◎ Hoodie 07 ◎

2.6K 178 4
                                    

Happy Reading guys
Jangan lupa vote and comment
(●♡∀♡)

•••

"Ish ... susah banget mau makan," keluh Casya.

Bryan mendengus kesal. "Kalau gue lepasin ini. Lo mau kabur?"

Casya menggeleng. "Gue mau makan, nggak percaya banget sama gue."

Akhirnya Bryan melepaskan borgolan di tangan Casya. Gadis itu menghela napas lega. Dia melepaskan hoodie dan kaca matanya kemudian mengikat rambutnya ke belakang.

"Hah! Begini lebih baik," kata Casya merasakan ada hembusan angin menyapu leher jenjangnya.

Bryan duduk menghadap Casya dari samping. Lamat-lamat ia menatap wajah gadis itu yang selalu disembunyikan. "Kalau boleh tahu kenapa wajah lo di sembunyiin?" tanyanya mulai penasaran.

Casya menoleh ke Bryan. "Perhatiin wajah gue," minta Casya menatap balik Bryan dengan memperhatikan mata lelaki itu.

Bryan memperhatikan wajah gadis itu dengan intens. "Kenapa?" tanyanya setelah tidak menemukan hal aneh.

"Gila! Nggak peka banget. Gue tuh ... malu karena bekas luka ini" beritahu Casya sambil menunjuk bekas luka di pelipis hingga tulang pipi. "Emang lo nggak nyesel apa deket sama gue? Temen-temen gue di kampus lama aja pada ngejauhin gue," kata Casya mulai lesu.

"Halah. Mental lo aja yang nggak siap. Buktinya ke toko buku lo nggak pake hoodie," kata Bryan mengingat pertemuan pertama mereka di toko buku waktu itu.

"Kalo malem gue emang nggak pake." Dia membuka tasnya dan mengeluarkan kotak bekal beserta minumannya. Jika terus mengobrol, lama-lama waktu istirahatnya terbuang percuma begitu saja.

"Ini juga, kantin kampus kan ada."

Casya memutar bola matanya malas. Apakah dirinya harus menjawab semua pertanyaan itu? Lalu kapan dirinya makan.

"Nanti gue jawab, sekarang gue laper," balas Casya seraya membuka kotak bekalnya.

Baiklah, Bryan akan diam. Untuk kali ini dia akan diam. Sampai gadis itu benar-benar selesai. Ya, menunggu itu memang membosankan. Bahkan sangat. Siapa coba yang ingin menunggu, yang ada ingin di tunggu. Oleh jodoh ....

Mata Bryan tidak bisa diam. Ke rerumputan, ke tembok, ke depan, ke samping, ke gadis itu. Semuanya ia lihat tanpa ada yang tertinggal. Ternyata tempat sepi seperti ini yang sering dikunjungi Casya, apa menariknya dengan pemandangan langit, rumput panjang serta tembok kusam di belakang mereka. Saking sunyinya, ia sampai bisa mendengar humbusan angin yang menggoyangkan rumput-rumput itu. Hingga pendengarannya mendengar sesuatu yang melangkah pelan ke arah mereka. Langkah kaki itu sepertinya tidak sengaja menginjak ranting kering.

Chika menghentikan langkahnya dan mundur dua langkah ke belakang. Dia melihat lelaki populer bersama ... cewek aneh. Ah! Sangat menyebalkan bagi Chika. Secara, dirinyalah yang paling cantik di kampus ini. Dia bebas memilih lelaki yang ia suka termasuk Bryan.

Chika merasa panas. Saat melihat tangan mereka bertautan seperti itu. Dan rasa penasaran menyelimuti dirinya ketika Casya membawa Bryan pergi ke taman belakang kampus.
Karena itu, dia berjalan mengikuti mereka. Hanya sekadar ingin tahu apa yang akan mereka lakukan di taman belakang kampus, itu pun hanya berdua saja. Orang mana yang tidak penasaran coba? Dan halaman belakang itu jarang sekali di tempati.

Hoodie (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang