BAB 07 ~ RIGAL

3.3K 182 0
                                    

"Satya, Ozi!" panggil Aruna dengan napas yang terengah engah. Ia sedang berada di parkiran. Sementara kedua sahabatnya sudah berpamitan untuk pulang.

Satya dan Ozi yang baru saja hendak memakai helmnya, menatap Aruna secara bergantian. Satya menaikkan kedua alisnya, seolah bertanya.

"Rigal mana?" tanya Aruna to the point.

"Gue nggak tau. Dia bolos. Tadi juga sempat di cariin sama kepala sekolah," Ozi terlebih dahulu menjawab.

"Tadi gue bilang putus sama dia. Dia nggak terima, terus pergi. Nggak tau kemana," Aruna menundukkan kepalanya, entah ini rasa penyesalan atau rasa takut yang akan terjadi pada dirinya.

"APAA?" spontan, Satya dan Ozi teriak bersamaan. Pasalnya ia sangat tahu bagaimana perasaan sahabatnya itu pada Aruna.

Aruna menunduk sembari mengangguk. Perasaan aneh menggerogoti hatinya. Aruna ingin meminta maaf pada Rigal. Entah ini karena takut terjadi apa apa pada dirinya, atau karena memang dia tidak bisa jauh dari Rigal.

"Aruna, menurut gue lo minta maaf sama Rigal. Sebelum hal nekat yang dia lakuin berimbas ke lo," tutur Satya dengan misterius. Ia tau betul Rigal. Bersama dari SMP, tidak membuat ia lupa jika Rigal orang yang paling nekat.

"Pantasan aja tadi pas Rigal masuk kelas. Pintu di banting keras, terus ngambil tasnya. Habis itu pergi," ucap Ozi yang baru menyadari penyebab kemarahan yang membludak dari Rigal tadi.

Aruna semakin merasa dibuat bersalah pada perlakuannya yang marah-marah pada Rigal. Ia menghembuskan napasnya kasar.

"Oke deh. Gue balik dulu," pamit Aruna.

"lo naik apa?"

"Angkot sih. Emang kenapa, Sat?"

"Bareng gue aja. Gue emang takut sih ditonjok Rigal, kalau dia tau gue nganter lo pulang. Tapi bahaya lagi kalo gue bilang lo naik angkot, terus gue nggak nganterin lo," ucap Satya sembari terkekeh. Ozi hanya mengangguk, menyetujui perkataan Rigal.

"Pengen nolak sih. Tapi sayang uang jajan gue. Yaudah deh, gue ikut aja," ucap Aruna bertele tele, namun intinya tetap kesitu juga.

"Hallah, sok sokan pengen nolak. Ujungnya mau juga,"

"Diem lo, tutup botol!" desis Aruna pada Ozi yang sudah mengenakan helmnya.

"Nih, lo pake helm gue aja. Ntar lo kenapa napa, Rigal motong pala gue lagi!" Satya menyodorkan helmnya. Aruna menolak dengan menggeleng.

"Lo aja yang pake. Lucu, kalo gue yang pake,"

"Serah lo deh,"

Motor kawasaki berwarna merah, dan biru itu melesat pergi dari parkiran, membelah jalanan untuk menuju ketempat tujuan.

*****

Aruna tiba di depan Rumah Rigal. Rumah mewah layaknya milik Artis papan atas. Rumah berlantai tiga, yang banyak dilapisi dengan emas. Namun sayang, Rigal hanya tinggal bersama Ibu, adik perempuan dan beberapa asisten rumah tangga yang bekerja dirumahnya. Ini ketiga kalinya Aruna berkunjung ke rumah Rigal.

Aruna menekan bel yang berada di sisi kanan gerbang. Tidak butuh waktu lama, seorang pria paruh baya dengan pakaian serba hitam menghampiri Aruna. Membuka gerbang yang cukup tinggi itu.

"Eh, non Aruna. Masuk non," titah sang supir, yang bekerja dirumah Rigal. Aruna tersenyum simpul. Hanya mampu mengangguk.

"Eh, nggak usah om. Aruna cuma mau tanyain Rigal. Dia ada?"

RIGAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang