"Mama kamu kemana, Gal?" tanya Aruna ketika kakinya sudah menapak di ruang tamu rumah Rigal.
Rigal menoleh, memperhatikan gadisnya sejenak. "Jam segini Mama belum pulang. Paling maghrib. Mama sibuk sama urusan kantor,"
"Cici?"
"Cici sering di bawa sama Mama. Disana ada pengasuhnya juga," jelas Rigal. Aruna menganggukkan kepalanya dengan paham.
"Aku ganti baju dulu. Mau ikut?" tanya Rigal dengan menggoda Aruna.
Aruna memukul lengan Rigal dengan keras. "Gila kali yak,"
"Sapatau aja kan!" ucap Rigal dengan menggerlingkan matanya sebelah. Setelah mereka balikan satu bulan yang lalu, Rigal kini semakin berubah. Ia lebih hangat dari sebelumnya. Meskipun tidak kepada yang lain.
"Udah buruan sana!" Aruna mendorong tubuh Rigal untuk menaiki tangga. Pria itu tersenyum simpul, lalu melanjutkan langkahnya.
Aruna berjalan ke arah sofa, mendudukkan sejenak tubuhnya. Tepat jam tiga sore, Rigal datang menjemputnya. Padahal ia baru saja ingin menikmati waktu liburnya setelah ujian.
"Sayang," panggil seseorang dari belakang. Aruna terpelonjak. Ia mengelus dadanya pelan.
"Kamu ngagetin tau nggak!"
"Maaf,"
Aruna menatap Rigal yang sudah berganti dengan baju santainya. Kaos hitam polos kesukaannya, dipadukan dengan celana jeans selutut. Rigal ikut duduk di samping Aruna. Mengambil remote lalu menekan tombol on.
"Kamu ngapain sih, jemput sore sore?"
"Kangen," ucap Rigal dengan sedikit manja.
Aruna berdecih pelan. "Dih, baru juga dua hari,"
"Itu lama bagi aku!"
"Lagian kalo cuma kangen mah, ketemu cukup kali. Masa harus di bawa kesini,"
"Emang kenapa? Kamu nggak suka?" tanya Rigal. Ia menatap mata Aruna dengan lekat.
"Tumben aja. Biasanya kamu kalo kangen, paling datang. Habis liat langsung pulang. Dassar!"
Rigal tersenyum, sembari mengangguk anggukkan kepalanya. Mengerti dengan maksud kekasihnya. "Kamu sebel?"
"Iya iya lah. Siapa coba yang nggak sebel sama kamu. Nelpon, aku di depan. Turun sini. Kalo aku udah turun, paling cuma bilang aku kangen. Habis itu langsung pulang. Aku belum aja ngucapin apa-apa!!" jelas Aruna dengan kesal. Saat libur setelah ujian, mereka berdua jarang bertemu.
Rigal menatap mata Aruna. Menampilkan senyumnya agar gadis itu luluh. Ia mengambil tangan Aruna untuk di genggamnya.
"Yaudah, maaf. Aku sibuk akhir akhir ini. Harus bantuin mama di kantor," jujur Rigal dengan rasa bersalah pada gadisnya. Benar ucapannya, kini ia selalu membantu mamanya untuk mengurusi kantor, kelak yang akan di wariskan untuknya.
"Hanya urusan kantor?" tanya Aruna. Merasa ada yang mengganjal di hatinya.
"Aruna," panggil Rigal, ia tidak menjawab pertanyaan dari Aruna.
"Apa?" kesal Aruna.
"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu," Rigal menegakkan duduknya, sembari menyusun kalimat yang akan ia lontarkan.
"Arunaa..." panggil Rigal sekali lagi, kini dengan sangat lembut.
Jantung Aruna berpacu dengan cepat, tidak seperti sebelumnya. Takut ada hal yang buruk akan di sampaikan oleh Rigal.
Aruna memicingkan matanya. "Kamu nggak akan putusin aku kan, Gal?" tanya Aruna dengan was was.
Rigal menggeleng dengan cepat. Tidak mungkin ia melakukan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIGAL [TAMAT]
Teen FictionIni hanya cerita ringan. Kenapa ringan? Karena nggak berat. Author tidak bertanggung jawab atas kebaperan yang anda alami, jadi mohon siapkan obat sendiri. _________________________________________ Pacaran tanpa cinta? Itu yang di rasakan Aruna Gavi...