Rigal keluar dari kamar rawat Vania. Ia menatap jam yang melekat pada tangan kanannya, tepat pukul 23.20. Ia berdiri di ambang pintu, menatap Vania yang sudah terlelap dengan tidurnya. Kedua orang tua gadis itu berada di sofa, sedang berjaga. Sementara Rigal, pamit untuk pulang ganti baju.
Rigal menuntun langkahnya ke parkiran, dimana mobilnya berada. Ia menatap sekitar rumah sakit, nampak sunyi. Wajar saja. Hanya ada beberapa suster yang lalu lalang.
Ia masuk kedalam mobilnya. Saat hendak menjalankannya, ia teringat satu hal. Aruna. Ia kepikiran dengan gadisnya. Ia khawatir dengan Aruna, yang dengan teganya ia tinggalkan sendirian.
Rigal menjambak rambutnya. Mencengkram stir mobil dengan kencang, lalu memukulnya.
"Bodoh!" umpat pada dirinya sendiri. Ia memukul dasboar mobilnya dengan keras.
Tidak seharusnya ia seperti itu pada Aruna. Gadis itu pacarnya. Gadis itu miliknya. Hanya miliknya. Harusnya ia menjaga miliknya, bukan malah meninggalkannya dan memberikan pada orang lain.
Rigal menjalankan mobilnya ke sebuah rumah yang ingin di tujunya sekarang. Rigal menjalankan mobilnya seperti orang yang kesetanan. Ia emosi dengan dirinya sendiri yang bodoh.
*****
Aletta memperhatikan mimik wajah Aruna yang sedikit berbeda dari biasanya. Seharusnya ia akan menjadi ceria saat pulang ngedate bersama Rigal.
"Lo kenapa, bisa diantar Satya?" tanya Aletta memicingkan matanya. Sementara Kanaya masih sibuk dengan buku bacaannya.
"Rigal ninggalin gue. Nggak tau kemana," ucap Aruna, hatinya sedikit sakit saat menceritakan hal itu.
"Kok bisa?" kaget Aletta.
"Bahkan kita belum makan. Rigal terima telpon, habis itu pergi!"
"Haa? Nggak biasanya kan Rigal kayak gitu. Meskipun gue nggak tau banyak tentang Rigal, tapi gue yakin kalo Rigal nggak mungkin ninggalin lo sendiri," berbeda dari sebelumnya, Aletta sedikit lurus saat berbicara kali ini. Diam-diam Kanaya menyimak pembicaraan keduanya, tidak tau harus menaggapi apa tentang hubungan Rigal dan Aruna.
"Nggak tau. Males ngomongin dia!" jujur Aruna, sedari tadi hatinya sedikit mendongkol saat mengingat kejadian tadi. Ia tidak mau membicarakan hal tadi pada sahabatnya, sebelum mengetahui kejelasan dari semuanya.
"Tapi gue yakin Na, Rigal punya alasan kenapa dia ninggalin lo!" timpal Kanaya tiba-tiba, Aruna menoleh pada sahabatnya. Tidak tau mau menjawab apa, ia hanya menganggukkan kepalanya.
Kini, Aruna menoleh pada Aletta yang kembali sibuk dengan ponselnya. Mereka bertiga berada di atas ranjang milik Aruna, dengan mata yang enggan terpejam. Posisi Aruna kini berada di tengah, Aletta di sebelah kiri, dan Kanaya di sebelah kanan.
Tanpa permisi, Aruna langsung merampas ponsel milik sahabatnya. Mimik muka Aletta seketika berubah, ia menjadi panik seketika.
"Ihh, Aruna. Jan di buka, please!" ucap Aletta memohon. Sementara Aruna ia menggeser tubuhnya pada Kanaya, memperlihatkan isi ponsel pada sahabatnya yang satu itu.
"Gue kepo sama hubungan lo. Lo pasti udah bohong sama kita," tuding Aruna tepat sasaran. Kanaya mengalihkan tatapannya dari sebuah buku yang ada di tangannya, ia menatap apa yang di lakukan kedua sahabatnya itu.
"Bohong apa sih, Na?" tanya Aletta. Aruna tidak menjawab, ia mengotak atik ponsel sahabatnya. Matanya tertarik pada aplikasi chat berwarna hijau di ponsel Aletta. Membukanya, dan melihat chat yang mencurigakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIGAL [TAMAT]
Teen FictionIni hanya cerita ringan. Kenapa ringan? Karena nggak berat. Author tidak bertanggung jawab atas kebaperan yang anda alami, jadi mohon siapkan obat sendiri. _________________________________________ Pacaran tanpa cinta? Itu yang di rasakan Aruna Gavi...