Rigal memperhatikan sekelilingnya, ada banyak motor yang sedang di perbaiki oleh montirnya. Ia menatap ke arah Satya dan Ozi yang sedang duduk dengan santainya.
Rigal menghampiri keduanya, setelah berada di samping mereka, ia langsung memukul pundak Satya dan Ozi, hingga keduanya sadar jika Rigal sudah tiba.
"Ehh Rigal..." ucap Ozi sembari menampilkan cengiran khasanya.
"Cepet banget bos. Belum juga 10 menit," ucap Satya menggoda Rigal yang nampak buru-buru sekali.
"Aruna mana?" tanya Rigal langsung, tanpa memperdulikan cerocosan tidak penting mereka.
"Mana gue tau. Emang dia ada disini?" Satya menoleh kesana kemari, tidak mendapati orang yang dimaksud sahabatnya itu.
"Nggak usah bohong!"
"Ahh lu mah, kagak seru di ajak bercanda. Serius mulu!" desis Ozi. Sahabatnya yang satu ini terlalu kaku jika di ajak bercanda. Sementara Satya dan Ozi yang selera humornya tinggi sangat suka menggoda Rigal, membuat kesal pria itu.
"Hanya orang gila yang suka bercanda!" Rigal mendorong pelan tubuh keduanya hingga minggir. Pria itu melewati Davin dan Satya, malas menunggu jawaban dari mereka.
Rigal masuk ke dalam sebuah ruangan tempatnya untuk beristrahat, ia sengaja membuat ruangan kecil di bengkelnya. Karena Rigal tidak suka dengan keramaian, untuk itu ia lebih suka untuk sendiri.
Langkahnya terhenti, ia mendapati seorang gadis berambut hitam legam yang sedang duduk di depan mejanya, tengah membelakangi pintu masuk. Rigal sangat mengenali sosok itu.
"Aruna..." panggil Rigal pelan. Gadis itu berbalik sembari menampilkan senyuman manisnya.
"Gal..." balasnya. Ia tidak mampu mengucapkan hal lain selain itu. Mata mereka saling menatap, berusaha saling menyusuri lebih dalam.
Selang beberapa detik kemudian, Rigal mendekat ke arah Aruna. Ia menarik tubuh gadisnya, menariknya untuk berdiri. Aruna mengikut, tiba tiba tangan kekar itu menariknya masuk kedalam pelukan hangatnya.
Aruna memejamkam matanya, merasa tenang dalam pelukan pria itu. Setelah merasa cukup, Rigal melepaskan pelukannya.
"Tumben ke sini?"
"Nggak suka?" tanya Aruna dengan sewot. Kini ia merasa setelah kehadiran Rigal, dirinya menjadi tidak takut, berbeda dengan sebelumnya. Rigal tiba tiba terkekeh saat melihat Aruna mencebikkan bibirnya. Merasa kedatangannya tak di harapkan.
"Tumben aja. Biasanya kan langsung ke rumah," jelas Rigal, agar gadis itu tidak menerka kemana-mana.
"Mau ketemu kamu disini soalnya," jujur Aruna. Saat sahabatnya pulang dari rumahnya, Aruna merasa tidak ada teman main. Mbak Anna dan Bang Galang yang menginap di rumah mertuanya, Ayahnya yang ke kantor. Alhasil hanya sang Ibu yang bersamanya di rumah. Setelah membantu ibunya, ia merasa bosan sendiri, hingga akhirnya ia berinisiatif untuk ke bengkel Rigal, menemui pria itu.
Aruna kembali duduk di kursi yang di dudukinya tadi, sementara Rigal duduk di atas meja, tepat di hadapan Aruna.
"Kangen?" tanya Rigal tiba-tiba. Mendengar pertanyaan dari pria itu, Aruna mengerutkan keningnya, sembari tersenyum tipis.
"Nggak lah. Pret. Baru juga tadi malam ketemu," sanggah Aruna, meski berbeda dengan isi hatinya saat ini.
Rigal mengangguk anggukkan kepalanya, ia mengambil tangan Aruna lalu menggenggamnya. "Cici kangen kamu. Tadi aku di sumpahin, dia mau ikut ketemu kamu,"
Aruna terkekeh pelan. Ada ada saja dengan gadis mungil itu. "Nyumpahin apa?"
"Bisul,"
Tawa Aruna meledak. Membayangkan Rigal terkena penyakit seperti itu membuat Aruna ingin tertawa sekeras-kerasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIGAL [TAMAT]
Teen FictionIni hanya cerita ringan. Kenapa ringan? Karena nggak berat. Author tidak bertanggung jawab atas kebaperan yang anda alami, jadi mohon siapkan obat sendiri. _________________________________________ Pacaran tanpa cinta? Itu yang di rasakan Aruna Gavi...