wajahnya.
"Papi tidak ingin bertanya dimana aku kuliah?"
"Aku tidak tertarik." Jawabnya dingin, ia kembali berjalan meninggalkan Gun. Dan sekali lagi, Gun mengikutinya. Ia duduk di samping Off di atas sofa.
"Aw, papi~bertanyalah padaku dimana aku akan kuliah. Setelah itu aku janji tidak akan mengganggu papi." Ucapnya, tangannya terangkat seakan membuat sumpah.
Off memutar bola matanya dan menghela nafasnya. Such a handful kid. Batinnya.
Tanpa menatapnya ia bertanya, "Shortie, kau akan kuliah dimana?"
"Di universitas yang sama dengan papi!" Jawabnya antusias.
"Oh." Responnya, tapi setelah menyadari apa yang baru saja Gun katakan, ia pun membulatkan matanya denga sempurna dan menengok dengan cepat ke arah Gun. "Apa katamu?!"
"Universitas yang sama denganmu." Gun mengulanginya lagi. Ia mengibar-ngibarkan kertas putih tadi di depan wajah Off dan ia menariknya dengan kasar.
"Gun Atthaphan telah diterima di----damn." Ia tidak lagi melanjutkan membaca dan kertas itu terjatuh secara dramatis dari tangannya. Ia bersandar pada sandaran sofa dan menutup wajahnya. "Kau...apa kau sungguh tidak bisa berjauhan denganku?" Off bertanya dengan frustasi.
"Tidak bisa, sampai mati pun tidak bisa berjauhan dengan papi. Kemana pun papi pergi, Gun pasti akan mengikuti." Tegasnya, ia mengepalkan pergelangan tangannya.
Off membuka tangannya, "Bahkan jika aku melompat ke jurang sekalipun?"
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Off The Jerk
Fanfiction[COMPLETED] Yang Off inginkan hanyalah agar Gun Atthaphan meninggalkannya sendirian. Baginya untuk mundur dan berhenti menempel pada dirinya. Tapi Gun tetap saja menempel padanya tidak peduli seberapa keras ia mendorongnya. Sampai suatu hari Gun ben...