Rigal menarik dengan paksa tangan Aruna masuk ke dalam kelas 12 Ipa. Kelas Rigal. Tadi, belum sempat Aruna duduk di bangkunya, setelah mendapat hukuman dari guru Bk. Tiba tiba Rigal datang dengan rahang yang mengetat keras, menarik Aruna dengan paksa.
"Keluar!" perintah Rigal pada teman temannya yang masih berada di dalam kelas. Saat ini jam istrahat, wajar saja banyak yang gunakan kesempatan untuk nonton di dalam kelas.
Mereka keluar dengan cepat, mengetahui karakter Rigal yang keras, mereka tidak mampu membantah.
Aruna meghempaskan tangannya. Pergalangan tangan kanannya kini sudah memerah akibat Rigal.
"Kamu keterlaluan tau, Gal," Aruna membuka suara. Sementara Rigal mengatur napasnya yang menderu.
"Kamu yang keterlaluan!" bentak Rigal tiba tiba, ia menunjuk tepat di wajah Aruna.
"Kamu itu milik aku. Hanya milik aku!" Rigal menggeprak meja dengan keras. Aruna yang tadinya mau melawan, kembali ciut dengan bentakan Rigal.
"Aku nggak suka kalo kamu dekat sama laki laki lain!"
"Siapa tadi namanya? Bara? Yang bawain kamu air minum, terus kamu terima!"
"Rigal! Itu hanya masalah air minum, kamu sampai besar besarin!"
"Masalah air minum kamu bilang? Pulang aku tunjukin yang kamu maksud masalah air minum itu!" Rigal mengeratkan genggamannya pada lengan Aruna.
"S-sakit Gal," ringis Aruna sembari menunduk. Selalu seperti ini, Rigal tidak pernah bisa mengontrol emosinya.
"Kamu nggak ngerasain apa yang aku rasain!" Rigal tidak mendengar perkataan Aruna. Tangannya masih berada pada lengan Aruna.
"M-maafin aku Gal," ucap Aruna dengan memohon.
Rigal melepaskan tangannya dari lengan Aruna. Ia belum menyadari jika perlakuannya barusan meninggalkan bekas merah di sana.
"Kamu tunggu besok kabar Bara itu gimana!" ucap Rigal dengan misterius. Matanya membara, Rigal terbakar api cemburu.
"Ka-kamu mau apain dia, Gal?"
"AKU NGGAK SUKA KALO KAMU KHAWATIR SAMA ORANG LAIN, ARUNA!" bentak Rigal dengan mata yang nyalang merah. Aruna hanya menunduk, tidak berani menatap Rigal jika sudah seperti ini.
Rigal berjalan keluar, meninggalkan Aruna yang sedang terisak. Aruna kembali ke kelasnya setelah mendengar bel masuk.
*****
"Aruna, lo mau ikut kita pulang nggak?" tanya Aletta sembari memasukkan peralatan tulis menulisnya. Di sampingnya ada Aruna dan juga Kanaya.
"Gue lagi nungguin Rigal, kalian duluan aja,"
"Beda mah, yang udah punya pacar. Kapan yah, kak Gavin nerima gue?" ucap Aletta dengan cemberut. Hal itu berhasil mengundang cubitan di perutnya. Kanaya mencubitnya dengan keras.
"Kalo ngehayal tuh, jangan ketinggian Ta!" Kanaya mengingatkan. Aletta melirik sinis pada Kanaya, sembari memegang perutnya yang mendapat cubitan dari sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIGAL [TAMAT]
Ficção AdolescenteIni hanya cerita ringan. Kenapa ringan? Karena nggak berat. Author tidak bertanggung jawab atas kebaperan yang anda alami, jadi mohon siapkan obat sendiri. _________________________________________ Pacaran tanpa cinta? Itu yang di rasakan Aruna Gavi...