BAB 30 ~ RIGAL

3.7K 146 7
                                    

"RIGALLLL!!" teriak Aruna dengan histeris. Sudah dua hari Rigal tak mengunjunginya dan sekarang pria itu datang dengan penampilan kaos hitam yang di padukan dengan jacket kulitnya. Meskipun sederhana, namun mampu membuat Aruna klepek klepek.

Untung saja tubuh Rigal dengan sigap menangkap Aruna. Pelukan tiba tiba dari gadis itu, hampir saja membuat dirinya terhuyung ke belakang. Ia mengusap puncak kepala Aruna dengan sayang. Selang beberapa detik, gadis itu melepaskan pelukannya lalu mencubit Rigal.

"Aww," Ringis Rigal dengan pura pura.

Aruna mencebikkan bibirnya. "Sok sok an banget, nggak ngasih kabar. Emang bisa?"

Rigal terkekeh pelan. Ia mengacak puncak kepala gadis itu. "Bisa. Buktinya kemarin,"

"Oh gitu? Kenapa sekalian nggak usah datang juga hari ini? Ha?!" tanya Aruna dengan kesal.

"Kangen. Gimana dong?" ucap Rigal dengan senyuman menggodanya. Langkahnya maju untuk lebih mendekat ke arah gadisnya.

"Tanggung sendiri. Siapa suruh bikin orang khawatir!"

"Kamu... Khawatir?" Rigal menaik turunkan alisnya. Tiba tiba sebuah tangan memukulnya dari belakang.

"Cici di tinggalin di mobil!!!" dengus bocah ingusan itu. Rigal menampilkan cengirannya. Aruna tersenyum sumringah melihat Cici ikut bersama Rigal.

"Ayuk sini, sama kak Aruna. Tinggalin aja bang Rigal!" ajak Aruna pada Cici. Ia menggenggam tangan gadis mungil itu. Keduanya meninggalkan Rigal yang masih berada di depan pintu. Hal itu membuat pria itu mendengus kesal.

"Pertanyaanku belum di jawab sayang!" teriak Rigal, ikut menyusul mereka yang sudah duduk anteng di sofa ruang tamu.
Rigal ikut duduk di samping Aruna. Meletakkan kantung yang dibawanya di atas meja.

"Bang Igalllll. Nggak oleh deket deketan. Belom sah!" teriak Cici, ia menarik jacket Rigal agar pria itu duduk di dekatnya. Mau tidak mau, Rigal mengikuti apa mau adiknya itu. Jadilah sekarang mereka seperti keluarga bahagia, dengan Cici yang berada di tengah.

"Siapa yang ngajarin ngomong gitu?" tanya Rigal.

"Gala. Dia bilang ketanya kalo belum sah jan deket deketan. Makanya Cici harus jauhin Gala sampai nanti kita beldua jadi sah," jelas anak kecil itu.

Keduanya terbahak mendengar penjelasan Cici yang sudah memikirkan hal seperti itu.

"Tau emang apa itu sah?"

Cici berpikir sejenak. Ia menarik sebelah kanan ikatan rambutnya. "Kawin,"

"NIKAHHH CIII!" timpal keduanya dengan serentak. Setelah itu keduanya tertawa, menyadari semua ucapan polos dari Cici.

"Sayang, aku bawain itu," ucap Rigal dengan senyuman manisnya. Ia menunjuk kantong kresek berwarna putih di padukan dengan biru, yang berada di atas meja.

Tiba tiba setelah mengatakan hal itu. Cici langsung menggigitnya dengan keras.

"Awww. Sakit, Ci!" ringis Rigal. Gigi adiknya begitu tajam, di tambah dengan anak kecil itu menggigitnya dengan keras.

"Cici yang bawain. Bukan bang Igal!" Cici menjulurkan lidahnya, namun langsung mendapat pelototan tajam dari Rigal.

"Udah, udah. Nggak usah bertengkar. Makasih yah, Ci. Udah repot-rep--"

"Aku yang bawa, sayang. Bukan dia!"

Mendengar perkataan Rigal yang merengek dengan manja, langsung mendapat pelototan tajam dari Aruna.

Senengin anak kecil kenapa sih!

Batin Aruna menggerutu. Rigal langsung ciut seketika saat mengerti arti dari pelototan gadisnya.

RIGAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang