EPILOG

6.8K 201 10
                                    

Aruna berjalan dengan cepat, mempergegas langkahnya. Pandangannya menelusuri cafe tempatnya berpijak sekarang. Erick B'Cafe, salah satu restoran terkenal di jakarta dan sudah memiliki cabang di beberapa kota lainnya.

Aruna melambaikan tangannya pada sahabatnya, dan dua orang lelaki di antara mereka. Begitupun sebaliknya.

"Sorry, gue telat," seru Aruna merasa sedikit bersalah, sembari menarik kursi lalu mendaratkan pantatnya.

Pria yang kini duduk di depan Aruna melototkan matanya. "Anjay, lo telat? Abis ngapain aja lo sama Rigal sampai bisa telat?" tanya Ozi dengan keras, yang langsung mendapat pelototan tajam gadis yang duduk di hadapannya.

"Sembarangan lo kalo ngomong!" ucap Aruna tak suka. Ia melirik kedua sahabatnya, meminta penjelasan.

"Kok mereka ada?" Aruna memicingkan tatapannya. Aletta menampilkan deretan giginya, sementara Kanaya hanya diam menunggu ucapan dari Aletta.

"Mereka maksa ikut, Na. Beneran bukan kita yang ajak,"

"Nggak tau diri," ceplos Aruna sembari menatap kedua pria itu dengan tajam.

"Gue tau diri. Makanya gue ikut, gue tau kalian mau ajakin tapi malu," jelas Satya, ia tersenyum miring. Tatapannya tidak sengaja bertubrukan dengan Kanaya.

Aruna tidak peduli dengan apa yang dikatakan Satya, ia mengacungkan tangannya. Memanggil waiters, lalu memilih menu yang akan di pesannya.

Satya melirik jam tangannya, masih pukul tujuh. Enggak lama lagi. Batin Satya.

Ozi menatap ketiga gadis itu. Tatapannya jatuh pada Aletta yang sedang sibuk dengan ponselnya. Terlihat jelas ada rasa sesal besar yang tersirat dari mata Ozi.

"Bentar lagi pelulusan, kalian mau lanjut kemana?" tanya Ozi. Ia menyesap minuman rasa alpukat di hadapannya.

"Nikah," ceplos Aletta, hampir saja ucapannya membuat Ozi tersendak. Untung saja ia mampu mengatasinya. Sebelum akhirnya berdehem pelan, tatapan gadis itu masih fokus pada ponselnya sembari tersenyum malu. Ozi tidak suka melihat hal itu.

"Gue, udah daftar di Universitas Gajah Mada. Sama kayak Kanaya. Lo berdua gimana?" tanya balik Aruna. Ia tersenyum pada waiters yang meletakkan di hadapannya minuman rasa melon dan menu spesial di restoran ini. Kesukaannya bersama pria itu.

"Gue belum mikirin kuliah. Mau bangun bisnis dulu," jawab Satya dengan tenang. Ucapan itu sedikit membuat bangga seorang gadis yang fokus pada dirinya sendiri.

"Wih hebat lo. Bangun bisnis apa?"

"Club," jawabnya asal.

Aruna menatap Satya dengan kesal. "Gue nanya serius, Sat. Lo malah bercanda,"

Satya terkekeh. "Rencana cafe juga sih. Cuma agak jauh dari sini,"

Kanaya mendongak, penasaran dengan pembicaraan mereka. Ia meletakkan ponselnya. "Dimana?" tanyanya tiba tiba. Kedua sahabatnya menoleh dengan cepat. Memperhatikan gadis cuek itu.

Satya tersenyum dengan tipis. "Bogor. Orang tua gue disana. Gue tinggal sama nenek gue disini,"

Kanaya mengangguk. Meski dengan tatapan cueknya. Satya paham dengan pertanyaan gadis itu.

"Udah dong. Bahas gue dong, nggak usah si Ngsat mulu," intrupsi Ozi yang sudah panas telinganya.

"Lo mau lanjut kemana?"

Ozi tersenyum tipis. Itu pertanyaan dari Aletta. Pandangan mereka bertemu. Ozi menatap dalam mata itu. Berbeda dengan Aletta yang langsung mengalihkan tatapannya.

RIGAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang