Hoodie (TAMAT)

◎ E P I L O G ◎

     Bumi berputar dengan cepat, hingga kehidupan mereka terus berganti nasib dan latar suasana.

Indonesia

Sudah terjadi kehidupan bahagia di keluarga Bryan Riyo Johnathan, karna keluarga kecilnya telah dikarunia putra dan putri yang berselisih satu tahun. Dan Cinta Naomi Arletta, telah kembali ke sifat sewaktu ia SMA. Namun, dibalik kebahagian mereka. Masih terselip kenangan indah bersama sang pemeran utama di kehidupan mereka. Foto Casya—sang adik yang menunjukkan senyum manisnya mereka bingkai dengan indah. Foto itu mereka letakkan di ruang depan agar semua tahu bila keluarga ini masih mengingat sosok cewek cantik berhati sutra itu.

London

Stevan Arnalddo, keluarganya juga telah bahagia. Bersama sang istri asli dari negara pijakannya saat ini, mereka dikaruniai tiga anak cewek sekaligus dengan masing-masing selisih dua dan satu tahun. Walaupun dirinya tak begitu dekat dengan sosok kekasih sahabatnya. Tapi ia bangga memiliki teman kampus seperti dia, seorang cewek yang strong dalam menjalani hidup. Ia menyuruh sang istri yang bekerja sebagai penulis untuk menerbitkan sebuah buku mengenai sosoknya. Agar mereka bisa mempelajari kerasnya hidup dan cara mengatasinya hingga kuat bertahan.

Amerika

David Antoni Roeder, lelaki yang benar-benar merasa kehilangan istrinya. Lelaki satu-satunya di antara dua sahabatnya yang masih belum mau untuk memiliki pendamping hidup lagi. Dirinya pindah ke Amerika karena memang tugasnya dipindahkan ke negara ini. Ia tinggal sendiri di sebuah appartement tak terlalu jauh dari kantornya.

Pagi itu, ia berangkat sedikit kesiangan karena semalam hanya tidur lima jam karena tugas menumpuk. Dengan tergesa ia berlari ke kantornya, berlari zig zag karena banyak orang yang berlalu lalang di trotoar tersebut. Tepat di tikungan ia mendengus sebal karena menabrak seseorang. Sungguh pagi yang sial, batinnya.

Mau tak mau dia membantu cewek itu berdiri. "Are you okey?" tanyanya.

Dia membersihkan pantatnya yang kotor, cewek itu menunduk dengan hoodie di kepalanya. Tanpa sepatah kata ia langsung melewati David. Karena ada sedikit rasa penasaran, ia mencegah cewek itu.

Dia berjalan dan berdiri di depan cewek itu, tanpa izin ia langsung membuka hoodienya dan cewek itu mendongkakkan kepala. Kontan David menjauhkan tangannya dari wajah cewek itu. "Casya?" kagetnya.

Cewek itu mengernyit. "No, I'am Sera" beritahunya.

Kenapa wajahnya sama kayak Casya? Hanya saja hidungnya lebih runcing, batinnya. Ia tak tahu mengapa wajah Casya terngiang di saat sekarang. Apalagi wajah cewek itu benar-benar mirip dengan Casya.

Sera melambaikan tangannya di depan David. "Kamu ngelamun?"

Segera David menyadarkan diri. "Maaf, saya harus ke kantor sekarang," pamitnya sebelum kembali berlari.

•••

     Malamnya, David duduk di halte depan appartementnya, seraya minum minuman kaleng ia menatap jalanan malam sepi. Ia jadi teringat dengan pertemuannya tadi pagi, saat melihat wajah cewek itu, ia jadi terus teringat pada dia, Casya.

"Hai," sapa seseorang dari sebelahnya.

David menoleh, cengo juga melihat cewek itu tiba-tiba ada di sebelahnya.

"Kenapa malam-malam di luar sendirian?" tanya Sera memainkan kakinya yang menggantung ketika duduk di sebelah David.

"Pengen saja, kamu ngapain di sini?" tanyanya balik.

"Sedang jenuh di rumah terus. Oh ya, kenapa kamu tadi manggil aku dengan sebutan Casya? Apakah dia seseorang yang spesial di hidupmu? Biasanya sih begitu," cerocosnya.

"Memang, dia istriku sewaktu di Indonesia"

"Serius! Berarti kalian LDR?"

"Tidak juga, karena dia sudah pergi dan tidak akan pernah kembali."

Paham dengan maksudnya, Sera menunduk tak enak. "Maaf, aku tidak tahu soal itu. Eh! Katanya, kalau ada orang yang teringat kenangan indah. Sebaiknya dibagi dengan teman di sebelahnya, kamu mau 'kan cerita sedikit tentang dia?" mintanya dengan memainkan alis tipisnya yang panjang.

David tersenyum tipis kemudian menggangguk. Dan terjadilah aksi saling tukar cerita di antaranya. Hingga menimbulkan gelak tawa. Kini, bebannya terasa semakin ringan dengan kedatangan cewek itu. Pertemuan di tikungan pada waktu dirinya menyebut hari itu adalah hari sial. Padahal tidak semua hari yang kita sukai akan berakhir bahagia. Dan tidak semua hari sial akan berakhir sial pula.

●○●○●○●○

＼ʕ •ᴥ•ʔ／

＼ʕ •ᴥ•ʔ／