Rigal menggertakkan giginya. Mulai emosi dengan semua pernyataan yang di lontarkan Aruna. Dadanya terasa sesak. Ia menarik tangan Aruna dengan kasar untuk mengikutinya ke taman belakang sekolah, saat melihat sudah banyak siswa yang hadir.
Rigal menghentakkan tangan Aruna dengan kasar.
"Tarik ucapan kamu!" bentak Rigal tidak terima.
Aruna menghapus air matanya. Menyelusuri mata Rigal dengan dalam. "Mau di tarik bagaimana, Gal? Kamu sanggup liat aku terus sakit karena perbuatan kalian?!"
"Ini hanya sementara Aruna! Hanya sampai Vania benar benar ingat semuanya!!" Rigal semakin meninggikan suaranya. Tangannya bahkan sudah mencekal kuat lengan Aruna.
"Tapi sampai kapan, Gal? Kenapa kamu nggak bisa ambil keputusan? Kenapa harus buat aku nunggu?!" tanya Aruna dengan tangisannya.
"VANIA ITU SAHABAT AKU!!"
"Persetan dengan persahabatan kalian. Kamu nganggep aku nggak sih?" umpat Aruna tanpa sengaja.
Mendengar umpatan dari Aruna. Rigal semakin mencekal lengan Aruna kuat. Matanya menyiratkan emosi yang semakin membuncah.
"BERHENTI MENGUMPATINYA!! APA MAUMU?!" teriak Rigal dengan lantang di depan Aruna.
Gadis itu menghembuskan nafasnya. Memejamkan matanya sejenak, lalu mengucapkan kalimat yang dulunya sangat di haramkan oleh Rigal. "Aku mau.... Kita putus Gal!" ucap Aruna pelan.
Rigal melepas cekalannya. Ia menarik rambutnya frustasi.
"ARGHHHH!" teriaknya dengan frustasi. Ia menendang kursi taman yang berada di belakangnya dengan keras, hingga mengakibatkan kursi itu terjungkal kebelakang.
Rigal menoleh kembali pada Aruna. Matanya semakin menyiratkan kilau amarahnya. "OKE. KAMU MAU PUTUS KAN?!" teriak Rigal di hadapan Aruna.
Aruna tidak mengangguk sama sekali. Berfikir sejenak, apakah ini keputusan yang sudah benar atau ini malah keputusan yang sangat buruk.
Rigal menggangguk anggukkan kepalanya, lalu tertawa bak orang kehilangan akal. "Oke. Kita... Putus!!" ucap Rigal sembari menatap mata Aruna dalam.
Nafasnya masih menderu hebat. Ia berlalu meninggalkan Aruna dengan sendirinya.
Air matanya kembali luruh. Bukan kah ini kemauannya? Bukankah ini harapannya dari dulu. Rigal melepaskannya. Tetapi mengapa rasanya sesakit ini?
*****
"Aruna!!" teriak Aletta sembari berlari ke arah gerbang, mengikuti Aruna dari belakang bersama Kanaya. Sejak pagi, sahabatnya itu terlihat murung. Dan biasanya, tanpa sengaja juga air matanya jatuh sendiri.
"Apa?" Aruna berbalik. Menatap keduanya dengan datar.
"Lo balik sama siapa? Nggak sama Rigal?" tanya Kanaya.
"Sendiri. Nggak, dia sama Vania!" jawab Aruna dengan penuh penekanan.
"Yaudah, bareng Aletta sama Kanaya aja yuk?"
"Nggak usah, Ta. Gue butuh sendiri!" ucap Aruna dengan tegas.
"Oh oke," ujar keduanya serempak. Ia tau betul bagaimana sifat Aruna. Jika sudah seperti itu, maka ia tidak akan merubah fikirannya.
"Yaudah gue sama Aletta duluan yah? Hati-hati Aruna, semangat!" Kanaya dan Aletta melambaikan tangannya pada Aruna. Gadis itu hanya tersenyum tipis, untuk membalas lambaian tangan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIGAL [TAMAT]
Teen FictionIni hanya cerita ringan. Kenapa ringan? Karena nggak berat. Author tidak bertanggung jawab atas kebaperan yang anda alami, jadi mohon siapkan obat sendiri. _________________________________________ Pacaran tanpa cinta? Itu yang di rasakan Aruna Gavi...