BAB 25 ~ RIGAL

3.7K 174 0
                                    

"Gue turun!" ucap Aruna dengan kesal. Pasalnya kali ini bukan Rigal yang mengantarnya, melainkan kakaknya yang penuh kejahilan.

"Kusam amat. Bukan Rigal yang jemput yah?" goda Galang. Aruna menoleh dengan cepat, menatap kakaknya dengan sengit.

"Ingat, Kak Anna lagi hamil. Gue nggak mau anak lo kayak sifat bapaknya,"

Galang terkekeh. "Hallah, paling kalo anak gue nggak mirip sama sifat bapaknya, seenggaknya wajahnya tampan kayak gue,"

Aruna berdecih pelan. "Pedean lu bang, muka kayak dugong aja bangga!"

Galang menarik pipi adiknya dengan keras. "Ngomong apa lo? Pernah di kutuk jadi batu nggak? Batu tawas?"

"Batu tawas? Itu kan sejenis makanan lo sehari-hari,"

"Udah turun. Katanya tadi mau turun!"

"Lo sih, ngajak berantem!!"

"Yaudah. Gue turun!" lanjut Aruna. Belum sempat tangannya meraih gagang pintu mobil. Galang sudah kembali menggoda dirinya.

"Kangen banget kayaknya sama Rigal. Sampe buru-buru banget!" Galang terkekeh, saat melihat wajah kesal Aruna.

"IHHH ABANGG, KAN LO SENDIRI YANG SURUH GUE TURUN!!" teriak Aruna dengan penuh kekesalan. Galang hanya menampilkan cengiran bodohnya.

"Sabar tuan putri. Ntar mukanya nggak kayak dugong lagi loh, ntar jadi medusa. Mau?" ucap Galang sembari menaik turunkan alisnya.

Aruna hanya menatap sengit Kakaknya. Ia berusaha mengalah, menghentikan perdebatannya dengan Galang. Ia berlalu dari mobil kakaknya, memasuki gerbang sekolahnya dengan wajah masam.

Aruna berjalan melewati parkiran. Ia tidak sengaja melihat mobil hitam pajero, milik seseorang yang begitu Aruna kenal. Mobil hitam yang selalu menjemputnya pagi hari, dan mengantarnya pulang sekolah saat siang hari.

Aruna memperlambat jalannya. Ia melihat si empunya turun dari mobil. Berjalan dengan santainya ke sisi kiri mobil, membukakan pintu untuk seseorang disana.

Setelah terbuka, Rigal berjalan ke belakang. Membuka bagasi, lalu mengambil sebuah kursi roda.

Aruna menahan nafasnya sebentar. Merasa sedang memergoki pacarnya selingkuh. Baru saja kemarin ia kembali berbaikan dengan Rigal, tapi hari ini kembali lagi dengan perlakuan Rigal yang mampu membuatnya cemburu.

Aruna kembali menoleh, memperhatikan kedua orang itu. Disana, Vania sudah berada di atas kursi roda, dengan Rigal yang mendorongnya di belakang. Penampilan gadis itu sudah kembali lengkap dengan seragam sekolahnya. Aruna terasa minder, bahkan Vania jauh di banding dirinya.

Aruna melanjutkan langkahnya. Sebelum kemudia seorang gadis dari belakang memanggilnya.

"Aruna!" panggi Vania, ia tersenyum ramah. Rigal kaget saat Vania menyebutkan nama Aruna. Ia tidak fokus kelain arah, selain membantu Vania tadi.

Aruna menoleh, menghembuskan nafasnya lalu membalas senyuman itu dengan manis. Aruna tidak memandang Rigal sedikit pun. Berbeda dengan pria itu, ia langsung memusatkan pandangannya pada Aruna.

"Hai, Vania. Welcone back," ucap Aruna dengan hangat.

"Makasih yah. Gak nyangka, kita bisa sedekat ini!" ucap Vania disertai dengan kekehannya.

"Gimana kaki kamu? Masih belum bisa di gerakin yah?" tanya Aruna perihatin. Ia bahkan tidak menyapa Rigal sama sekali.

"Gerakin sih udah. Tapi tetap aja masih belum bisa jalan,"

"Sabar yah. Hanya nunggu waktu kok. Nikmati prosesnya. Apalagi kan, kalo gitu Pacar kamu bisa lebih perhatian," ucap Aruna sembari menekankan kata pacar pada kalimatnya. Sekilas ia menatap Rigal. Pria itu menatapnya dengan tatapan memperingati.

RIGAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang