Mr. Danuarta Posesif
Aku nggak balik ke sekolah. Tunggu di parkiran. Aku jemput!
Aruna menghembuskan nafasnya malas. Ia benar benar kesal dengan pria itu. Rigal sama sekali tidak meminta izin padanya saat hendak mengantar Vania pulang, dan lihat sekarang pria itu bahkan tidak kembali ke sekolah.
"Hee, diem-diem aja lo!" Kanaya menyenggol bahu Aruna yang sejak tadi melamun. Kini mereka bertiga duduk di kursi panjang depan kelas, saat jam terakhir kelas mereka kosong, berhubung gurunya tiba tiba meminta izin untuk pulang.
"Gue kesel!" tutur Aruna dengan datar. Pandangannya fokus kedepan, memperhatikan seorang pria sang rival Rigal tengah bermain basket dengan lincahnya.
"Kenapa lo? Cemburu yah?" goda Kanaya. Ia mencolek bahu Aruna.
"Itu tadi beneran Vania, yak?" tanya Aletta dengan nada tak percaya.
"Kenapa emang?" Aruna menoleh pada sahabatnya itu dengan sewot.
"Yang gue tau, Vania kecelakaan dan dia koma. Berarti sekarang udah sadar dong?"
"Hee. Dia nggak mungkin ada di sekolah ini, kalo dia nggak sadar," Kanaya mendorong bahu Aletta yang berada di sisi kanan Aruna.
"Lo tau banyak tentang Vania, Ta?" Aruna memicingkan matanya.
"Nggak juga sih. Yang Aletta tau cuma Rigal sama Vania dulu dari SMP sahabatan, pas masuk SMA mereka pacaran sampai akhirnya putus gara Rigal di selingkuhi gitu. Terus dengar dengar, Vania kecelakaan gara-gara Rigal," jelas Aletta panjang lebar. Aruna menoleh, memperhatikan Aletta lebih jelas, ia sedikit tertarik dengan pembicaraan kali ini.
"Lo juga tau, Nay?" tanya Aruna pada Kanaya yang berada di sisi kirinya.
"Sempat dengar. Tapi nggak sedetail itu. Gue kan bukan tukang gosip kayak Aletta lemot itu!"
Setelah ucapannya, Kanaya mendapat dorongan pelan dari Aletta. Mereka berdua hanya terkekeh, berbeda dengan Aruna yang tampak berpikir keras.
"Vania selingkuh? Sama siapa?" tanya Aruna sedikit penasaran.
"Nggak tau. Disembunyiin. Itupun hanya kabar burung doang," Kanaya sepertinya harus memberi Aletta tepuk tangan, tumben sekali sahabatnya itu menjawab dengan benar tanpa berbelit belit hingga tidak tau kemana arah pembicaraan.
"Kalo hubungan Rigal, Vania, sama Bagas, lo tau?"
Aletta menggeleng dengan cepat. "Emang mereka ada hubungan? Hubungan apa? Atau jangan jangan, mereka saudara yang terpisah lagi," ucap Aletta dengan kalimat anehnya. Ia membelalakkan matanya di kalimat terakhir yang ia ucapkan.
Kanaya menoyor kepala Aletta, tuhkan kambu lagi penyakitnya.
"Rigal sama Vania sahabat, terus pacaran. Lalu Bagas? Atau jangan jangan..." gumam Aruna, mencoba memahami teka teki dari mereka bertiga.
"ASTAGAAAA!" teriak Aruna, ia berdiri dari duduknya. Membelalakkan matanya karena sepertinya menemukan jawaban yang pas dari teka teki mereka.
Kring...kring
Bel pulang berbunyi dengan keras. Membuat seluruh siswa berhamburan kesana kemari. Berbeda dengan mereka bertiga yang masih betah mengobrol di kursi panjang depan kelas dua belas IPS dua.
"Lo tetap nggak mau ikut kita, Na?" tanya Kanaya. Aruna sudah hendak berjalan terlebih dahulu.
"Nggak usah. Lain kali aja. Gue udah nelpon Abang gue untuk jemput!" jawab Aruna. Tentu saja dirinya berbohong. Ia sama sekali tidak menelpon kakaknya untuk menjemput dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIGAL [TAMAT]
Teen FictionIni hanya cerita ringan. Kenapa ringan? Karena nggak berat. Author tidak bertanggung jawab atas kebaperan yang anda alami, jadi mohon siapkan obat sendiri. _________________________________________ Pacaran tanpa cinta? Itu yang di rasakan Aruna Gavi...