Budidayakan vote sebelum membaca
_________________________
Nara mengedarkan pandangannya. Saat tak ada satupun bangku kosong yang tersisa untuknya. Sendiri. Tangannya sendiri mulai kebas harus terus memegang mangkuk bakso panasnya.
Iya, pada akhirnya Nara berbelok lagi menuju kantin. Rasa lapar yang menyebalkan ini selalu datang di waktu yang tidak tepat.
"Nara~!".
Nara menoleh ke sumber suara. Diantara keramaian, nara mendapatinya. Alicia yang berseru memanggil namanya. Mengajak duduk disebelahnya. Dan juga raka tentunya.
Nara terdiam. Menimang tindakannya. Entah kenapa ia terlalu malas duduk diantara dua manusia itu. Raka juga sangat semangat saat menyadari keberadaannya. Dasar keju bodoh!
"Ra! Gak jadi ke perpus?". Tanya Raka dengan binar antusias.
Rasanya Nara saat itu benar benar ingin membungkus Raka kemudian melemparkannya ke sungai.
Meja itu memang bukan hanya diisi alicia dan raka. Tapi juga segerombolan teman alicia yang tak terlalu nara kenal. Dengan malas, nara duduk di kursi itu. Tepatnya disisi paling pojok yang tersedia. Ia tak punya banyak pilihan. Kantin terlalu ramai. Tangannya juga sudah kepanasan. Tapi mungkin disini, hatinya lah yang akan lebih panas.
Nara duduk dipojok dengan sisi kirinya sosok perempuan teman alicia yang tak nara kenal. Ya tuhan, tak cukup kah alicia berparas cantik? Bahkan teman temannya juga cantik. Sedangkan entah kenapa, ia juga harus duduk berhadapan dengan perempuan yang tak dikenalnya sedang menatap nara intens. Membuat nara risih. Raka dan alicia duduk bersama. Tertawa. Mereka tiba tiba seperti tidak bisa memahami keadaan nara.
Nara merasa sangat asing disini
Ia tak bisa menikmati makanannya. Bahkan saat naluri manusianya mengatakan ia harus makan. Semua pembicaraan mereka. Tak ada yang bisa nara fahami. Semuanya seakan sepakat menjadikan nara layaknya alien disini. Tak dikenal dan tak mau dikenal.
Semua teman teman alicia hanya membicarakan satu topik. Mencomblangkan alicia dengan raka. Hanya itu. Tapi nara tidak bisa memahaminya. Tentu saja, itu topik yang mudah. Hanya soal hati yang mau menerimanya atau tidak.
"oh iya, gue denger, lo sama raka sahabatan kan?" Tanya salah satu teman alicia. Sedikit menoleh kearahnya, tersenyum.
Nara hampir tersedak mendengar pertanyaan itu yang tiba tiba menyangkut dirinya. Nara mengangguk patah patah.
"udah berapa lama?".
"7 tahun".
"wow. Hebat ya sahabatan selama itu tetep langgeng. Biasanya sih sering tuh kejadian sahabatan tapi lama lama pacaran. Sekalinya putus, ilang deh sahabatnya". Sahut yang lainnya tertawa. Namun bagi nara itu setengah menusuk--setengah menyindir hati.
Nara bungkam.
Ia juga tak mengerti. Ia tidak tau punya rasa atau tidak pada raka. Yang jelas, nara memiliki rasa sayang dan ingin terus berada didekat raka. Apa itu sama dengan nara memilik perasaan cinta pada raka?
"gak mungkinlah" .
Semuanya menoleh pada raka. Cowok itu tiba tiba menyahut enteng diiringi tawa renyahnya yang entah sejak kapan selalu terdengar indah di telinga nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ThirdLove [END]
Fiksi Remaja-Resiko jatuh cinta ialah jatuh- Sama-sama dimulai dari masa lalu, Nara dan Raka bertemu. Mungkin bagi Raka, Nara memang seorang sahabatnya saja. Tapi bagi Nara, Raka berbeda. Laki-laki itu spesial. Kemudian saat mereka sama-sama beranjak dewasa...