Budidayakan vote sebelum membaca
_______________________Kamu dan aku itu ibarat konvoi perjalanan. Kalau kamu lebih cepat sedikit saja, aku harus selalu mengejar. Karna sekalinya tertinggal, aku bisa tersesat
:)
"Nara?"
Nara diam tak bergeming menyahuti sapaan yang memanggil namanya riang. Ia tau jelas pemilik suara. Namun sayang, ia sedang tak mood untuk berbicara. Ingin sendiri.
Raya melipat dahinya bingung. Perlahan, mendekat ke arah cewek yang sedang duduk di atas kursi dengan wajah yang tertempel di lutut, terdengar jelas suara isakan.
"ra? Lo mewek mulu dah." Ledek raya berusaha mencairkan suasana.
Nara bangkit. Mengusap kasar wajahnya. Menatap kesal ke arah raya yang kini tengah mengeluarkan pemantiknya.
"mau ngapain lo?." Tanya Nara, masih dengan suara gemetarnya. Separuh menangis.
"mau bakar diri"
"eh?! Gila lo ya?!" Jerit nara panik. Memukul raya dengan buku diary-nya.
"ck, dasar gak waras. Gue merokok bego, ngapain bakar diri" desis raya, sembari mulai menghembus asap rokoknya. Membuat nara terbatuk kecil.
"me—merokok?"
"iya ra, ngapa sih?"
"enggak takut ketahuan guru?" Tanya nara berusaha menghentikan aksi raya. Menoleh ke sekitar.
"lo sering bolos disini, pelukan sama raka disini, kagak ketahuan kan?"
Nara menunduk malu. Saat mendengar penuturan raya yang mengatakan 'pelukan sama raka' dengan santai. Lagipula sejak kapan ia tau semua itu?
"tapi kan merokok gak bagus" Cicit nara, menutup hidungnya.
"lah siapa yang bilang bagus coba"
Nara mendengus kesal. Berbalik badan. Tak berniat menjawab raya yang kini terkekeh geli di tempatnya.
"tapi kalo lo enggak mau gue merokok, gue gak bakal merokok, ra".
Nara terhenti. Semua gerakannya terhenti. Membatu ditempat. Apa apaan maksud raya? Lihatlah, dia kini tengah mematikan rokoknya, membuang sebungkus penuh rokok yang ia genggam, lantas tersenyum pada nara. Menatap dalam ke arah cewek itu.
Memilih tak ambil pusing, nara kembali membuka pintu rooftop dengan cepat, menuruni tangga, meninggalkan raya dengn sekumpulan asap rokok yang masih mengepul.
¤¤¤
"ci, mulai sekarang, lo bisa pulang sendiri? Berangkat sendiri?". Ujar raka kikuk, menggaruk tengkuknya gatal.
Di hadapannya, alicia tampak terkejut. Ingin menolak tapi terlalu takut.
"e—emangnya kenapa?". Tanya alicia pelan, menunduk.
"gak ada apa apa sih ci. Gue cuma lagi gak mau aja. Lagi mau berangkat sendiri".
"...yaudah, gak papa...".
Raka tersenyum sekilas. Kembali naik ke atas motornya. Menancap gas menghilang di pelantaran parkiran.
Kedua tangan alicia saling meremas. Gusar. Kenapa raka tiba tiba begini? Rasa rasanya ia tidak bertengkar atau berbuat salah pada raka. Lantas alasan apa hingga raka seakan menjauh?

KAMU SEDANG MEMBACA
ThirdLove [END]
Ficção Adolescente-Resiko jatuh cinta ialah jatuh- Sama-sama dimulai dari masa lalu, Nara dan Raka bertemu. Mungkin bagi Raka, Nara memang seorang sahabatnya saja. Tapi bagi Nara, Raka berbeda. Laki-laki itu spesial. Kemudian saat mereka sama-sama beranjak dewasa...