Budidayakan vote sebelum membaca
__________________________Esoknya. Tetap sama. Matahari tetap menampakkan wujudnya. Menyambut lembut hari setiap orang. Namun yang membuat beda, hari ini semua senyum itu telah sirna. Nara benar benar berubah.
Menjadi pribadi pendiam dan seakan tak mengenal lagi kata ceria. Ia seperti bayi yang baru diahirkan. Dengan tatapan kosong dan fikiran yang entah kemana.
"Pagi ra~".
Nara tetap diam. Seakan sambutan hangat dari raka itu hanya angin lalu. Bahkan untuk sekedar membalas ketus pun tidak. Untuk apa ia melakukan itu semua?
Toh bahkan semuanya sepakat untuk menjauhkannya dengan raka
Raka menatap sendu cewek itu. Sikap dinginnya serta sikap cerianya yang luntur, apakah semua ini karnanya?
"ra, kita perlu bicara".
Nara terhenti. Menatap nanar sebelah tangannya yang digenggam erat oleh raka. Rasa hangat yang seakan menjadi momen purba dalam hidupnya mampu membuat nara terhipnotis. Bahkan rasanya, terlalu kelu untuk menjadi seperti awal, seperti biasa. Dimana ia bisa bersikap ketus dan cerewet pada raka. Seakan dihadapannya telah berubah 180° sosok raka yang ia kenal.
Atau mungkin, raka tidak berubah sama sekali, tapi nara yang sejak awal berubah?
Kenapa semuanya jadi begitu rumit dan menyakitkan. Disaat ia telah terlanjur merasa amat nyaman dan menjadikan raka pusaran hidupnya, takdir memaksa ia untuk membangun jarak. Memisahkan keduanya. Dunia seakan mengatakan keduanya bagai raja dan budak.
Mungkin bagi nara, raka terlalu tinggi untuk digapai.
Nara menatap sendu kedua mata milik raka. Terpancar jelas kerinduan di tatapan keduanya.
Pandangan nara teralih. Dibelakang raka, ia bisa melihat teman teman alicia. Menatapnya penuh arti.
Nara menghela nafas pelan. Perlahan melepas genggaman itu dengan lembut. Tersenyum tipis menatap raka.
"sebentar lagi lo ulang tahun. Mau hadiah apa?". tanya nara pelan.
"gue gak mau apa apa. Cuma mau lo dengar penyesalan dan kebodohan gue selama ini".
Nara tertawa pelan.
"gak bisa yang itu. Gue udah nabung buat beli hadiah, selain perasaan""kenapa gak bisa gue minta yang tadi?".
Nara terdiam, menunduk sebentar. Menyiapkan mentalnya.
"karna kecewa gak secepat itu hilang".
Raka terdiam. Mendengar penuturan nara seolah menghisap seluruh kesadarannya ke inti bumi. Benar, ini semua salahnya. Salah raka yang menjadi gila karna rasa sukanya pada alicia. Hingga melupakan persahabatannya yang ia susah payah dijaga selama 7 tahun.
¤¤¤
Nara sudah selesai merapikan bukunya. Bersiap menuju kantin. Sendiri.
"ra, mau bareng?" tawar raka mengulas senyumnya.
Langkah nara terhenti. Bayang bayang saat teman alicia yang memintanya penuh harap itu kembali terputar.
"sama cici aja. Gue mau ke perpus". Tolak nara cepat, berbalik arah.
Kedua tangan nara terkepal. Nara sudah cukup lelah. Menolak semua permintaan dan menahan sifat aslinya dihadapan raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ThirdLove [END]
Teen Fiction-Resiko jatuh cinta ialah jatuh- Sama-sama dimulai dari masa lalu, Nara dan Raka bertemu. Mungkin bagi Raka, Nara memang seorang sahabatnya saja. Tapi bagi Nara, Raka berbeda. Laki-laki itu spesial. Kemudian saat mereka sama-sama beranjak dewasa...