Rigal melempar tasnya tepat di atas meja miliknya. Meja paling depan. Berbeda dengan kedua sahabatnya yang malah memilih duduk di pojokan. Ia menatap sekitar, sudah banyak teman teman kelasnya yang sibuk dengan kegiatan masing masing.
Satya dan Ozi heboh, menghampiri Rigal yang baru saja datang ke sekolah setelah satu minggu tidak hadir tanpa keterangan. Ozi menyampirkan pantatnya pada kursi milik Rigal, sementara si empunya di biarkan berdiri begitu pun dengan Satya.
"Lo kemana aja sih? Satu minggu nggak hadir, enak banget lo. Nggak ngajak ngajak lagi!" cerocos Ozi pada Rigal. Pria itu hanya menghembuskan nafasnya pelan.
"Sibuk. Banyak urusan," jawab Rigal, masih sama dengan wajah datar yang selalu ia pasang.
"Sok sibuk lo. Jujur aja lah Gal, lo kemana," kesal Satya. Rasanya ingin menjambak rambut Rigal.
"Ke singapore,"
"HAA? SINGAPORE??" kaget mereka bersamaan. Satya dan Ozi berhasil menarik perhatian orang orang yang berada di dalam kelas. Namun kembali di abaikan, setelah di beri cengiran oleh keduanya.
"Lo ngapain kesana? Mulung lagi?" pertanyaannya langsung mendapat tabokan dari Satya.
"Itu mah kebiasaan lo kali, Zi. Mulung, ngemis, pungutin sampah, kerjaan lo semua tuh," ucap Satya sembari terbahak saat melihat wajah mupeng yang di pasang Ozi.
"Anterin orang ke rumah sakit!" ungkap Rigal, di tengah keributan Satya dan Ozi.
"Siapa?" tanya Ozi, ia menatap wajah Rigal yang sendu tiba tiba.
"Bukan urusan kalian. Gue mau ke kantin!" tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya, ia langsung berjalan keluar tanpa mengajak Satya dan Ozi.
"Eh ikut. Lo kan udah datang, berarti ada lagi yang neraktir kita. Iya kan, Ngsat?"
"Lo ngapain sih, manggil gue Ngsat. Nama gue Satya, bukan Bangsat!"
Ozi tidak peduli dengan ucapan Satya. Ia berjalan hendak keluar, menyusul Rigal yang sudah hampir berada di ambang pintu.
Brukkk.....
Rigal hampir saja terjungkal kebelakang, jika ia tidak mampu menyeimbangkan tubuhnya. Begitupun dengan gadis yang ia tabrak.
"Rigal..." ucap gadis itu, dengan kerinduan yang mendalam. Senyum merekah terbit di kedua sudut bibirnya. Ia menatap mata Rigal lekat. Sementara pria itu, mengarahkan pandangannya pada lain hal.
"Ka-kamu kemana satu minggu ini?" tanya Aruna dengan gugup. Entah mengapa ia menjadi segugup ini di hadapan Rigal. Aruna merasa asing dengan sosok pria yang berdiri di hadaannya saat ini.
"Sibuk," jawab Rigal dengan datar. Aruna yang tadinya tersenyum sumringah, langsung menatap Rigal dengan sendu. Aruna sudah lama menunggu kedatangan Rigal, namun sepertinya berbeda dengan pria itu.
Aruna merasa sekarang, Rigal betah jika tidak menghubungi Aruna. Tidak sedikit pun mengirim pesan, hanya untuk memberi kabar. Semuanya berubah, setelah kepergian pria itu satu minggu ini.
"Sesibuk itu sampai nggak ngasih kabar?" Aruna tiba tiba merasakan nyeri yang muncul di bagian dadanya. Hanya di tatap datar oleh Rigal, Aruna bisa sesakit itu.
"Iya!" ucap Rigal, tepat di depan wajah Aruna.
Aruna tersenyum miris mendengar perkataan Rigal. Aruna bisa menyimpulkan satu hal, Rigal berubah. Entah apa yang di perbuatnya, sehingga Rigal menjadi sedingin ini padanya.
Tanpa permisi pada ketiga pria yang berdiri di ambang pintu, ia melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda, begitu pun dengan Kanaya dan Aletta yang berada di samping kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIGAL [TAMAT]
Novela JuvenilIni hanya cerita ringan. Kenapa ringan? Karena nggak berat. Author tidak bertanggung jawab atas kebaperan yang anda alami, jadi mohon siapkan obat sendiri. _________________________________________ Pacaran tanpa cinta? Itu yang di rasakan Aruna Gavi...