Special Chapter

9.6K 725 72
                                    

"Kurasa aku harus membatalkan liburan kita minggu ini." Ucap Off. Gun berhenti mengunyah makanannya dan menaikan pandangannya pada Off.

"Aw! Kita sudah membeli tiket pesawat."

Sebelumnya Off berjanji akan mengajak Gun berlibur di London untuk merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang kelima namun rencana itu terus diundur karena jadwal Off yang sibuk sebagai dokter sampai akhirnya Off ingin membatalkannya.

Tay dan New bahkan saat ini sedang menikmati liburan mereka di Paris selama 10 hari, Gun iri saat melihat postingan instagram keduanya. Itu terlihat seakan-akan mereka masih pengantin baru.

"Aku benar-benar tidak bisa, ada 2 jadwal operasi minggu ini dan IGD bisa kekurangan dokter karena New sedang mengambil cutinya saat ini." Kata Off, Gun mendengus sebal mendengarnya.

"Apa aku harus memohon padamu untuk tidak membatalkannya? Sudah lama sejak terakhir kita berlibur bersama, papi."

"Apa bedanya kita pergi minggu ini dan dilain hari?" Tanya Off, ia meletakan sendok dan garpunya diatas piring. "Kau membuat nafsu makanku hilang sekarang."

Gun menatapnya tidak percaya, ia ingin sekali menerkam Off rasanya. "Tapi kau sudah berjanji padaku, Off!"

"Gun, kau harusnya mengerti situasiku, kau tahu betapa sibuknya aku. Aku bahkan tidak punya banyak waktu untuk tidur. Kita bisa mengganti tanggal lain untuk pergi kesana."

"Aku sudah mengerti dirimu! Aku tidak mempermasalahkan kau melewatkan natal dan tahun baru denganku, aku tidak marah saat kau ketiduran di bioskop saat sedang menonton bersamaku, kau yang tidak pernah mengerti aku. Tidak bisakah kau sisakan 8 hari saja untuk pergi berlibur denganku ke London?!" Tanya Gun sambil berteriak.

Mood Off sedang buruk dan jadwalnya di rumah sakit berantakan, ia mengharapkan ketenangan begitu sampai rumah, tapi Gun justru menambah sakit kepalanya. Ia memijat keningnya sambil mendengarkan ocehan Gun yang semakin lama semakin kencang.

"Jangan naikan nadamu saat bicara padaku!" Off berteriak sambil memukul meja makan, saat menatap wajah Gun yang sudah merah karena menahan tangis, barulah ia sadar perkataannya menyakitkan.

"Aku mau pulang ke rumah!"

"Rumah mana? Ini rumahmu."

"Rumah ibuku!" Gun berjalan ke kamar, mengambil tas jinjingnya dan memasukan beberapa baju ke dalam tas. Off muncul dari belakang dan menghentikan Gun.

"Tenangkan dirimu, kau bertingkah berlebihan, Gun! Mari kita bicarakan dulu." Kata Off dengan nada yang melembut.

"Bertingkah berlebihan?!" Airmata Gun sudah turun sepenuhnya. Ia juga sedang frustasi dan stress, surat izin adopsi yang mereka taruh belum juga mendapat respon, pekerjaan dan projek bangunan yang menumpuk dikantornya, saat ia ingin melepas kepenatan bersama Off, pria itu justru ingin membatalkan rencana liburan mereka. "Fuck you!"

"Apa katamu?! Kau tidak boleh mengatakan hal sekasar itu padaku!"

"Fuck you and all of your existence!" Ia mengangkat tasnya dan mengambil dompet serta handphonenya. "Jangan temui aku, aku tidak mau melihat wajahmu untuk sementara waktu." Kata Gun sebelum meninggalkan Off sendirian di kamar.

"Gun!" Panggil Off.

Namun Gun justru menaikan jari tengahnya ke udara tanpa menatapnya kembali. Saat ia mendengar pintu tertutup, ia mendesah frustasi dan menendang pintu kamar mandi, ia kemudian merebahkan tubuhnya diatas kasur dan membuang nafasnya. Ini pertengkaran terbesar mereka semenjak menikah yang dikarenakan oleh egonya. Ia mengakui ia salah, ia seharusnya lebih bisa memilah waktu dan menghabiskan lebih banyak waktu dengan Gun ketimbang di rumah sakit.

Off The JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang