Setelah mengatakan betapa Off mencintainya, ia memeluk Gun namun pria kecil itu kembali memukul dadanya. Off terpekik pelan, ia menarik tangan Gun dan menggenggamnya. "Hei, aku hanya punya satu hati. Have mercy on me."
"Cemburu papi itu sangat menyebalkan." Ucap Gun, nada bicaranya sudah melembut.
"Kau harus lihat cara pria itu menatapmu."
"Memangnya dia menatapku seperti apa?"
"Seperti aku menatapmu," kata Off, ia melihat ke dalam mata Gun. "Aku tidak suka saat orang lain menatapmu seperti aku. Karena aku tahu ia menginginkanmu."
Gun mengelus pipi Off lalu menekan hidungnya dan membuatnya terlihat seperti hidung babi. "Tapi yang aku inginkan hanyalah papi, bukan pria lain. Jadi tidak ada yang perlu papi khawatirkan."
Beberapa detik setelah Gun mengatakan itu, keduanya menunduk ke bawah dan Off terkekeh pelan karena apa yang ia lihat. "Lihat apa yang baru saja kau lakukan pada little Off." Kata Off sambil menatapnya seakan memberi tanda.
"Tidak! Besok aku harus bangun pagi!" Gun melepas pelukan Off dan bangkit dari kasur dengan tubuh yang masih telanjang. Ia sedang mencari pakaiannya yang tadi dilempar oleh Off entah kemana saat ia merasakan tangan Off memeluknya dari belakang, ia juga merasakan sesuatu yang keras dibokongnya.
"Kau merasakannya, kan? Betapa kerasnya dia. Have mercy on him."
Gun mencoba untuk menyingkirkan tangan Off yang sudah merayap kemana-mana. "Kenapa papi begitu horny malam ini?!"
"Salahkan kekasihku yang punya tubuh seseksi ini."
Ia kemudian meletakan bibirnya yang dingin diatas kulit bahu Gun, menciumnya, menjilatnya, menggigitnya pelan untuk meninggalkan bekas ciuman lainnya disana. Gun berpikir ia akan memakai turtle neck besok karena ia harus menutupi tanda biru pada lehernya. Off mengecup bahunya lalu pindah ke lehernya dengan tangannya yang mengusap-usap perut Gun untuk membuatnya kembali bersemangat.
Karena sentuhan Off pada perutnya, ia melepaskan desahan dari mulutnya dan memiringkan lehernya, memberikan akses yang lebih besar untuk Off menghisap lehernya. Off dengan mudah memasukan kembali kejantanannya ke dalam bokong Gun, ia tidak perlu melakukan pemanasan lagi padanya. Mereka berada dalam posisi berdiri saat ini dengan Off yang menyangga tubuh Gun.
Ia mulai menggerakan pinggangnya dan membuat kaki Gun lemas, Off menangkap tubuh Gun dan membawanya kembali ke atas kasur. Keduanya sedang dimabuk kenikmatan saat handphone Gun berbunyi kencang, itu adalah panggilan dari supervisor Gun.
"Stop," kata Gun sambil melepas kontak antara tubuhnya dan tubuh Off, meninggalkan kekosongan pada bokongnya. Ia meraih handphonenya yang ada di nakas sebelah kasur dan mengangkat teleponnya. "Hallo."
"Hei, Gun. Ini aku."
"Uh, iya...ah..." Off kembali memasukan miliknya ke dalam Gun saat pria kecil itu sedang menelpon. Dan meski tangan Gun mencoba untuk menghentikan gerakan pinggulnya, Off tidak mempedulikannya. Ia justru mempercepat gerakannya dan membuat Gun serasa mau gila.
"Aku mau bertanya, apa kau bisa datang pagian besok?" Tanya supervisornya.
"Yes..." Itu sebenarnya adalah desahan yang disamarkan sebagai jawaban. Sial, mengapa Off melakukan ini padanya. Ia menutup mulutnya untuk menahan desahannya namun suara bentrokan ranjang dan tembok semakin menjadi-jadi.
Handphone Gun terlepas dari tangannya dengan posisi panggilan yang masih menyala. Gun bahkan tidak lagi mempedulikan supervisornya, pikiran dan tubuhnya sudah diambil oleh Off dan kejantanannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Off The Jerk
Fanfiction[COMPLETED] Yang Off inginkan hanyalah agar Gun Atthaphan meninggalkannya sendirian. Baginya untuk mundur dan berhenti menempel pada dirinya. Tapi Gun tetap saja menempel padanya tidak peduli seberapa keras ia mendorongnya. Sampai suatu hari Gun ben...