BAB 04 ~ RIGAL

4.5K 241 5
                                    

"Gal, lo kenapa sih?" tanya Satya sembari menikmati secangkir kopi di hadapannya. Pria tampan khas seorang Satya mampu menarik perhatian dengan wajahnya, si most wanted dambaan wanita lainnya.

"Mikir," singkat, padat, jelas. Selalu seperti itu jawaban dari Rigal saat di tanya oleh sahabatnya.

"Lo mah, mikir mulu. Di sekolah juga mikir. Di cafe, lo juga mikir!" Ozi menggeleng melihat sahabatnya yang satu ini. Pria berdarah khas betawi, dengan rambut hitam yang ikal, warna kulit yang sedikit eksotis, tidak mengurangi ketampanan Ozi sebagai pria. Rigal hanya melirik sekilas.

"Gini nih, lu pada kalo jomblo. Nongkrong di cafe, malah main wifi," Ozi menyinggung Satya yang baru saja akan melanjutkan gamenya.

"Malam senin tuh, kita harusnya belajar. Dah deket UN, tau. Bukannya malah nongkrong di cafe," cerocos Ozi, karena merasa di kacangin.

Yah, benar saja. Saat ini mereka sedang berada di salah satu cafe terkenal di jakarta, Erick B'cafe. Rigal yang mengajak mereka keluar. Itu pun untuk mengajak Satya dan Ozi kesini, Rigal harus mengeluarkan beberapa duit demi membayarkan makanan mereka yang kesekian kalinya di pesan.

"Taik lo, Zi. Lo juga sukanya cuma nyontek. Malah sok sokan suruh belajar,"  Satya menggeplak bahu Ozi dengan keras.

"Sat, itu makanan lo nggak di habisin?"

"Sebentar, gue mau ngegame dulu Zi. Nanya mulu lo,"

"Sat, kemarin tuh gue abis dengar ceramah. Ketanya kita nggak boleh mubassir. Masih banyak orang orang yang tidak mampu, untuk membeli maka--"

"Kampret dah lu, bilang aja lu mau minta. Yakan yak?" potong Satya dengan cepat.

"Tau aja lu, kadal," cengir Ozi dengan tampang minta di tabok. Ia langsung menarik piring yang berisi makanan kesukaannya, tanpa permisi dari Satya.

"Gal, lo ngajakin kita makan. Tapi lo nggak makan. Lo kenapa sih?" Satya menatap jengah pada Rigal.

Pria itu tak bergeming. Pikirannya selalu fokus pada satu orang, Aruna.

"Makan aja. Gue yang bayar," ucap Rigal yakin. Bagaimana tidak yakin? Lihat saja mereka sudah 3 kali memesan makanan.

"Bukan itu, Gal. Lo ada masalah sama , Aruna?" tanya Ozi dengan frustasi. Berbicara dengan Rigal membuat ia ingin menjambak rambutnya sendiri.

Rigal menghembuskan napas kasarnya. "Cara gue menjaga Aruna selalu salah," tanya Rigal to the point.

Ozi merapihkan jaketnya, memperbaiki duduknya, menghadap pada Rigal, lalu menepuk pundak Rigal. "Gal, gue makan dulu, yah. Bentar gue jelasin sama lo,"

Satya yang sudah serius ingin mendengar perkataan Ozi, tentu saja kesal dengan pria itu. Ia bahkan hampir melemparkan gelas yang ada di hadapannya. Satya mengira jika Ozi akan memberikan petuah, karena sudah sangat serius tadi.

"Kampret lu. Gue kirain, lo mau kasih saran!" umpat Satya pada Ozi. Pria yang di umpati itu, hanya menampilkan cengirannya.

"Menurut gue nih yah, Gal. Kalo lo emang mau menjaga Aruna dengan baik. Lo biarin lepas, jangan lo ngurung dia. Menurut gue, lo terlalu ngekang dia," Ozi mengangguk, ia setuju dengan saran Satya.

"Karna Gal, Semakin lo ngekang cewek, semakin ia bisa bosan sama lo," Ozi ikut menimpali perkataan Satya.

"Tapi gue nggak mau, kejadian dulu terulang lagi," ucap Rigal dengan wajah datarnya. Ia tidak pernah mengalihkan tatapannya dari satu titik.

"Itu masalalu, Gal. Dan gue yakin, Aruna juga sayang sama lo. Lo berhenti ngerokok juga karena dia kan?"

Rigal mengangguk. Ucapan Satya benar adanya. Setiap Rigal ingin merokok, Aruna juga mau ikut merokok. Jelas saja Rigal melarang keras, karena hal itu sangat berbahaya. Namun Aruna dengan pintar nya berkata, "kalo kamu tau itu bahaya, kok kamu ngerokok?"

RIGAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang