Budidayakan vote sebelum membaca
_________________________Alicia berjalan semangat menghampiri raka yang tengah duduk sendiri. Sibuk berkutat dengan ponselnya. Dengan jari yang dengan gerakan cepat terus mengirimi pesan.
Alicia terdiam, saat mendapati dengan siapa raka berkirim pesan. Hey, ayolah. Hanya berkirim pesan dengan sahabatnya tidak masalah bukan?
Tapi cukup membuat sesak.
Alicia menggigit bibirnya pelan. Mengurungkan niat untuk menyapa raka. Padahal saat ini, ia sudah persis dibelakang raka. Cukup bilang
"hey raka, apa kabar?"
Atau
"wah, sepertinya seru sekali, dengan siapa itu?"Bagi alicia, raka cinta pertamanya. Saat untuk pertama kalinya ia bisa melihat binar ketulusan di mata seorang cowok. Yang dengan gerakan paling malu dan selalu tersipu mengajaknya pulang bersama, ke kantin bersama.
Tentu sakit rasanya menjadi orang yang bisa dengan mudah melakukan apa saja hanya karna wajah yang jauh di atas rata rata. Seakan hanya itulah yang bisa alicia banggakan.
Saat setiap orang menilai nya cantik, sempurna. Disitu alicia merasa tidak berharga. Belajar dari pengalaman. Alicia cukup lelah dikhianati teman, kekasihnya dulu yang tidak pernah tulus.
Hanya numpang tenar dan agar bisa dekat dengan senior. Sakit. Tapi alicia terlalu lemah untuk menunjukkannya. Karna di dunia yang padat ini, ia merasa sendiri.
Lalu tiba tiba raka datang, ia merasa raka adalah sebuah anugrah yang paling ia syukuri. Setelah bertahun tahun trauma dengan masa lalunya, raka bagaikan secercak harapan untuknya.
Namun, perlahan ia juga tau dan sadar. Bahwa selain dirinya, sudah ada nara yang lebih dulu menjadi bagian hati raka. Membuat alicia untuk pertama kalinya sadar, cinta butuh perjuangan besar. Butuh pengorbanan besar.
"eh? Cici?".
lamunan alicia buyar seketika. Saat ia mendengar suara raka yang memanggilnya kaget.
"ah... Hei". sapa alicia gugup.
Raka tersenyum manis. Buru buru menyimpan ponselnya di saku celana.
Canggung.
Raka menunduk dengan gelagat yang sama sejak awal. Malu. Menggaruk tengkuk.
Sedangkan alicia menatapnya lamat lamat. Tersenyum bagai dewi.
"raka, nanti pulang sekolah ada waktu?". Ujar alicia memecah keheningan diantara keduanya.
Raka diam. Bingung harus menjawab apa.
"mau makan siang bareng? Gue traktir".
Raka semakin bimbang.
"mau?".
"iya".
¤¤¤
Nara meraih hp yang ia letak di atas nakas. Kelelahan sehabis berolahraga dan tertidur begitu saja.
Beratus ratus pesan dari raka masuk. Begitu banyak dengan isi pesan yang hampir sama. Menanyakan dirinya kenapa.
Raka, gue gak apa apa
Mungkin ini jalan terbaik. Lelah rasanya terus menerus bertengkar dengan raka. Lalu hatinya dengan sendiri panas melihat raka yang berpaling pada alicia.
Nara meraih selembar kertas kosong. Menulis serangkai kata yang mengalir begitu saja di kepalanya. Menyalurkan setiap sudut rasa yang tercipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
ThirdLove [END]
Teen Fiction-Resiko jatuh cinta ialah jatuh- Sama-sama dimulai dari masa lalu, Nara dan Raka bertemu. Mungkin bagi Raka, Nara memang seorang sahabatnya saja. Tapi bagi Nara, Raka berbeda. Laki-laki itu spesial. Kemudian saat mereka sama-sama beranjak dewasa...