Mr. Danuarta Posesife
Aku di bawah!
Turun
Kalo kamu nggak turun, aku yang naik!
Oke!
Aruna membanting ponselnya di atas ranjang miliknya. Ia menatap dirinya di depan cermin dengan gusar. Membaca pesan dari ke tiga dari Rigal, membuat Aruna mau tidak mau harus turun.
Aruna menatap penampilannya yang acak-acakan di depan cermin. Baju piyama bergambar doraemon, sudah melekat pada tubuhnya. Rambutnya di cepol asal.
Ia berjalan menuruni tangga, mendapati Rigal dan Galang yang sedang mengobrol di ruang tamu. Galang, yang selalu membuat pembicaraan receh lalu tertawa. Lain hal dengan Rigal, yang hanya menyimak lalu terkekeh terpaksa untuk menghormati Galang, kakak dari kekasihnya.
"Ekhm," dehem Aruna yang sudah berada di belakang sofa, tempat mereka duduk.
Keduanya menoleh. "Dari tadi juga di tungguin Rigal. Abang mau tidur nih, temanin Rigal gih," titah Galang yang sudah berdiri dari duduknya.
Aruna mendengus kesal. Tidak tahu kah, abangnya ini jika ia ada masalah dengan pria itu. Ingin rasanya mencabik cabik wajah Galang, hingga tidak terbentuk lagi.
Aruna berjalan ke arah Rigal. Ia mensedekapkan kedua tangannya di depan dada. Menatap Rigal dengan pandangan malasnya. Berbeda dengan pria itu, ia selalu menatap Aruna dengan lekat nan dalam. Menyelusuri mata itu, mencari ketulusan disana.
"Kenapa?" tanya Aruna langsung. Keduanya masih dalam posisi berdiri.
Tangan pria itu bergerak hendak mengambil tangan Aruna, namun di hempas pelan oleh gadis itu.
"Aku mau ngomong sama kamu," ujar Rigal dengan pelan.
"Dari tadi kamu juga udah ngomong, Gal!" kata Aruna dengan judes. Ia mengalihkan pandangannya dari Rigal.
Sementara pria itu masih setia menatapnya."Aruna. Sekarang udah hampir jam sebelas. Please, beri waktu!"
Aruna menghembuskan nafasnya pelan. Menatap ke arah jam tangannya, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat.
"10 menit!"
"Aruna! Itu cepat ba--"
"5 menit,"
Rigal menghembuskan nafasnya kasar, Aruna tiba tiba saja memotong pembicaraannya dan langsung mengurangi waktu yang sudah di tentukan oleh gadis itu.
"Maaf," ucap Rigal, ia menunduk. Tangannya menarik tangan Aruna yang sudah tidak di hempas lagi.
"Kenapa nggak cerita?" tanya Aruna. Ia mengingat kejadian tadi siang saat di halte. Pertengkaran antara Bagas, dan Rigal.
"Aku nggak tau mau jelasin dari mana. Itu udah nggak penting bagi Aku!"
"Udah nggak penting yah? Tapi sampai emosi gitu!" Aruna tertawa meremehkan, Rigal bahkan sampai tersulut emosi saat Bagas menyebutkan nama Vania.
"Aruna. Aku emosi karena kamu. Bukan Vania!" Rigal menekan ucapannya. Entah mengapa, tangannya kembali terkepal kuat. Rahangnya mengetat keras, kembali mengingat ucapan Bagas siang tadi.
Rigal yang mulai tersulut emosi, tangan Aruna yang digenggam oleh pria itu bahkan terasa di remas kuat. Gadis gelagapan sendiri, takut Rigal akan berteriak teriak dan membentaknya, atau bahkan meremas lengannya dengan kasar. Aruna takut dengan hal itu.
Ia mendekat ke arah Rigal, mengusap punggung tangan pria itu.
"Jadi, Vania selingkuh sama Bagas?" tanya Aruna pelan, ia berusaha menghilangkan egonya yang sedang marah pada Rigal. Ia tahu jika Rigal sudah tersulut emosi, untuk itu ia berusaha akan menenangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIGAL [TAMAT]
Fiksi RemajaIni hanya cerita ringan. Kenapa ringan? Karena nggak berat. Author tidak bertanggung jawab atas kebaperan yang anda alami, jadi mohon siapkan obat sendiri. _________________________________________ Pacaran tanpa cinta? Itu yang di rasakan Aruna Gavi...