BAB 15 ~ RIGAL

3.2K 137 2
                                    

Satya menghentikan motornya tepat di depan gerbang rumah Aruna. Gadis itu turun dari boncengannya. Sedari tadi Aruna tak banyak bicara. Berbeda di hari sebelum-sebelumnya. Satya ikut menyusul Aruna turun, ia menaruh helmnya di atas motor miliknya.

"Lo kenapa sih? Diem aja. Nggak di kasih uang bulanan lo sama Rigal?" tanya Satya dengan sedikit bercanda, berusaha mencairkan suasana hati Aruna.

Aruna diam tak bergeming, pandangannya fokus pada satu titik, seperti memikirkan sesuatu. Diam-diam Satya langsung menepuk pundak Aruna hingga gadis itu menjadi gelagapan sendiri.

"Woyyyy!" teriak Satya, berniat menyadarkan Aruna dari lamunannya.

Plakkk...

Pukulan keras mendarat di lengan tangan kirinya. Hal itu membuat Satya meringis keras.

"Lo kenapa, dah?" tanya Satya kembali. Ia masih mengelus lengannya yang terasa pedis.

Aruna menoleh, menatap Satya. "Nggak apa-apa!"

Satya berdecih, hendak tertawa mendengar jawaban dari Aruna. "Cewek kalo udah bilang nggak apa-apa, berarti ada apa!!"

Aruna mengerucutkan bibirnya, merasa tepat sasaran dengan tudingan Satya. "Ah lo mah, gue nggak kayak gitu!"

Satya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gue bisa menjadi tempat curhat lo. Gue nggak tenang ninggalin cewek yang cerewet tiba-tiba diam kayak gini. Kalo misalnya lo loncat dari balkon, terus mati. Pasti gue juga ikut-ikutan, karena lo terakhir sama gue!!"

Lontaran kalimat itu berhasil mendapatkan sebuah pukulan keras kembali di lengan tangan kirinya. Ia kembali meringis, padahal hanya niat menghibur saja.

Aruna menatap ke arah ponsel yang kini berada di genggamannya. Membuka aplikasi pesan, dan menampilkan deretan pesan dari nomor yang sama di sana. Ia menyodorkan pada Satya, dengan gerakan cepat pria itu menerimanya. Membacanya dengan seksama.

"Shittt!" umpat Satya. Aruna menoleh pada Satya, saat pria itu mengembalikan ponselnya.

"Gue nggak ngerti apa maksudnya,"

Satya berdehem pelan. "Selain pesan itu?"

Aruna menoleh. "Bunga mawar. Saat pesan pertama, gue dapat bunga mawar berduri, yang baru banget di potong dari batangnya. Yang kedua, masalah lilin. Entah kenapa, pas gue ngedate sama Rigal. Lilin yang disana tiba tiba mati, bersamaan dengan adanya bayangan hitam yang lewat," jelas Aruna, sembari menggigit bibir bawahnya.

"Dan pesan terakhir?"

Aruna menggelengkan kepalanya. "Gue nggak tau maknanya apa,"

Satya menghembuskan nafasnya, ia melirik jam tangannya. Tepat jam 9.30. Satya melirik sekilas kebelakang, merasa jika ada yang mengintai mereka.

"Gue masuk. Makasih ya--" belum lepas ucapan Aruna dari mulutnya tiba tiba sebuah peluruh kecil mengarah kearahnya.

Dor....

Satya menarik keras tangan Aruna, menghidari peluru itu. Sebelumnya ia sudah merasa aneh sejak mereka berdiri di depan gerbang, selalu merasa ada yang mengintai mereka dari jauh.

Satya melirik ke tempat dimana peluru itu berasal, sebuah pohon besar dari seberang jalan yang tak jauh dari rumah Aruna. Namun nihil, di sana banyak anak anak yang sedang bermain. Tidak mungkin mereka tidak melihatnya.

Aruna memegang dadanya yang bergemuruh dengan hebat. Nafasnya naik turun. Kaget dengan kejadian barusan. Melihat hal itu, tanpa niat apa pun Satya memeluk Aruna, mengusap punggungnya, berusaha menenangkan gadis itu yang sedang bergetar dengan hebat.

RIGAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang