"RAKA! UDAH??". Teriak Nara dari bangku penonton, berdiri diatas bangku, agar suaranya terdengar ke seluruh sudut ruang latihan Indoor ini.
Ditengah lapangan, ucapan pelatihnya terhenti. Termasuk Raka yang tengah menunduk sembari mengusap wajahnya malu.
"Baik, hari ini latihannya selesai. Istirahat penuh. Besok saya butuh stamina terbaik kalian. Semoga sukses semuanya".
Barisan dibubarkan. Raka berlari kecil kearah Nara. Yang masih saja berdiri dengan cengiran khasnya.
"Hehe".
"Haha hehe, gue malu anjir". Omel Raka. Memegang pinggang Nara, menurunkan gadis itu dari atas bangku.
"Habisnya Lo bilang bentar, taunya lama. Gue kan mau pulang".
"Iya iya maaf". Ucap Raka, memakai jaketnya, menyampirkan tas milik Nara didadanya, dan tas miliknya di punggung.
"Ayo pulang". Ajak Raka. Mengambil sebelah tangan Nara untuk ia genggam seperti biasanya.
Mereka berdua berjalan keluar ruangan latihan. Menuju parkiran di depan sekolah.
"Helm gue kayaknya ketinggalan deh, Ra". Jeda Raka. Menghentikan langkahnya.
"Dih?". Nara berkacak pinggang. "Jadi balik lagi?!". Gadis itu menghentakkan kakinya kesal.
"Iya, helmnya di ruang BK".
"Dasar ya, Lo itu masih muda. Ingatannya dipake baik-baik. Kayak nenek Lo lupa terus". Omel Nara.
"Yaudah temenin gue ngambil deh, jangan ngomel".
"Kunci motor Lo mana?". Tanya Nara tiba-tiba, menunggu reaksi Raka.
"E-eh? Kunci motor?.. Ta-tadi ada kok". Ucap laki-laki itu mulai memelan.
"Beneran..". Tambahnya ketakutan.
Nara memutar bola matanya malas. Mendekat kearah Raka, merogoh saku celana bagian belakang laki-laki itu, mengambil kunci motor dengan gantungan kepala Barbie yang Nara berikan Minggu lalu. Yang pada akhirnya mampu membuat Raka terkejut batin.
"Eh Lo ngapain?". Tanya Raka tersakiti.
"Dih anjir, geli gue. Gue gak selera ya sama Lo". Tukas Nara. Berjalan mendahului Raka untuk memutar arah.
Terpaksa, mereka harus pergi ke ruang BK terlebih dahulu.
"Wah, anak ekskul cheerleaders belom pada pulang ya". Ucap Raka begitu mereka melintasi lapangan utama, dimana anak-anak ekskul cheerleaders masih berkumpul di lapangan.
"Wajar sih, besok kan ada lomba penting".
"Eh buset, itu siapa dah?".
Langkah Nara berhenti mendadak ketika tautan tangannya dengan Raka yang berhenti memaksa Nara untuk ikut berhenti juga.
"Siapa?". Tanya Nara.
"Ituu, yang di paling depan sebelah kanan. Rambut digerai". Deskripsi Raka dengan tatapan fokus menatap segerombolan gadis gadis populer di sekolah mereka.
"Itu?". Tanya Nara memastikan. Menatap Raka yang tengah tersenyum dan menatap antusias.
"Iya, siapa namanya?".
Nara diam sejenak. Ia tau gadis yang ditunjuk semangat oleh Raka.
"Alicia".
Alicia baru saja mendarat sempurna, rambut kecoklatannya itu terbang di udara. Bercampur dengan bias cahaya sore yang menyorot tepat ke tempat berdirinya gadis itu sekarang. Tertawa senang bersama teman-temannya.
"Alicia? Kok gue belum pernah dengar?". Tanya Raka ulang.
Kini, Nara tersenyum begitu Raka menatapnya.
"Masa sih? Dia populer loh. Masa Lo gak nyadar ada anak baru secantik itu. Dia beruntung banget loh, baru masuk udah diajak gabung ke grup cheerleading. Cantik banget sih anaknya. Badannya juga bagus". Ucap Nara kelewat banyak.Raka tak begitu mendengar ucapan Nara. Sibuk menatap ke tengah lapangan. Dimana gadis bernama Alicia itu tengah tertawa lucu dengan mata menyipit indah. Wajahnya yang putih bersih benar-benar serasi ketika cahaya sore menimpa wajahnya.
"Lo... naksir ya?". Goda Nara, menyenggol tubuh Raka yang kini terkekeh malu.
Tak tahan melihat Raka yang masih saja berdiam diri, Nara tersenyum tipis. Menarik tangan Raka untuk berlari ke tengah lapangan.
"Alicia!".
"Eh? Ya?". Tanya Alicia, merapikan rambutnya.
"Lo udah kenal dia belum? Temen gue, namanya Raka". Ucap Nara, menunjuk ke arah Raka yang tengah melambai manis.
"Raka". Ucap Raka dengan senyuman yang tak bisa ia tahan.
"A-alicia".
Canggung. Raka yang bingung harus mengatakan apa lagi, menatap Nara meminta pertolongan.
Nara yang berdiri dibelakang tubuh Alicia, berusaha menjelaskan. Namun Raka yang idiot tidak bisa menangkap maksud dari gestur tubuh Nara.
"Ci, Lo udah siap latihan kan?".
Alicia mengangguk kecil.
"Gini, gue ada urusan bentar, mendadak. Lo bisa gak gantiin gue nemenin Raka pergi ke toko Stationery? Bentaran doang kok". Perjelas Nara.
Alicia menimang sebentar. Sebelum akhirnya mengangguk.
"Boleh, gue ambil tas dulu ya". Pamit gadis itu.Sedetik, setelah Alicia menjauh. Raka memekik senang. Memeluk Nara kelewat kencang.
"Makasih Ra! Lo keren, pokoknya makasih banget"."Iyaa iyaa... Have fun ya".
Raka mengangguk semangat. Melambai selamat tinggal dengan lembut pada Nara. Namun ditahan oleh gadis itu.
"Eit, ongkos gue pulang mana?".
Buru-buru Raka mengeluarkan selembar uang dua puluh ribu dari saku bajunya. Menyerahkan sepenuh hati uang itu pada Raka.
"Gue pergi dulu, Ra!".
Nara mengangguk dengan senyuman tipis. Ikut melambaikan tangan, menatapi punggung Raka hingga benar-benar hilang bersama Alicia.
Sekarang, Nara justru menatap sekitarnya. Sekolah sudah sepi. Hanya Nara yang masih berdiri di tengah lapangan, dengan selembar yang dua puluh ribu ditangan.
Sekarang rasanya sepi.
Dan Raka bodoh itu melupakan helm nya di ruangan BK.
[]
.
Next?

KAMU SEDANG MEMBACA
ThirdLove [END]
Tienerfictie-Resiko jatuh cinta ialah jatuh- Sama-sama dimulai dari masa lalu, Nara dan Raka bertemu. Mungkin bagi Raka, Nara memang seorang sahabatnya saja. Tapi bagi Nara, Raka berbeda. Laki-laki itu spesial. Kemudian saat mereka sama-sama beranjak dewasa...