◎ Hoodie 16 ◎

2K 140 16
                                    

Casya mengekori Bryan ke meja makan. Rasanya memang risih diajak makan dengan keluarga terpandang. Mau melakukan sesuatu rasanya gengsi selangit. Alhasil Casya hanya diam menurut saja. Duduk di sebelah Bryan dan Billa, dengan duduk di tengah-tengah anaknya mungkin tak apa untuk mengurangi gengsi.


"Kelas kamu dimulai jam berapa Cas?" tanya Zonie mengawali pagi ini di tengah acara makan mereka.

"Jam delapan, Om," jawab Casya super canggung, menatapnya saja hanya sekilas.

"Oh ... kamu tinggal di mana?"

"Di kos dekat kampus."

"Orang tua kamu?"

"Ada di rumah."

"Kok kamu milih ngekos?" giliran Arini mengintrogasi Casya.

Haduh ...! Kenapa gue ngerasa di introgasi gini sih, batin Casya menginjak kakinya sendiri.

"Jarak rumahnya jauh Tan, jadi mending milih ngekos daripada nantinya telat."

Bantuin jawab kek, batin Casya melirik sinis lelaki di sebelahnya yang malah asik makan sendiri.

"Kak Casya, jadi Kakak sendirian dong di sana. Kalau misalnya Kakak kesepian nanti Kakak ke sini ya? Biar Billa yang temenin Kakak main," seru Billa menarik-narik ujung baju Casya.

Casya mengangguk tersenyum. "Iya, nanti Kakak dongengin lagi ya? Cerita tikus yang terdampar, pernah dengar belum?"

Billa menggeleng manis. "Belum, sepulang sekolah nanti Kakak harus ceritain ya?"

"Oke."

•••

     Tidak biasa di mata mahasiswa kampus melihat pemandangan aneh di pagi ini. Masa iya lelaki yang biasa terkenal acuh nan cuek jalan beriringan dengan gadis aneh. Bedanya kali ini gadis itu tidak memakai kaca mata hitamnya. Jadi bisa terlihat sedikit batang hidungnya yang memang luncing.

"Gue jalan duluan ya? Risih di liatin mereka." Setelah memberitahu ia berjalan lebih cepat.

Melihat dia jalan cepat, padahal menurutnya itu jalan langkah kecil. Alhasil Bryan dapat mengimbanginya lagi. Kali ini dengan menggandeng tangan cewek itu. Kontan hal tersebut menimbulkan sebagian para wanita penggemar Bryan menutup mulutnya saking terkejut.

Casya tetap tidak menghentikan langkahnya dan juga berusaha melepaskan cekalan itu. Sumpah demi apa, dirinya merasa malu saat ini. Untuk apa juga pria itu memegang tangannya, kelasnya saja beda. Apa untungnya coba.

"Lepasin Yan," kata Casya dengan suara ia tekan agar tak terlalu didengar orang sekitarnya.

Bryan sedikit memiringkan tubuhnya ke Casya untuk mendekati telinga gadis itu seraya berkata, "Apa Sayang?" ucap Bryan memang sengaja dikeraskan.

Kontan Casya menghentikan langkahnya, terkejut sekaligus malu. Bisa-bisa ia dibully setelah ini. Ia berbalik menatap mata Bryan. "Lepasin," ucapnya dengan suara tertahan.

Hoodie (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang