Aruna menarik kedua sahabatnya untuk kelapangan basket. Hari ini Rigal ada pertandingan. Sementara kelasnya tetap di masukkan, alasannya karena mereka sudah dekat ujian.
"Aruna, lo ngapain sih narik kita kesini?" tanya Kanaya, yang masih di tarik oleh Aruna untuk kelapangan basket.
"Gue mau nonton Rigal, dia tanding basket. Gue bisa kena amuknya kalo nggak nonton dia!"
"Astaga Aruna. Kita ini lagi belajar di kelas. Lo malah ngajakin bolos. Ada Ozi nggak?" tanya Aletta dengan marah marah tidak jelas. Mendengar perkataan sahabatnya yang satu itu, Aruna hanya menampilkan cengiran bodohnya lalu mengangguk.
"Gue duluan, mau nonton Ozi!" Aletta melepas tangannya dari Aruna lalu berlari duluan.
Kanaya yang melihat sahabatnya seperti itu, ingin sekali membuka sepatunya lalu melemparkan pada Aletta, biar sadar jika tadi di tidak terima karena di ajak bolos.
Keduanya hanya menggeleng pelan. Setelah tiba di lapangan, Aruna dan Kanaya menghampiri Aletta yang sudah berada di tempat duduk, mengambil tempat yang paling depan. Biar puas menikmati cogan-cogan yang akan bertanding.
"Pen banget gue tenggelemin lo Ta, di closed. Tadi marah-marah, sekarang paling depan aja duduknya," Aruna menabok belakang Aletta dengan pelan.
"Yakan, gue nggak tau kalo Ozi juga ada," ucapnya sembari menampilkan cengiran tanpa bersalahnya.
Sorak sorai dari penonton mengalihkan pembicaraan mereka. Kini pertandingan sudah di mulai.
Semua penonton menyoraki nama Rigal. Pria itu memang banyak di dambakan oleh gadis-gadis SMA Bina Mutiara. Kini penampilan Rigal yang mengenakan baju berlengan pendek warna orange, senada dengan celananya, bertuliskan nomor 01 di depan dadanya, dengan nama yang terpampam jelas. Membuat penonton semakin bersorak sorai dengan penampilan Rigal. Disertai dengan permainannya di lapangan selalu mampu membuat penonton bertekuk lutut.
*****
Tiupan peluit yang menggema di lapangan basket, menandakan berakhirnya suatu pertandandingan. tim Rigal lah yang menjadi pemenangnya. Selalu seperti itu. Tim Garuda selalu menjadi pemenang, baik di lapangan maupun di hati penonton.
Aruna diam-diam mengambil botol aqua yang berada di samping sahabatnya, siapa lagi jika bukan Aletta. Dia pasti akan memberikan pada Ozi. Dengan gerakan cepatnya, Aruna berhasil tanpa Aletta ketahui. Dia melirik pada Kanaya, sedari tadi gadis itu sibuk membaca novel sembari mendengar musik menggunakan headshet, tidak sedikit pun memperhatikan peetandingan.
Ini kesempatan Aruna untuk kabur. Ia berdiri dari duduknya, masuk kelapangan menghampiri Rigal yang sedang beristirahat. Aruna bingung dengan dirinya kali ini, biasanya ia tidak sepeduli ini pada pria yang kini berstatus sebagai pacarnya.
Aruna berjalan dengan santainya di tengah lapangan. Tiba tiba saja sebuah benda padat nan bulat, menghantam kepalanya. Bola basket yang di pegang oleh seseorang tim lawan Rigal tadi, kini mendarat di kepala Aruna.
Rigal yang sedang memperhatikan Aruna berjalan kearahnya, tiba tiba saja langsung berdiri, melihat kejadian itu. Ia menghampiri Aruna dengan panik.
"Sayang..." panggil Rigal dengan pelan. Gadis itu masih memijit kepalanya.
"Ada yang sakit?" Aruna yang setengah sadar, mencibir pertanyaan bodoh yang terlontar dari mulut Rigal. Tentu saja ada.
"Kepala aku pusing, Gal," Aruna menyeimbangkan tubuhnya, mengerjapkan matanya berkali kali. Kini ia merasa tubuhnya sudah mulai seimbang.
Rigal yang berdiri di samping Aruna tiba tiba saja menghampiri orang yang sudah melemparkan Aruna bola basket. Entah itu di sengaja atau pun tidak. Aruna panik dengan sendirinya. Karena ia tau, siapapun yang berurusan dengan Rigal, akan di buat babak belur.
Rigal menarik kerah baju Bagas, tersangka utama yang sudah mendaratkan bola basket itu di kepala Aruna. Berbicara tentang Bagas, ia salah satu kapten dari lawan Rigal di lapangan Basket. Keduanya tak pernah akur saat Rigal selalu mengalahkan Bagas di lapangan. Bahkan Bagas adalah wakil ketua osis, dia juga salah satu most wanted di SMA Bina Mutiara. Bagas selalu ingin unggul dari Rigal, namun kenyataannya Ia selalu saja kalah.
"MAKSUD LO APA HAA!??" teriak Rigal tidak terima. Matanya berapi-api, menyiratkan kebencian mendalam.
"Gue nggak sengaja!" ucap Bagas penuh penekanan. Ia tidak terima di permalukan oleh Rigal. Penonton yang tadinya sudah mau bubar, kini kembali terkumpul. Begitu pun Kanaya dan Aletta, yang langsung tersadarkan dari kegiatannya masing masih.
"LO HAMPIR NYELAKAIN CEWEK GUE. LO DENDAM SAMA GUE?!"
"LO YANG LEBAY. CEWEK LO AJA NGGAK APA APA PECUNDANG!"
Satu tonjokan mendarat di pipi Bagas dengan keras. Bagas yang tidak terima dengan tonjokan Rigal yang sangat kuat, juga memukul perut Rigal. Alhasil terjadilah keributan di tengah lapangan basket, yang berhasil mengundang perhatian.
Sudut bibir Bagas sudah mengeluarkan cairan kental berwarna merah. Begitu pun dengan Rigal yang sudah terluka di bagian wajahnya.
Aruna bingung bagaimana cara menghentikan Rigal dari aksinya. Ia melirik kedua sahabat Rigal yang hanya diam, tak ada niat untuk melerai.
Aruna menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia mengerahkan seluruh keberaniannya untuk melerai keduanya.
"RIGAL, STOOOP!!" teriak Aruna yang tepat berada di belakang Rigal. Tak disangka, pria itu menghentikan aksinya. Menyisahkan Bagas yang sudah tidak sadarkan diri.
Aruna menarik Rigal untuk keluar dari kerumunan orang banyak itu. Sementara pria itu hanya menurut. Baju basketnya kini sudah kotor, menyisahkan beberapa cipratan darah disana.
Mereka tiba di lorong kelas yang sepi. Aruna menghentikan langkahnya. Ia berbalik menatap Rigal dengan kesal.
"Kamu keterlaluan tau, Gal!" ucap Aruna dengan marah-marah. Dia sudah tinggi darah untuk mengahadapi Rigal yang begitu nekat. Ia tidak pernah berfikir dengan jabatannya di sekolah ini.
"Aku nggak salah Aruna! Aku cuma ngelindungin milik aku!" tutur Rigal dengan penuh penekanan.
"Yah tapi aku nggak apa-apa, Gal. Kamu aja yang keterlaluan. Kamu itu ketua osis disini. Jabatan kamu bisa di lepas. Kamu juga bisa di skors!" teriak Aruna di hadapan Rigal.
"Aku nggak peduli, Aruna!"
"Tapi aku peduli sama kamu, Gal!"
"Aku bingung sama sikap kamu yang selalu kayak gini. Main tonjok. Selalu emosi. Marah-marah. AKU MUAK DENGAN SIKAP KAMU YANG KAYA GINI, GAL!"
Rigal maju mendekati Aruna. Ia menatap gadis itu dengan marah.
"Jadi aku yang salah?"
"Jelas kamu yang salah, Gal. Kamu yang lebay. Sekarang aku jadi mikir, kalo kita putus aja gimana?"
"ARUNAA!" bentak Rigal dengan keras. Ia mengangkat tangannya, hendak menampar Aruna. Namun saat tangannya sudah melayang di udara, ia menghentikan aksinya. Tangannya terkepal kuat, hingga telapak tangannya memutih. Ia meninju tembok sekolah yang berada di samping mereka berdua.
Rigal tidak mengatakan apa-apa. Ia meninggalkan Aruna, membiarkan gadis itu berfikir jika hal yang dia ucapkan itu salah.
Aruna menghembuskan napasnya, berusaha menstabilkan emosinya. Tatapannya mengikuti langkah pria itu. Rigal diam. Ini pertanda buruk untuk dirinya. Seharusnya ia tidak menyebutkan hal mustahil yang di haramkan oleh pria itu. Tamatlah, setelah ini Aruna pasti akan mati berdiri.
*****
To Be Continued
15 MEI 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
RIGAL [TAMAT]
Teen FictionIni hanya cerita ringan. Kenapa ringan? Karena nggak berat. Author tidak bertanggung jawab atas kebaperan yang anda alami, jadi mohon siapkan obat sendiri. _________________________________________ Pacaran tanpa cinta? Itu yang di rasakan Aruna Gavi...