Nara menendang asal botol kaleng di depannya. Bikin kesal saja. Mana Bisa tiba tiba gurunya menyuruh ia menggantikan jadwal piket temannya.
Yah—walaupun nara memang selalu bolos piket
Sekolah sudah sepi. Hanya petugas bersih bersih yang terlihat berlalu lalang. Nara menghembuskan nafas kesal. Pukul 4 sore. Lebih baik ia segera pulang. Entah kenapa firasatnya sedang tidak baik jika harus pulang lama.
Nara berdiri di depan gerbang. Menunggu transportasi umum apapun yang bisa mengantarnya pulang.
"razita lagi nyari jemputan ya~?".
Deg
Sekujur tubuh nara menegang seketika. Bagaikan panggilan itu adalah kilatan raksasa yang menyambar.
Nara menoleh. Sekali lagi, rasanya jantung nara seperti ingin meledak saat mendapati naya dan teman temannya di belakang. Tertawa. Mendekat ke arah nara.
"wah senangnya udah baikan lagi sama raka. Puas yah nyakitin alicia kayak gitu?!."Bentak Naya kencang, menarik kerah baju nara.
Nara menggeleng patah patah. Berusaha melepas cengkaraman naya yang semakin lama semakin mencekiknya erat.
"lo gak—berhak ngelarang gue jauh dari sahabat gue sendiri." Elak nara dengan suara gugupnya. Menghindari tatapan naya yang menyalang marah.
Plakk
Nara linglung saat mendapat tamparan keras di pipinya. Ia memegang pipinya yang terasa kebas, bahkan hanya dengan satu tamparan mata nara sudah cukup panas.
Tak memberi jeda banyak. Naya segera menyeret nara bersamanya. Membawa nara ke gang belakang sekolah yang menjadi tempat favorit memberi pelajaran pada anak seperti nara.
Cukup. Nara tak tahan lagi. Perlahan, air mata cewek itu turun satu persatu. Ia terisak. Memegang rambutnya yang terasa rontok dijambak kuat dengan tangan naya.
"dasar cewek gak tau diri! Murahan banget sih jadi orang?! Lo kayaknya seneng banget ya jadi pelakor?!".
Nara diam. Benar benar diam. Otaknya tak lagi mau memikirkan segalan caci maki pedas naya. Hanya menahan nafas saat ketakutan terbesarnya kembali datang.
Saat ia tersisihkan.
Saat ia tak diperlakukan dengan baik.
"heh! Gak usah sok lemah gitu. Mana tampang bahagia lo tadi pagi?! Mana?!".
Nara menunduk. Naya mendorong bahu cewek itu kedinding. Emosi melihat nara yang bahkan tak berbuat apapun. Hanya pasrah tubuhnya dipukuli.
"jawab b*tch!".
"gue memang bahagia sama raka. Kenapa kalian ikut campur? Bahkan sampai main fisik. Apa ini semua permintaan alicia?." Cicit nara membuka suara gemetarnya. Mendongak, menatap naya.
Naya mendecih sinis.
"kalau memang perintah cici kenapa? Berani lo?!".Nara tertegun. Fikirannya benar benar buntu. Kacau balau. Jadi selama ini...alicia diam diam dendam padanya?
Plak
"emang kenapa? Mau protes?".
Plak
"hah? Jawab!!".
Bughh
"emangnya pengecut kayak lo bakal ada yang bela?!".
Bughh
"apa razita bodoh ini bisa membela diri?!!".
Nara memeluk dirinya sendiri. Menahan sakit saat naya menampar nya, mendorongnya ke tanah, lalu menunjang tubuhnya kencang. Bahkan nara hampir ingin muntah sekarang. Perutnya ngilu. Entahlah, mungkin sekarang beberapa bagian tubuh lainnya lebam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ThirdLove [END]
Novela Juvenil-Resiko jatuh cinta ialah jatuh- Sama-sama dimulai dari masa lalu, Nara dan Raka bertemu. Mungkin bagi Raka, Nara memang seorang sahabatnya saja. Tapi bagi Nara, Raka berbeda. Laki-laki itu spesial. Kemudian saat mereka sama-sama beranjak dewasa...