Aruna menghembuskan nafasnya, lelah. Satu kata yang menggambarkan keadaannya saat ini. Seluruh siswa SMA Bina Mutiara baru saja selasai melangsungkan upacara bendera di senin pagi.
"Kantin yok," ajak Kanaya yang sudah ikut duduk di dekat Aruna. Aletta yang baru saja tiba dengan napas yang terengah-engah, langsung mengambil minum yang ada di hadapan Aruna tanpa permisi.
"Capek, ntar aja," Aruna menoleh ke arah pintu. Kenapa tidak ada kabar?
"Iya. Aletta juga capek, abis ngejar Ozi tadi. Mau jelasin masalah yang kemarin, eh dia malah kacangin Aletta," Kanaya menggeleng mendengar curhatan Aletta pagi ini.
"Nggak usah di pertahanin cowok yang kayak gitu, Ta!"
"Terus?"
"Lo harusnya nyari cowok yang bisa ngertiin lo, bukan lo aja yang ngertiin dia!"
"Iya yah?" ucap Aletta. Ia menggaruk dagunya secara tidak sengaja. Aruna hanya menyimak, sembari terus mengecek ponselnya.
Kanaya mengangguk pelan, membenarkan ucapan Aletta.
"Berarti nanti kalo Aletta udah baikan sama Ozi, Aletta harus bilangin Ozi untuk jadi cowok pengertian," kata Aletta dengan polosnya minta di tenggalamkan.
Kanaya memutar bola matanya. "Serah lo deh, Ta!"
Aruna kembali menoleh ke arah pintu, menantikan seseorang datang dengan tiba-tiba.
"Lo kenapa sih, Na? Gelisah banget," tanya Kanaya to the point.
"Ha? Nggak papa. Mau ke kantin nggak?"
"Lo dari tadi liat pintu mulu, abis itu liat hape lagi. Lo kenapa?"
"Nggak papa Nay. Ngecek jam doang," bohong Aruna tentunya.
Aruna berdiri dari kursi yang di dudukinya, begitu pun dengan sahabatnya. Mereka berjalan ke arah kantin, untuk mengisi perut kosong yang cacingnya terus mendemo.
Dari arah depan, ada Satya dan Ozi yang sedang berjalan beriringan tanpa ada Rigal yang bersamanya. Mereka berhenti di hadapan Aruna.
"Aruna, Rigal kemana?" Satya bertanya, sekaligus mewakili Ozi yang baru saja akan bertanya.
"Emang dia kemana?" tanya Aruna balik. Ia jadi bingung sendiri.
"Gue yang nanya Aruna.
Dia nggak hadir soalnya hari ini. Dia nggak ngasih tau kita juga. Sapatau aja lo tau keberadaan dia dimana,"Aruna menggeleng setelah mendengar perkataan Satya. "Gue nggak tau. Dia nggak ngabarin," ucap Aruna yang menjadi lebih khawatir sekaligus resah.
"Yah, kirain lo tau," desah Ozi dengan pelan. Mereka berlalu meninggalkan ketiga gadis itu. Sementara Aletta teriris hatinya saat Ozi berada di hadapannya, namun ia tidak di tatap sedetik pun.
"Ta!" panggil seseorang dari belakang dengan tiba tiba.
Ketiganya langsung berbalik secara bersamaan. Itu suara Ozi yang memanggil Aletta. Si empunya nama, langsung tersenyum cerah. Meskipun wajah Ozi sangat datar saat memanggil namanya.
"Ikut aku atau mau makan?"
Dengan cepat Aletta menjawab. "Ikut kamu!" ia langsung pergi meninggalkan kedua sahabatnya.
Aruna dan Kanaya hanya tertawa pelan melihat Aletta yang begitu antusias, sementara Ozi terlihat biasa biasa saja.
*****
Aruna, Kanaya dan Aletta sudah berada di parkiran. Membicarakan hal yang mereka sudah rencanakan sebelumnya.
"Jadi ke Gramed nggak?" tanya Kanaya mengawali pembicaraan.

KAMU SEDANG MEMBACA
RIGAL [TAMAT]
Novela JuvenilIni hanya cerita ringan. Kenapa ringan? Karena nggak berat. Author tidak bertanggung jawab atas kebaperan yang anda alami, jadi mohon siapkan obat sendiri. _________________________________________ Pacaran tanpa cinta? Itu yang di rasakan Aruna Gavi...